Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10 - Iri? Bilang, Bos ....


Mas Candra: Dua jam lagi aku sampai di Semarang. Nggak sabar, deh, ketemu kamu. 😘

Tiada hal yang paling menyenangkan selain menerima pesan dari suaminya. Melisa pun mempersiapkan diri. Dimulai dengan mandi, lalu pergi ke dapur untuk memasak nugget yang ia buat sendiri bersama Ratna, selanjutnya membuat sambal goreng ati. Begitu sampai, Candra pasti senang disambut dengan makanan kesukaannya.

"Eh, kirain Mama yang lagi masak, nggak taunya kamu." Suara laki-laki di belakang terdengar. Melisa menoleh sebentar. Rupanya Ahsan yang datang.

Kini, Ahsan berdiri di sebelah Melisa. Mencomot satu nugget yang sudah matang. "Kan, tadi kita udah sarapan. Kok, masak lagi, Dek?"

"Ini buat Mas Candra, bentar lagi dia ke sini."

"Ciee, disusul suami."

Seketika wajah Melisa memanas, tetapi tangannya tidak berhenti menggerakkan spatula di atas teflon.

"Mas seneng, deh, kamu udah banyak berubah. Nggak salah Mas setuju kamu nikah sama Candra."

Melisa mengulum bibir. "Kata Mama, perempuan bakal berubah ketika udah menikah. Entah itu berubah ke arah yang baik atau buruk."

"Candra memperlakukan kamu dengan baik, kan?"

Jika ditanya begitu, tentu saja jawabannya akan bervariasi. Selama tiga tahun ini, Candra sangat baik, bertanggung jawab, walau kadang menyebalkan kalau menyangkut ibunya, dan satu lagi masih belum berubah pikiran soal anak.

"Mas Candra baik, kok, Mas. Aku bahagia sama dia."

Ahsan menghela napas lega. "Syukurlah, tapi kalau kamu ngerasa dia nyakitin kamu, jangan sungkan minta bantuan Mas, ya. Nanti biar Mas yang hadapi dia."

Bibir yang dipulas lipstik nude terangkat ke atas. Melisa merasa beruntung kakak serta kedua abangnya masih bersedia berdiri di hadapannya, masih bersedia mengulurkan tangan dan bahu untuk bersandar. Setidaknya Melisa merasa mendapat kekuatan sekaligus perlindungan jika suatu hari nanti ia merasa tidak mampu menapaki bumi.

"Makasih, Mas."

"Ya udah, Mas ke kamar Ryan sama Fyan dulu, ya. Tiara ada di sana."

"Mbak Mutia ke mana emangnya, Mas?"

"Ada di kamar."

Saat Ahsan beranjak ke kamar adik kembarnya, kening Melisa berkerut. Tunggu, ini jam sembilan pagi dan Mutia masih di dalam kamar. Astaga naga dragon, untung mertua Mutia itu Ratna, bukan Sarina. Melisa pernah sekali berdiam di kamar gara-gara kram haid dan itu masih pagi, Sarina langsung menceramahinya panjang lebar. Setelah itu, ia kapok.

Melisa tidak mau ambil pusing. Biarkan saja, yang malu, kan, Mutia. Itupun kalau masih punya urat malu.

Perempuan itu beranjak keluar. Bertemu dengan Hartanto yang baru saja keluar dari kamar.

"Wah, anak Papa cantik sekali pagi ini," puji Hartanto pada anak bungsunya itu.

"Iya, dong. Mau menyambut suami masa mukanya jelek."

"Candra jadi ke sini?"

Melisa mengiakan. "Lagi di perjalanan, Pa."

"Wah, kalo gitu Papa perginya siangan aja. Papa juga mau ketemu sama mantu."

Melisa tersenyum. Ia lantas mengajak papanya duduk di sofa ruang tamu.

Beberapa menit kemudian, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Begitu Candra turun dari taksi, Melisa beranjak keluar dan langsung memeluk suaminya. Hartanto menyusul di belakang.

"Mel, ada Papa." Candra merasa tidak enak hati dengan tingkah istrinya.

"Nggak apa-apa, Nak. Papa pernah muda," balas Hartanto dan itu malah semakin membuat sang pilot malu.

Melisa mengurai tubuhnya, lalu meraih tangan Candra untuk dicium. Setelah itu, gantian Candra yang mencium tangan papa mertua. Hartanto mengajak anak serta menantunya memasuki rumah. Tangan Melisa melingkar di lengan suaminya saat melangkah ke dalam.

Dalam sekejap ruang tamu menjadi penuh karena Fyan, Ryan, Ahsan yang menggendong putrinya muncul, Mutia juga keluar dari kamarnya, Ratna yang baru pulang dari pasar terkejut dengan kedatangan Candra.

"Om Ganteng minta oleh-oleh, dong." Si kecil Tiara yang kini berada di pangkuan Mutia dengan polosnya menodong oleh-oleh.

Semuanya tertawa, apalagi Melisa. Semoga saja setelah melihat kelucuan keponakan, hati Candra tergerak untuk membuat anak.

"Sebentar." Candra membuka travel bag yang biasa ia bawa bersamaan dengan navbag-nya. Ia mengeluarkan lima batang cokelat dari sana. "Karena Om nggak tau kesukaan kamu apa, jadi cuma beli cokelat. Mau nggak?"

"Mau, Om!"

Namun, bukan Tiara yang menerima cokelat tersebut, melainkan Mutia. "Makasih, ya. Tiara suka cokelat, sama kayak mamanya."

Melisa justru mengendus maksud lain dari ucapan sang kakak ipar. Apa untungnya coba Candra tahu kalau Mutia suka cokelat?

"Terus buat kita ada nggak, Mas?" Ryan tidak mau kalah dari sang keponakan.

"Ada." Candra mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam. Begitu dibuka tutupnya, Fyan dan Ryan memandang takjub. Isinya adalah dua buah jam tangan.

"Kemarin pas di Jakarta, aku lihat jam tangan kembar. Kayaknya cocok buat Bang Ryan dan Bang Fyan."

"Udah kayak Mama aja kalo beliin barang buat kita selalu seragam," komentar Fyan. "Tapi, makasih, Mas. Ini jam tangannya keren!"

Pembagian oleh-oleh berlanjut. Kali ini pakaian untuk Ratna dan Hartanto, juga untuk Ahsan dan Mutia.

"Om, tas itu belum dibuka," kata Tiara seraya menunjuk navbag Candra.

"Oh, ini tas kerja Om. Isinya dokumen penting yang nggak bisa sembarangan dibuka. Sama di dalamnya juga ada oleh-oleh buat Tante Melisa."

"Lho, kenapa nggak dibuka di sini?" tanya Ahsan.

Sebelum menjawab, Candra menatap istrinya. "Karena isinya istimewa."

Melisa jadi salah tingkah. Tiga tahun bersama, membuatnya tahu makna kata itu. Sudah pasti oleh-oleh Candra hanya Melisa yang boleh melihat karena bukan sekali ini suaminya melakukan itu.

"Mel, ajak suamimu makan. Pasti lapar, kan?" Ratna bersuara.

"Iya, tadi Melisa sudah masak, lho," timpal Ahsan.

Melisa kemudian berdiri. "Bentar, ya, Mas. Aku siapin dulu."

Candra mengiakan. Melisa pun beranjak menuju dapur. Sesampainya di sana, ia menyiapkan satu piring untuk Candra, lauk yang dibuatnya tadi sudah pindah di meja.

"Enak, ya, selalu diistimewakan?"

Melisa terperanjat dengan kedatangan Mutia. Perempuan itu berdeham untuk menetralkan debar jantungnya, kemudian kembali bekerja, mengabaikan Mutia. Malas ribut pagi-pagi.

"Kamu, kan, sekarang dapet suami mapan, harusnya sadar diri, dong."

Gerakan Melisa mengaduk kopi terhenti. Lantas, memutar tubuhnya menghadap si kakak ipar. "Maksudnya apa, ya, Mbak?"

Mutia meletakkan gelas bekas minumnya di meja. Menatap lekat-lekat ke arah Melisa. "Masa harus dikasih tau, sih. Dulu, kan, kamu suka dikasih uang sama kakak kamu. Sekarang gantian, dong. Masa, suami kamu cuma kasih baju sama cokelat, mana murah pula."

Ya Gusti ... masih untung Candra inisiatif beli oleh-oleh, lho. Kok, tidak ada terima kasih sama sekali, malah bilang murah? Melisa tidak habis pikir.

"Mbak kalo nggak suka sama pemberian Mas Candra bilang langsung, jangan di belakang kayak gini. Mbak tahu nggak, Mas Candra habis terbang bolak-balik dan dia masih sempat beliin oleh-oleh buat kita." Melisa membela suaminya. Jelas, siapa yang terima? Sumpah, ingin rasanya menyumpal mulut besar Mutia pakai cobek.

"Sama satu lagi, Mbak, Mas Ahsan nggak pernah minta balas budi. Dia sangat ikhlas bantuin orang tua dan adik-adiknya. Kalau Mbak nggak terima, bilang, dong, sama suami Mbak. Paling habis itu dicerain. Nggak baik punya rasa iri dengki, apalagi ke saudara sendiri."

Sebelum Mutia membalas, Melisa memilih kembali ke ruang tamu. Asli, setiap kali dekat dengan Mutia, hawanya langsung panas. Mau meledak rasanya!

Melisa yakin kakaknya itu sudah melakukan tugas sebagai suami dengan baik, apalagi pekerjaan Ahsan sangat menjanjikan. Kok, ya, masih saja menggangu ketenangan rumah tangga orang. Mungkin benar kata orang, rumput tetangga itu lebih hijau.

10 September 2022

••••

Yeay udah sampai part 10. Masih sisa 80 lagiii 💪💪💪

Yang punya Karyakarsa dan mau baca spesial chapter-nya, bisa copas link ini.

https://karyakarsa.com/pesulapcinta/hi-little-captain-special-part

https://karyakarsa.com/pesulapcinta/hi-little-captain-special-part-2

Murah kok, cuma 20 kakoin kalian bisa nikmati spesial chapter-nya ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro