Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24 - Memberi Umpan


"Sepertinya kita pernah ketemu, kan? Di supermarket beberapa hari yang lalu?"

Perempuan yang memiliki rambut sebahu itu mengiakan. Ia masih tidak percaya jika hari ini bertemu dengan Sarina, ibu dari laki-laki yang ia incar. Setelah bibinya mengatakan ada seseorang yang ingin bertemu, ia tidak tidak menyesali keputusannya menerima ajakan tersebut.

Orang bilang kalau mau mengincar laki-laki, maka harus tarik hati ibunya dulu, dan ini yang Syakira lakukan sekarang. Ia sudah tidak peduli lagi dengan status sang kapten, asalkan ibunya bisa ia genggam. Toh, kesempatan itu tidak datang dua kali, bukan? Sarina yang mengajaknya bertemu, Syakira dengan senang hati menerima.

Mereka berdua memilih tempat terpisah dari teman-teman Sarina. Sejak saat itulah Syakira merasa penampilannya diperhatikan oleh wanita tua itu. Salahnya tadi ia memakai pakaian santai karena niat awalnya hanya mengantarkan bibinya.  Tidak apa-apa, yang penting wajahnya masih terlihat menarik di mata wanita itu.

"Kamu sudah tahu tujuan saya mau ketemu untuk apa?"

Spontan Syakira menggeleng, pura-pura tidak tahu. Sebelum mendatangi Sarina, bibinya berkata kalau ada temannya yang sedang mencari istri untuk anaknya. Namun, ia tidak mau gegabah. Dirinya harus terlihat elegan. Jangan sampai Sarina tahu jika Syakira mengharapkan anaknya. "Bibi cuma bilang ada yang mau ketemu sama saya, Bu."

"Oh, pantas kamu mau ke sini, kalau tahu niat saya sebenarnya, pasti kamu nggak mau, kan?"

"Memang tujuan Ibu ketemu saya apa?"

Sarina menghela napas, kemudian menjawab, "Saya sedang mencari perempuan yang mau jadi istri kedua untuk anak saya, karena istri yang sekarang nggak mau hamil. Kasihan anak saya seumur hidup nggak dapet keturunan."

Syakira mendapat angin segar. Oh, pantas saja selama tiga tahun ini mereka belum dikaruniai anak, dan sekarang Sarina yang butuh cucu itu berniat mencari perempuan yang bersedia hamil.

Sebenarnya, Syakira juga tidak mau hamil, melahirkan, dan mengurus anak. Ia tidak mau bentuk tubuhnya berubah gara-gara ada makhluk kecil keluar dari rahimnya. Bagaimana nasib kariernya nanti? Mana ada maskapai yang mau menerima pramugari yang badannya gendut?

Namun, kesempatan ini tidak boleh Syakira sia-siakan, bukan? Ya, walaupun jadi wanita kedua, tidak masalah. Asal ia bisa dekat dengan Candra.

"Memang apa yang dia takutkan kalau punya anak? Bukannya Captain Candra sangat mapan? Saya rasa dia nggak perlu khawatir anaknya akan kekurangan."

"Nah, itu dia! Padahal, Candra berkecukupan. Bahkan, dia mampu menghidupi sampai tujuh turunan. Palingan dia nggak mau repot ngurus anak biar bisa kerja terus."

Syakira tersenyum miring. Ia berhasil menghasut Sarina. "Ya, maklumlah, dia masih kecil, masih mau senang-senang. Beda dengan saya. Kebetulan saya memang punya rencana untuk berumah tangga, tapi belum ada laki-laki yang cocok."

"Kamu nggak perlu cari laki-laki mana pun. Kalau kamu mau sama anak saya, tenang aja, saya akan urus. Kamu nggak usah takut kalau Melisa macam-macam, ada saya yang akan melindungi kamu."

Terjadilah kesepakatan. Syakira bersedia menikah dengan Candra dan memberikan cucu, asalkan Sarina memastikan Melisa akan pergi dari rumah. Sarina setuju.

Keberuntungan berpihak pada Syakira. Malam ini, ia akan terbang bersama Candra. Rencana mendekati sang kapten dimulai. Untuk sekarang, Syakira membawakan bekal untuk Candra. Ia tahu kebiasaan pria itu setiap kali terbang, selalu membawa bekal.

Syakira sudah siap dengan seragam lengkapnya. Ia berangkat menaiki mobil jemputan dari bandara. Setibanya di bandara, perempuan yang kini mengenakan seragam berwarna orange itu melakukan prosedur sebelum keberangkatan. Mulai dari cek kesehatan, briefing, hingga menyambut penumpang di kabin.

Pesawat bergerak mulus hingga sampai di bandara Soekarno Hata. Syakira dan pramugari lain mulai menyisir kabin, memastikan tidak ada barang yang ditinggal penumpang. Setelah dirasa aman, barulah mereka keluar dari ruangan burung besi itu. Tentu saja sebelum singgah di hotel, mereka menunggu Candra yang masih di dalam kokpit. Momen ini akan dimanfaatkan oleh Syakira.

Begitu Candra muncul, Syakira mendekati laki-laki itu. Tidak peduli di belakang maupun di sebelah Candra masih ada kru lain yang memperhatikan.

"Captain pasti lapar, kan? Kebetulan saya bawa dua bekal, satu untuk Captain."

Syakira dengan percaya diri menyodorkan kota bekal miliknya ke hadapan Candra. Membuat mata sang kapten tak berkedip selama dua detik. Sudah berulang kali Syakira berusaha menarik perhatiannya, dan itu kadang membuat Candra heran. Apa cincin di jari manisnya tidak membuat perempuan itu takut?

"Maaf, saya masih kenyang. Tadi makan bekal dari istri saya."

Senyum Syakira luntur seketika. Belum apa-apa, ia sudah kalah start dengan Melisa. Namun, bukan Syakira jika menyerah begitu saja.

"Kalau begitu buat nanti saja, Capt. Siapa tahu kelaparan di tengah malam."

"Terima kasih, tapi saya merasa sudah cukup. Kamu bisa simpan itu, siapa tahu kamu yang butuh."

"Kalau Captain nggak mau, buat saya saja," sela Martin.

Syakira melirik tajam. Ia jauhkan kotak bekal itu dari jangkauan Martin. "Nggak boleh!"

Martin dan para kru kabin yang lain beranjak lebih dulu. Syakira memanfaatkan posisi itu dengan terus bersisian dengan Candra.

"Setelah penerbangan terakhir kemarin, Captain ke mana?"

Candra menoleh, keningnya berkerut, tetapi kakinya terus melangkah. "Maksudnya apa kamu tanya seperti itu?"

"Waktu itu saya bertemu dengan ibu Captain di supermarket. Beliau mengira kalau Captain masih terbang, lalu saya bilang kalau Captain sudah selesai. Memangnya waktu itu Captain ke mana?"

"Jadi, waktu itu kamu yang ketemu dan bilang ke ibu saya?" Bukannya menjawab, Candra justru melempar pertanyaan.

"Iya, Capt."

"Kalau begitu, mulai dari sekarang kamu jangan ikut campur urusan saya. Saya nggak suka."

Candra melangkah lebih dulu. Syakira mengumpat seraya mengentakkan kakinya. Kenapa susah sekali menarik perhatian laki-laki itu?

Syakira mencari cara lain sambil jalan menuju tempat penginapan, lalu tiba di kamar, dan mulai membersihkan riasan. Melihat kapas yang kotor, Syakira terpikir sesuatu.

Secepat kilat perempuan itu mengganti pakaiannya dengan bathrobe. Lalu, ia duduk di lantai, tangannya meraih ponsel, dan menghubungi nomor Candra. Beruntungnya langsung diterima.

"Capt, bisa ke sini? Kaki saya terkilir!"

"Kenapa harus saya? Kamu bisa panggil petugas hotel supaya dapat pertolongan."

"Saya nggak mau, Capt. Saya takut ketemu orang asing, cuma Captain di sini yang saya kenal."

"Temen-temen kamu di mana? Kenapa nggak panggil mereka aja?"

"Capt, tolong, kaki saya sakit sekali!"

Syakira langsung memutus sambungan teleponnya. Ia mulai menghitung mundur sembari menatap pintu. Ia sangat yakin sebentar lagi Candra akan datang menolongnya.

Sepuluh menit kemudian, terdengar pintu diketuk dari luar. Syakira dengan cepat melangkah, meraih gagang pintu, lalu membukanya. Namun, raut wajahnya berubah setelah melihat siapa yang datang.

"Saya barusan dapat laporan kalau di kamar ini ada yang sakit. Apa benar?"

Alih-alih menjawab, Syakira justru membanting pintu. Napasnya memburu, panas menyerang sampai wajah. Tangannya yang terkepal menghantam daun pintu.

Sial! Kenapa Candra malah memanggil petugas hotel?


24 September 2022

••••

Kasian Mbak Syakira, umpannya gagal 🤣🤣🤣

Baru Candra, lho. Kalo sama Melisa bakal gimana tuh 🤣

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro