90 - Keluarga Baru [END]
Jangan lupa baca author note biar nggak ketinggalan info. Udah ending nih 🥺🥺🥺
•••
Kaki Melisa yang beralaskan sandal jepit mengitari sebuah ruang tamu yang nanti akan digunakan untuk acara syukuran empat bulan sekaligus gender reveal. Selama ini, Melisa dan Candra belum tahu jenis kelamin anaknya. Adanya acara ini mereka ingin mengetahuinya bersama keluarga.
Sudah satu bulan Melisa tinggal di rumah yang ia beli dari Wawan. Di dalamnya terdapat satu orang asisten rumah tangga, satu sopir, dan satu tukang kebun. Jadi, kalau Candra terbang, Melisa tidak sendirian. Meski sudah ada mereka, Melisa masih memanggil Inayah. Tujuannya supaya makin ramai.
Kedua orang tua Melisa sudah pernah ke sini, bahkan pernah menginap beberapa hari. Berbeda dengan Sarina. Walau masih satu kota, ibu mertuanya menghilang tanpa jejak. Candra sudah berusaha untuk menghubungi, pun mengundang saat syukuran rumah baru. Namun, hati Sarina sulit untuk disentuh. Wanita itu tidak datang. Bahkan, saat Candra datang ke rumah, Sarina tidak mau menemui. Terkadang Melisa merasa kasihan melihat suaminya. Hubungan ibu dan anak itu menjadi renggang.
"Gimana, Bu? Ada yang masih kurang?"
Melisa mengamati hasil kerja keras para pekerja event organizer yang menyulap ruang tamunya. Dekorasi kelambu warna biru, juga balon-balon warna putih dan pink. Pada bagian tengahnya, terdapat sebuah tulisan 'boy or girl'. Tiap kursi dan meja para tamu pun diberi hiasan alas serta pita warna biru dan pink. Sebagian besar sudah tampak rapi. "Udah cukup, Mas. Tinggal ini tolong dirapiin lagi, ya."
"Baik, Bu. Untuk kuenya nanti datang sepuluh menit sebelum acara. Kalau kelamaan di sini, takutnya rusak."
"Iya, Mas. Makasih, ya."
Melisa berjalan lagi dan memilih istirahat di kursi sembari memperhatikan para event organizer yang bekerja. Kalau sedang duduk begini, perutnya yang tertutup baju ibu hamil terlihat mengembang. Melisa senang melihatnya sampai-sampai tangannya tidak berhenti bergerak di balik pakaian itu.
"Mama udah nggak sabar, deh, pengen tahu kamu cewek atau cowok," gumam Melisa. Seminggu sebelumnya, Melisa sudah melakukan tes NIPT, salah satu tes yang bisa mendeteksi jenis kelamin janin sejak dini. Selain itu, tes tersebut juga bisa mendeteksi kelainan genetik sehingga bisa mempersiapkan kemungkinan dari awal. Caranya mudah, Melisa hanya diambil sample darahnya untuk diuji di laboratorium. Karena sample dari ibu, tidak akan membahayakan janin. Lalu, hasil tes tersebut diserahkan kepada pihak event organizer supaya bisa dibuatkan konsep acara.
Jangan heran kalau sekarang Melisa melakukannya sendirian. Pada waktu yang bersamaan, suaminya mendapat tugas terbang ke Korea dan sekarang hari terakhir. Candra sudah berkata akan tiba satu jam sebelum acara. Melisa tidak mau tahu. Kalau Candra tidak pulang, ia mau ngambek seharian.
Dari kejauhan tampak sebuah sepeda motor berhenti. Penumpangnya yang tak lain adalah Inayah bergegas turun dan melangkah masuk. Melisa pun berdiri untuk menyambut kedatangan temannya itu.
"Ya ampun, Mel! Yang punya acara masih kucel gini. Ayo, mandi!"
"Gini aja nggak apa-apa, kan? Aku males dandan."
"Heh! Ya, minimal ganti baju gitu, lho. Ayo, aku temenin!"
Terpaksa Melisa menurut. Ia masuk ke kamar untuk mandi sebentar dan berganti pakaian. Kini, kaftan warna pink melekat pada tubuhnya. Karena agenda pertama adalah pengajian, Melisa menutupi kepalanya dengan kerudung.
Satu per satu keluarganya datang saat Melisa keluar dari kamar. Perempuan itu senang begitu melihat kehadiran Ahsan, Tiara, serta Ryan.
"Cabe, akhirnya kita ketemu!"
Abang dan adik itu saling berpelukan erat sebentar. Setelah itu, gantian Ahsan yang memeluk Melisa.
"Udah kelihatan sehat, ya, sekarang," kata Ahsan.
"Iya, Mas. Sekarang udah bisa makan banyak."
"Syukurlah. Semoga lancar terus sampai persalinan, ya."
"Amin, amin, amin."
Perhatian Melisa teralih saat Tiara meraih tangannya lalu dicium. Sebagai balasan, Melisa mengusap kepala sang keponakan.
"Kata Papa di dalam perut Tante Mel sekarang ada adik bayi, ya?"
"Iya, Sayang. Doain Tante, ya, biar adik bayinya cepet gede, terus bisa main sama Tiara. Jadi, Tiara punya temen."
"Asik, Tiara punya temen!"
"Mbak Mutia nggak ikut, Mas?" tanya Melisa pada kakaknya.
"Nggak, Mel."
Tanpa bertanya lebih lanjut, Melisa sudah tahu tabiat kakak iparnya itu. Baguslah tidak datang. Acara ini tidak akan kacau.
Atensi Melisa dan keluarganya kini dicuri oleh sebuah mobil Alphard warna abu-abu yang berhenti. Seorang laki-laki berpakaian hitam keluar dari ruang kemudi, lalu membukakan pintu untuk empat orang penumpang, satu pria berjas hitam dan tiga perempuan berbeda usia. Yang membuat Melisa terbelalak adalah mobil di belakangnya, diisi oleh beberapa pria berpakaian hitam. Jangan katakan mereka semua adalah pengawal.
Melisa menghampiri mereka lebih dulu. Ia ingat semalam Candra berkata sudah mengundang ayah beserta keluarganya. Akan tetapi, ia tidak menyangka akan seramai ini.
"Kamu pasti Melisa, kan?" Laki-laki berjas hitam itu yang bertanya lebih dulu.
"Iya, Pak. Bapak itu ...."
"Saya Hutama, ayah kandung suami kamu. Di sebelah sini istri saya, namanya Sintia. Lalu, dua perempuan cantik ini adik-adik kamu, yang pertama namanya Yumna, yang kecil Yusna."
"Ah, iya. Selamat datang, Pak, Bu! Yumna, Yusna!" Melisa langsung bersalaman dengan Hutama dan tiga perempuan itu. Kemudian, Melisa memanggil Ratna dan Hartanto, menjelaskan siapa Hutama.
"Kami ini orang tua Melisa. Di sana, kakak-kakaknya," kata Hartanto.
"Laki-laki semua? Terus, Melisa paling perempuan sendiri?" seru Sintia. "Berarti paling cantik mantu kita, Pi."
Rasa haru menyeruak di dalam dada. Melisa tak menduga keluarga Hutama begitu hangat, bahkan istrinya yang tidak ada hubungan darah sama sekali begitu ramah. Selalu ada yang pergi dan datang. Sarina mungkin berusaha membatasi dengan dinding kokoh, tetapi di sisi lain ada Hutama yang memberikan tetesan air.
"Candra mana? Kok, belum keliatan?" tanya Hutama.
"Mas Candra masih perjalanan ke sini, Pak. Baru aja terbang dari Korea," jawab Melisa.
"Ya ampun, kamu pasti sering ditinggal sendirian, ya? Coba kalau kita dekat, mami pasti nemenin kamu," sela Sintia.
"Kita pindah ke sini aja, Mami." Suara lembut milik Yusna terdengar. "Kak Yumna, kan, mau kuliah, aku juga mau masuk SMA. Sekolah di sini aja sekalian temenin Kak Melisa."
"Ah, ide bagus! Gimana, Pi? ACC, dong?"
Hutama tersenyum. "Mami atur aja gimana enaknya."
"Yes!"
Senyum itu menular ke Melisa. Suaminya pasti juga senang mendengar kabar ini. Melisa berani jamin. Mudah-mudahan saja kalau tinggal satu kota, hubungan ayah dan anak itu kembali erat.
Acara mau dimulai, tapi Candra belum menampakkan diri. Melisa mulai panik. Berkali-kali menghubungi nomor laki-laki itu dan tidak ada respons. Dari flight radar status pesawat suaminya sudah landing tiga jam yang lalu.
Sampai akhirnya, sebuah mobil berhenti dan muncul seorang laki-laki berjas biru tua dengan garis-garis kuning di ujung lengannya. Melisa bergegas menghampirinya dengan wajah cemberut.
"Mana yang katanya satu jam sebelum acara mau pulang? Nyebelin!"
"Maaf, Sayang, tadi ada kecelakaan di jalan, terus mobilnya putar arah. HP-ku mati."
"Ih, kebiasaan! Ini acaranya mau mulai, Mas! Udah sekarang Mas masuk, terus ganti baju."
Saat masuk, Candra menjabat tangan para keluarganya satu per satu. Yang membuatnya takjub adalah kehadiran istri dan anak-anak Hutama. Ini pertama kalinya mereka bertemu.
Kini, tubuh Candra terbungkus kemeja polos berwarna biru muda dan celana panjang putih. Sesuai dresscode acara, laki-laki mengenakan warna biru muda, sedangkan perempuan mengenakan warna pink.
Acara dimulai dengan pengajian, tausiah, dan ditutup dengan doa. Barulah bagian yang sangat ditunggu Melisa, pemotongan kue yang didalamnya terdapat hasil tes deteksi jenis kelamin. Kalau di dalam kue ini warna biru, berarti jenis kelaminnya laki-laki. Begitu juga kalau warna pink, berarti perempuan. Candra dan Melisa sudah memegang pisau roti berbahan plastik. Bersiap untuk memotong kue.
"Hitung sama-sama, ya. Satu, dua, tiga!"
[Finish]
30 November 2022
•••
•Cast•
Melisa Saraswati
Candra Wicaksana
Sarina
•Playlist•
Tertawan Hati - Awdela
Semata Karenamu - Mario G Klau
Tak kan Hilang - Budi Doremi
Cinta Seperti Aku - Aurel Hermansyah
Menjadi Dia - Tiara Andini
Cara Mencintaimu - Anggi Marito
•Author Note•
Udah segini doang? Hahaha maapin ya gantung. Lanjutannya ada di sini.
Terima kasih banyak buat yang udah menemaniku dari bulan September. Makasih buat yang udah kasih vote dan komen. Makasih juga buat yang udah merekomendasikan Ibu Negara.
Sebagai penulis biasa yang memiliki salah dan khilaf, boleh nggak aku minta testimoni kalian? Coba tulis kesan dan pesan kalian selama membaca Ibu Negara. Aku mau tahu, hihi. Kapan-kapan aku upload di IG. Yang belum follow boleh lho follow @pesulapcinta, yang ngaku pembaca setia Ibu Negara di DM bakal aku follback.
Buat season 2, tungguin ya. Nggak lama kok. Kalo boleh langsung update, aku bakal update bulan depan. Kalo nggak boleh alias harus nunggu pengumuman lomba dulu, berarti updatenya tanggal 2 Januari setelah pengumuman. Terus, aku juga masih punya revisi dua novel, udah ditagih sama publisher-nya. Jadi, aku mau ngerjain itu dulu. Kasih aku napas bentar, nggak apa-apa kan? 🙈
Sambil menunggu kalau misalnya beneran harus tahun depan, kalian boleh mampir di ceritaku yang lain, udah banyak judul wkwkwk. Atau mau cerita baru?
Biar nggak ketinggalan season 2 harus ngapain? Follow akun ini, dong. Soalnya kalo aku update cerita baru, followers langsung dapat notif. Pokoknya kalo ada notif judul di atas, nah itu season 2 nya. Gampang banget kan caranya?
Sekali lagi makasih banyak ya. Maaf kalau banyak salah. Sampai ketemu di season 2 ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro