Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

58 - Victoria Secret

Pagi ini Melisa mengemasi pakaian setelah mandi. Sebentar lagi mereka berdua akan pergi menuju pelabuhan untuk menyeberang ke pelabuhan Sanur. Liburan telah usai. Saatnya kembali ke rutinitas dan mendengar suara merdu Sarina.

Usai check out kamar, sepasang suami istri itu memasuki sebuah mobil. Perjalanan menuju pelabuhan tidak memakan banyak waktu karena jalanan lengang. Sengaja Melisa datang pagi-pagi supaya bisa berburu oleh-oleh di pantai Sanur. Perempuan itu sudah membuat daftar belanjaan yang akan dibeli. Tentu dibatasi agar tidak kelebihan bagasi.

Tiba di pelabuhan, Candra membeli tiket kapal kecil menuju Sanur. Oh, ya, laki-laki itu sudah mengaktifkan ponselnya di mobil tadi. Namun, sayang sekali belum bisa digunakan lantaran kesulitan sinyal. Beberapa pesan pun belum masuk semua.

Ternyata saran Candra beli oleh-oleh di Sanur sangat berguna, sebab keberangkatan kapal hanya ada pagi dan sore. Beruntung mereka masih kebagian kapal. Pun tidak harus menunggu lama karena beberapa menit kemudian, mereka berdua disuruh naik ke kapal.

Laut serta cuaca cukup damai sehingga kapal bisa lebih cepat sampai di pelabuhan Sanur. Begitu turun dari kapal, mata Melisa berbinar. Tangan serta kakinya gatal ingin segera pergi ke tempat oleh-oleh.

"Ayo, Mas, ke sana!"

Melisa menyeret suaminya menuju sebuah kios kecil di dekat loket. Di sana terjual berbagai macam pakaian dan aksesoris. Melisa memilih kaus bercorak dan terdapat tulisan Bali, tapi untuk anak-anak.

"Itu buat Tiara?" tanya Candra.

Melisa justru baru sadar dirinya mendatangi pakaian khusus anak-anak. "Oh, iya, buat Tiara."

Tidak hanya pakaian, Melisa juga memilih topi dan gelang. Padangan perempuan itu terpaku pada sebuah topi pantai berdiameter kecil, tidak cukup kalau Tiara yang mengenakan. Akan tetapi, Melisa kepengin beli. Tanpa bertanya dulu pada Candra, Melisa mengambil topi tersebut. Siapa tahu di masa depan topi ini terpakai.

"Sayang, emang Tiara masih cukup pakai baju ini?" Candra kembali bersuara saat Melisa mengambil baju ukuran kecil. Tentu tidak sesuai dengan usia Tiara saat ini.

"Kan, bisa buat anak lain. Atau disimpan buat anak kita."

Candra sempat tertegun, tetapi berhasil menguasai diri. Dari kemarin Melisa terus membahas anak. Namun, ia tidak mungkin mematahkan perasaan sang istri di sini.

"Mas, ibu suka nggak kalau dibeliin ini?" Melisa menunjukkan kain pantai khas Bali pada Candra. Sebenarnya ada rasa ragu saat ingin membelikan oleh-oleh untuk Sarina, tapi kalau tidak dibelikan, lebih parah lagi.

"Beli aja."

"Oke."

Melisa mengantongi kain tersebut. Jumlahnya ada tiga. Untuk dirinya, Sarina, dan Ratna. Kalau Ratna sudah pasti senang dibelikan oleh-oleh. Kalau Sarina, entahlah. Intinya, Melisa sudah baik hati membelikan. Tidak diterima pun bukan urusannya lagi.

Selanjutnya, Melisa membelikan kaus untuk Hartanto serta para abangnya. Asyik berburu oleh-oleh untuk keluarga, Melisa sampai lupa membelikan sesuatu untuk Candra. "Mas mau beli apa?"

"Nanti aja kalau sampai bandara."

Melisa mengangguk. Mungkin barang yang ingin dibeli suaminya tidak ada di sini, makanya bilang mau beli di bandara.

Sebelum berangkat ke bandara, Melisa memasukkan hasil belanjaannya ke dalam koper agar tidak perlu masuk ke bagasi kabin. Baru setelah itu, mereka masuk mobil lagi menuju bandara Ngurah Rai. Tiga puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan lobi terminal keberangkatan. Melisa mendengar ponsel suaminya terus berdering panjang. Sepertinya Sarina mulai meneror anaknya. Ia lantas melangkah lebih dulu, membiarkan Candra mengangkat telepon. Namun, belum lama berjalan, suara Candra terdengar.

"Mau ke mana kamu?"

Melisa putar badan. "Check in."

"Bukan lewat situ, Sayang. Lewat sini."

Seketika sekujur tubuh Melisa memanas hingga pipinya merah. Tanpa melihat sekeliling, ia melangkah lebar menuju tempat Candra berdiri. Di situlah ia baru melihat layar monitor bertuliskan 'Terminal Keberangkatan'.

Memalukan.

Tidak mau tersesat, Melisa akhirnya memercayakan Candra yang mengurus semua. Candra pasti hafal karena sudah sering mendapatkan rute penerbangan ke sini. Koper serta tas dimasukkan ke troli dan akan menggunakan barang itu sampai di tempat bagasi. Melisa mengikuti langkah Candra, menelusuri koridor sembari mendorong troli, menuju konter maskapai untuk melakukan check in tiket. Sesampainya di tempat itu, mereka melakukan prosedur hingga mendapatkan tiket pesawat.

Melisa menggenggam tangan suaminya dan baru dilepas saat tiba di bagian pemeriksaan dan bagasi. Kakinya sedikit pegal, tapi masih bisa ditahan. Lagi pula, sebentar lagi ia akan duduk di pesawat.

"Tadi siapa yang telepon, Mas?" tanya Melisa.

"Ibu."

Candra kemudian mengangkat ponselnya, mengarah ke monitor yang memberi petunjuk nomor gate. Melisa mengernyit bingung.

"Ngapain difoto, Mas?"

"Biar ibu percaya kalau kita beneran mau pulang."

Melisa terkikik.

Kini mereka melintasi beberapa pusat perbelanjaan. Candra memasukkan ponsel ke saku celana, lantas menatap Melisa. "Penerbangan kita masih satu jam lagi."

"Udah tahu. Terus?"

"Masih ada waktu buat cari oleh-oleh aku."

Ah, iya. Hampir saja Melisa melupakan itu. "Ya, udah, Mas mau bawa aku ke toko mana?"

Harusnya Melisa tidak perlu bertanya itu. Harusnya Melisa saja yang memilih toko untuk beli oleh-oleh selanjutnya. Karena sekarang, Candra mengajaknya masuk ke sebuah toko pakaian wanita. Victoria Secret namanya. Melisa mulai mengendus aroma mencurigakan dari badan suaminya. Melisa sudah tahu isi dalam toko ini apa saja dan langsung mengerti oleh-oleh yang diinginkan sang suami.

"Kamu tahu, aku pernah beli baju cantik sama parfum di sini buat kamu."

Mendengar ucapan itu, seketika Melisa teringat beberapa bulan yang lalu Candra yang habis pulang terbang dari Bali membawakannya dress, lingerie, dan sebotol parfum. "Terus?"

"Sekarang kamu pilih sendiri mau beli yang mana. Aku yang bayar."

"Apa aja, kan?"

"Iya, tapi jangan kebanyakan. Koper kita udah masuk bagasi."

"Oke. Aku cuma mau beli parfum biar bisa masuk tas."

"Kok, parfum? Baju nggak?"

"Lho, Mas bilang, kan, apa aja tapi jangan kebanyakan. Parfum udah cukup. Kalau aku disuruh beli baju, ya, bilang, dong. Jangan malu-malu gitu."

Karena sudah tahu isi kepala laki-laki itu, Melisa lantas berhenti di stand pakaian dalam. Tentu saja Candra mengekor di belakang.

"Mas mau yang mana?" Melisa menyerahkan pilihannya pada Candra. Kan, dia juga yang lihat.

"Yang ini." Candra mengambil kain berenda warna hitam.

"Satu atau dua?"

"Dua."

"Oke."

Usai membeli pakaian dalam, Melisa beralih ke rak parfum. Ia beli satu botol, tentu sudah lulus uji indra penciuman suaminya.

"Apa lagi?"

"Cukup. Nanti kalau terbang ke sini baru aku beliin lagi."

"Di Jogja, kan, ada, Mas. Aku kalo beli, kan, ya ke Victoria Secret juga, Mas."

Melisa senang belanja di sini karena kualitasnya tidak kaleng-kaleng. Terbukti tas yang ia beli sendiri tahun lalu masih bisa dipakai sampai sekarang.

Selesai membayar, Melisa dan Candra lantas keluar dan berjalan menuju ruang tunggu gate tiga. Tinggal beberapa jam lagi mereka kembali ke rutinitas masing-masing.


29 Oktober 2022
•••

Yaah, besok udah ketemu Mbah lagi :(

Agak ngelag, ngerasa kecepetan alurnya, tapi untung bisa diatasi 🙈 Mbak Pramugari genit kan belum tampil banyak, yak. Tapi mau muncul mulu juga ngapain, nggak mempan rayuannya ke Mas Pilot 😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro