Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23 - Calon Madu


Sebentar lagi pukul tujuh malam. Namun, Candra masih berada di dalam kamar. Memperhatikan Melisa yang masih sibuk mengecek barang bawaannya di dalam navbag.

"Oke, semua udah beres. Nggak ada yang belum masuk. Bekal yang aku bikin tadi jangan lupa dimakan!"

"Siap, Istriku!"

Barang yang paling diminati Candra saat terbang adalah kotak bekal dari istrinya. Dulu, ibunya yang rajin membuat, sekarang ada Melisa. Ya, sempat terjadi keributan karena ibu dan menantu itu ngotot membuatkan bekal. Sampai akhirnya Candra membuat kesepakatan dengan memberikan jadwal untuk Melisa dan Sarina. Walaupun memang masakan Melisa masih tergolong sederhana, bahkan bumbunya pun masih kacau. Namun, Candra tetap menghabiskan makanan itu sebagai bentuk menghargai perjuangan Melisa.

Candra mengulurkan dasi berwarna biru tua ke arah Melisa. "Tolong, dong."

"Lah, dari tadi ngapain aja sampai belum dipake?"

Sambil mulutnya komat-kamit, Melisa mengambil dasi itu, berdiri di depan suaminya, mengangkat kerah baju ke atas, menyampirkan tali dasi di antara lipatan kerah itu. Di saat seperti inilah yang paling disukai Candra. Ia bisa melihat wajah cantik istrinya, bisa mengendus harum tubuhnya, yang paling enak, sih, tangannya bisa nakal.

"Nanti kalau Ibu bahas istri kedua lagi, kamu nggak usah tanggapin, diem aja. Kalau kamu tanggapin entar kamu sendiri yang capek."

"Hem."

"Hari ini aku empat kali landing. Pertama ke Jakarta, terus ke Surabaya, balik lagi ke Jakarta, baru ke sini."

"Hem."

Hanya jawaban itu yang didapat, tangan Candra mulai bergerilya di pinggang perempuan itu. Pertama, ia rengkuh agar makin merapat, lalu wajahnya mulai mendekat. Akan tetapi, bukan ciuman yang terjadi, melainkan rasa panas serta nyeri yang menjalar di lehernya. Otomatis, pelukan itu terlepas.

"Enak nggak Mas?" Sebelah alis Melisa terangkat. Dialah pelaku yang menyebabkan suaminya mengerang kesakitan. "Makanya kalau mau grepe-grepe itu tahu situasi. Udah jam berapa coba sekarang?"

Candra mengelus lehernya. "Kalo aku mati gimana?"

"Ya, aku jadi janda yang uangnya banyak."

"Kan, kamu yang bunuh aku. Ya, masuk penjara, dong."

Seketika Melisa mencebik. Sial, benar juga. Kalau Candra meninggal gara-gara dicekik tadi, Sarina pasti akan menuntut Melisa. Namanya ramai diperbincangkan. Padahal cuma perkara sepele.

"Mas, kalo misalnya calon istri kedua Mas lebih cantik dari aku, Mas bakal naksir nggak?" Entah kenapa Melisa tiba-tiba menanyakan itu. Habisnya, dia takut kalau ternyata perempuan pilihan mertuanya itu ternyata lebih cantik, terus Candra kesetrum.

"Semua yang aku inginkan itu ada di kamu, Sayang. Jadi, untuk apa aku melirik perempuan lain?"

Melisa yang lengah, dimanfaatkan oleh Candra. Laki-laki itu berani mencuri kecupan di bibir polos istrinya. Kali ini Melisa tidak protes.

"Lagian, nggak mungkin Ibu ketemu sama perempuan yang mau jadi istri kedua. Kalau ada berarti gila dia."

Ucapan Candra ada benarnya, tapi Melisa tidak bisa seratus persen percaya. Candra ini idaman wanita. Mapan, kaya, ganteng, Melisa berani bertaruh di antara pramugari yang bekerja sama dengan Candra pasti ada yang naksir. Jangankan di lingkungan kerja, di luar sana pasti ada perempuan yang mengagumi Candra.

"Udah, kamu nggak pikirin lagi, ya. Aku yakin Ibu akan berubah pikiran." Candra menangkup wajah istrinya, lalu mencium keningnya sebentar.

Melisa tak mau membahasnya lagi. Ia pun mengantarkan Candra keluar karena mobil jemputan dari bandara sudah tiba.

Melisa dan Sarina melepas kepergian mobil berwarna biru langit itu. Begitu kendaraan tersebut tidak terlihat, Melisa beranjak lebih dulu. Sampai kemudian, terdengar suara Sarina di belakang.

"Duduk dulu, Ibu mau bicara sama kamu."

Tanpa kata, Melisa menurut. Ia mengambil tempat di sofa, sedangkan Sarina duduk di seberang.

"Karena kamu nggak mau hamil, jadi Ibu berniat mencari perempuan yang mau jadi istri kedua, dan Ibu sudah menemukannya."

Mungkin Sarina pikir Melisa akan kaget, meraung, lalu mengemis belas kasihan supaya rencana itu batal. Namun, sayang sekali itu hanya di angan-angan Sarina. Melisa tidak terkejut. Ia justru  masih memasang wajah tenang. Seakan-akan yang dikatakan mertuanya merupakan sesuatu yang tidak perlu ditakutkan.

"Oh, cepet juga, ya? Padahal, belum ada sehari. Emang dia mau jadi istri kedua?"

"Ya. Tentu dia wanita yang berkelas, sederajat dengan anakku."

Melisa manggut-manggut meski sebenarnya dalam hati mulai menertawakan mertuanya. Berkelas dari mananya? Wong jadi istri kedua mau-mau aja.

"Nah, aku, kan, yang bakal jadi kakak madunya, nih. Aku harus tahu siapa dia, kerjanya apa, orangnya kayak gimana, keluarganya terima apa nggak." Melisa mulai mengorek informasi.

"Namanya Syakira Kemala. Dia salah satu pramugari di maskapai yang sama dengan Candra. Dia cantik, dari keluarga terpandang, dan pastinya tidak kurang ajar seperti kamu."

Pramugari yang satu maskapai dengan Candra? Melisa memutar otaknya. Mengingat nama-nama kru penerbangan yang pernah bekerja dengan suaminya. Seperti pernah dengar, tetapi wajahnya blur. Melisa tidak ingat secara keseluruhan.

Info dari Sarina berhasil menantik rasa penasaran Melisa. Begitu tiba di kamar, Melisa membuka nakas, mencari sumber valid dari buku-buku yang disimpan Candra. Ada satu album foto yang ia yakini terdapat foto si Syakira itu. Candra memang termasuk orang yang masih suka menyimpan foto di album, alih-alih di folder ponsel.

Melisa membuka halaman demi halaman dengan teliti. Isi album lebih memperlihatkan foto Candra bersama teman seangkatan di penerbangan. Semakin ke belakang, tidak ada foto yang memperlihatkan kabin pesawat.

Usai menutup album, Melisa mengeluarkan ponsel, membuka sosial media, mengetik nama Syakira Kemala di kolom pencarian. Ada setidaknya empat akun yang memakai nama tersebut, Melisa membuka satu-satu, membaca bio yang tertulis di akun itu, dan akun ketiga yang menunjukkan kebenaran. Terdapat tulisan 'member of Merpati Air' yang merupakan nama maskapai penerbangan tempat kerja Candra.

Melisa mengamati foto di layar. Seperti familiar dengan wajahnya. Seingatnya, perempuan ini satu-satunya pramugari yang memasang wajah tidak suka saat Melisa ikut terbang. Perempuan ini juga mendekati Candra secara terang-terangan. Melisa pernah mendengar pengakuan Candra, bahwa ada seorang pramugari yang berusaha menarik perhatiannya.

Layar pindah ke WhatsApp. Melisa menekan nomor Inayah. Melakukan panggilan di sana. Tidak butuh waktu lama, Inayah menerima teleponnya.

"Nay, tau nggak, masa pramugari centil yang pernah aku ceritain ternyata yang bakal jadi istri kedua Mas Candra."

"Eh, kok, bisa? Ibu kamu bisa ketemu dia di mana?"

"Nah, itu dia aku nggak tau. Aku tadi cuma nanya nama sama pekerjaan dia. Pantesan aja Ibu cepet ketemu, wong dia udah naksir Mas Candra dari lama!"

"Terus kamu mau gimana?"

"Ya, aku mau melawan, dong! Nggak akan aku biarkan dia merebut Mas Candra."

"Mel, sebenernya kalo Candra nggak mau, kamu udah menang, lho. Cuma mertua kamu itu yang perlu dipepet lagi."

"Aku tetap khawatir kalau Mas Candra akhirnya suka sama dia. Kan, mereka selalu kerja bareng."

"Jangan mikir berlebihan, kamu mending kasih kepercayaan ke suami kamu."

Tetap saja Melisa tidak bisa kalau tidak berpikir berlebihan. Pokoknya ia harus cari  celah supaya Syakira tidak berani masuk ke rumah tangganya.


23 September 2022

••••

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro