20 - Balas Budi
Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh Melisa. Ada seorang ibu yang ingin mencarikan istri kedua untuk anaknya. Padahal, zaman sudah berubah, tapi masih saja ada orang tua yang memiliki pikiran zaman dulu.
Melisa dan Candra tidak ada masalah kesehatan. Tinggal sekarang bagaimana meyakinkan Candra supaya mengizinkannya lepas alat kontrasepsi. Masalah ini akan selesai jika Candra berubah pikiran.
Lagi pula, menikah lagi bukan solusi yang bagus. Melisa mana tahan menyaksikan suaminya sekamar dengan perempuan lain. Ditinggal terbang saja sudah membuatnya kelimpungan. Ini mau ditinggal bermalam dengan istri kedua. Belum lagi kalau salah satu dari istri ada yang cemburu, merasa diperlakukan tidak adil, bukannya malah makin rumit?
"Ibu nanti mau ketemu teman-teman. Di sana Ibu akan tanya perempuan yang masih lajang buat dijadikan istri kedua."
"Aku nggak mau, Bu." Candra menyela.
"Kamu itu belum lihat, nanti kalau sudah pasti kamu akan suka."
"Percuma juga kalo Mas Candra nikah lagi. Kalo yang bermasalah ternyata Mas Candra, kasihan perempuan itu, Bu. Udah jadi istri kedua, ternyata suaminya yang nggak bisa kasih anak."
Sesungguhnya, Melisa ingin mengatakan yang lebih pada ibu mertuanya. Kalau perlu jujur saja kalau Candra yang tidak mau punya anak. Namun, ia harus tetap waras supaya bisa memenangkan peperangan ini.
"Ibu nggak ngomong sama kamu! Urus diri kamu sendiri yang nggak becus jadi istri."
"Lha, emangnya Ibu udah becus jadi ibunya Mas Candra?"
"Mel!" tegur Candra. Situasi makin rumit kalau Melisa terus meladeni ucapan ibunya.
"Aku bener, lho, Mas. Dari dulu Ibu selalu maksa Mas buat nurut keinginannya. Apa Ibu pikir nikah lagi itu gampang?"
Tentu saja perkataan Melisa menyulutkan emosi Sarina. "Kamu kurang ajar, ya! Ibu menyesal mengizinkan Candra nikahi kamu! Perempuan, kok, nggak tau sopan santun sama orang tua!"
"Aku juga nyesel punya mertua kayak Ibu!"
"Mel, udah, cukup!" Candra sudah tidak sanggup lagi mendengar dan melihat perdebatan itu. "Kamu keluar dulu, ya."
Mata Melisa melebar. "Lho, kok, aku yang keluar? Ibu, dong. Kan, ini kamar kita!"
Candra mengembuskan napas, lalu menoleh ke arah ibunya. "Ibu bisa keluar sebentar? Aku mau ngomong sama Melisa."
"Kamu berani usir Ibu?"
Pria itu mengusap wajahnya kasar. Menekan kesabaran lebih dalam lagi. "Aku nggak usir Ibu. Ini kamar aku sama Melisa dan kami sedang butuh privasi sekarang. Satu lagi, aku nggak mau nikah lagi, hanya Melisa istri aku. Jadi, Ibu jangan suruh aku lakukan sesuatu yang nggak mau aku lakukan."
Sarina mendengkus. Matanya yang tajam menatap Melisa dan Candra secara bergantian. "Ibu udah susah payah membesarkan kamu, sekolahin kamu tinggi-tinggi, terus ini balasan kamu, Candra? Kamu nggak mau balas budi? Ibu cuma minta cucu, apa salahnya?"
Sungguh, saat ibunya mengatakan itu, Candra merasa sesuatu yang patah di dalam tubuhnya. Ia merasa apa yang dilakukannya selama bertahun-tahun tidak berdampak apa-apa. Balas budi apa yang Sarina inginkan? Kehadiran cucu? Untuk apa? Candra tahu, Sarina ingin cucu untuk ajang pamer pada teman-temannya.
Melisa cukup terkejut mendengar ucapan Sarina. Balas budi? Sungguh, Melisa tidak mengerti kenapa orang tua menganggap apa yang dilakukan mereka adalah sesuatu yang harus dibalas. Padahal, sang anak itu titipan Allah. Anak juga tidak meminta untuk dihadirkan ke dunia. Bukannya orang tuanya yang ingin, lalu setelah muncul mereka menjaga dan merawat sepenuh hati dan ketika sudah besar mereka akan bangga?
Jadi, ini yang bertahun-tahun suaminya rasakan? Sarina melabeli Candra sebagai anak durhaka kalau tidak menuruti keinginannya? Astaga, dari mana korelasinya? Melisa dengan mama papanya selalu memiliki banyak perbedaan, tapi mereka biasa saja. Terjadi gesekan itu biasa. Namun, ia belum pernah mendengar Ratna menagih balas budi.
Bukannya anak itu punya jalan masing-masing dan orang tua mengantarkan saja? Bukannya memberikan fasilitas itu kewajiban orang tua, kenapa minta balas budi? Anak tidak pernah meminta untuk berhutang pada orang tuanya, bukan?
Kabur ke Yukata Books merupakan opsi terakhir Melisa setelah berdebat panjang dengan Sarina. Berhasil sedikit menenangkan hatinya memang, tetapi ia tidak lupa dengan ucapan demi ucapan sang mertua terkait rencana anehnya itu.
Melisa mengacak rambutnya. Laptop sudah menyala, tetapi pikiran tidak bisa fokus. Di pelupuk mata, bayangan Candra yang membisu saat ibunya berkata balas budi terus menari-nari. Melisa jadi paham kenapa selama ini Candra terus mengalah karena ibunya selalu membuat anaknya merasa bersalah.
"Mel, kok, udah pulang? Katanya seminggu?"
Melisa menoleh ke asal suara. Inayah. Perempuan berkerudung biru langit menarik kursi, kemudian duduk. Kepalanya miring bertumpu pada salah satu tangan.
"Nggak jadi," jawab Melisa seraya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Mas Candra nyusulin aku, terus Ibu tau. Disuruh pulang, deh."
"Pasti kamu kesel banget liburannya diganggu sama mertua."
"Banget!" Melisa memperbaiki posisi duduknya. Sekarang, tangannya bergerak lincah menyatukan rambut dalam satu ikatan. "Ya ... walau bisa dibilang pergi ke Semarang bukan pilihan yang bagus, sih. Ada sedikit konflik di sana sama kakak ipar."
"Oh, kakak kamu juga pulang?"
Melisa mengiakan. "Eh, pulang-pulang, bukannya damai, malah makin jadi si Ibu mertua."
"Kenapa lagi?"
"Ibu punya rencana cariin istri kedua buat Mas Candra."
"Pasti gara-gara kebelet minta cucu," tebak Inayah. Dia, sih, tidak terlalu terkejut. Sudah ketebak kalau orang tua akan selalu punya pikiran seperti itu untuk memenuhi keinginannya.
"Iya! Kesel banget pagi-pagi dibikin emosi."
Inayah mengubah posisinya, lalu geleng-geleng. "Terus kamu mau ngapain kalau rencana itu jalan?"
Nah, itu dia! Melisa belum memiliki rencana untuk melakukan perlawanan. Kepalanya masih penuh hingga kesulitan konsentrasi. Ia yakin sekali, Sarina tidak akan menarik ucapannya. Mungkin sekarang mertuanya itu sedang bergerak mencari kandidat. Kalau Melisa kalah cepat, habis sudah.
"Kayaknya bakal susah, Nay. Mas Candra masih teguh sama pikirannya, Ibu tetep kukuh sama keinginannya. Aku yang di tengah-tengah jadi bingung. Kalau Ibu beneran dapetin perempuan yang mau jadi istri kedua, apa nggak mati aku?"
"Makanya itu kamu coba bujuk sekali lagi. Kali aja dengan adanya rencana itu, suami kamu jadi luluh."
Helaan napas terdengar dari bibir Melisa. Apa akan semudah itu? Ia rasa tidak. "Aku udah frustrasi, Nay. Capek juga mikirin mereka. Aku malah penasaran, Ibu bakal ketemu perempuan yang kayak gimana buat jadi maduku."
Inayah geleng-geleng lagi. Melisa ini bukannya takut, malah menantang. "Emang kamu udah rela kalau suami kamu digrepe-grepe sama cewek lain?"
"Ya nggak, lah. Gila aku!" seru Melisa. "Aku cuma mau ikutin alurnya. Kalau ternyata perempuan pilihan Ibu lebih baik dari aku, terus Mas Candra juga suka, aku bisa apa? Tapi, aku malah kasihan ke perempuan itu, sih. Kan, Mas Candra yang nggak mau punya anak."
Mendengar itu, Inayah lantas menyadari sesuatu. "Respons suami kamu gimana setelah denger itu?"
"Dia bilang nggak mau, tapi tahu nggak, Ibu malah nyerempet masalah balas budi."
"Oh, aku paham. Pasti mertua kamu bilang udah kasih segalanya, tapi suami kamu nggak balas, kan?"
Melisa mengangguk. "Terus Mas Candra diam aja, kayak langsung overtinking. Aku baru kali ini lihat dia begitu. Mama sama Papa aku nggak pernah nagih-nagih balas budi, padahal aku ini anak yang datang dari KB yang gagal."
"Ya, artinya ortu kamu beneran sayang dan tulus sama kamu, Mel. Tapi, kalau mereka nggak nagih, apa kita diam aja? Nggak juga. Sebagai anak, berlakulah yang baik, itu aja udah bikin ortu senang, kok."
"Nah, itu juga yang dibilang sama Mama Papa."
"Kalau kamu beneran mau punya anak, kayaknya kalian emang perlu pisah rumah, deh, sama mertua. Aku jadi takut kalau anak kamu bakal diperlakukan yang sama."
Melisa terhenyak. Sedikit demi sedikit, ia mulai memahami alasan Candra yang melarangnya hamil.
20 September 2022
••••
Aduh, semoga Sarina cepet tobat 😌
Yang punya Karyakarsa dan mau baca spesial chapter-nya, bisa copas link ini.
https://karyakarsa.com/pesulapcinta/hi-little-captain-special-part
https://karyakarsa.com/pesulapcinta/hi-little-captain-special-part-2
Murah kok, cuma 20 kakoin kalian bisa nikmati spesial chapter-nya ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro