Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 27 : Obliviate

.
.
.
.
.

Sesuai perjanjiannya di Great Hall, Draco menemui Pansy dan Blaise setelah pelajaran pertama usai. Mereka bertiga menuju kamar Asrama tempat Draco, Blaise, Theo, Pike dan Crabbe tidur.

Pada awalnya, Daphne dan Theo ingin ikut karena mau tahu juga apa yang ingin dibicarakan oleh mereka bertiga. Tapi Pansy melarang keras mereka karena ini adalah privasi Draco, Blaise juga menambahkan bahwa hanya mereka berdua yang boleh diberitahukan Draco.

Jadilah, kedua orang itu tidak jadi ikut dan larut dengan kesibukkan mereka masing-masing. Daphne dan Milicent serta Theo dan Astoria.

Draco mengikuti Pansy dan Blaise yang jalan lebih dulu menuju Asrama laki-laki.

Blaise menutup pintu rapat setelah Draco masuk. Pemuda berkulit gelap itu mamasang Mufliato agar tidak ada yang bisa mendengar pembicaraan rahasia mereka.

Blaise duduk di sofa yang dekat dengan pintu masuk, sementara Pansy memilih berdiri di dekat jendela dimana terlihat cumi-cumi raksasa menyemburkan tentakelnya.

Draco sendiri memilih duduk kasur miliknya. "Sekarang? Apa yang ingin kalian bicarakan padaku sehingga kalian melakukan semua ini agar orang lain tidak tahu?" tanya Draco sembari melipat tangan memandang kedua temannya yang berbeda gender itu.

Pansy menatap Blaise sebelum menjawab pertanyaan Draco. "Sebelum ke intinya, aku ingin bertanya padamu Drake. Apa kau mencintai Hermione Granger?" Draco membeku mendengar pertanyaan Pansy untuknya. Jujur saja, Draco menyukai Princess Gryffindor itu karena sikapnya benar-benar cocok dengan Draco. Tapi kalau mencintai? Draco rasa tidak, karena seorang Malfoy pantang untuk mengatakan cinta pada gadis lain maupun pasangannya. Lucius, ayahnya bahkan tidak pernah mengatakan cinta pada ibunya. Tapi sebaliknya, Draco dengan keras akan mengatakan cinta pada Ibunya begitupula sebaliknya. Narcissa juga mencintai Draco bahkan dengan nyawanya sendiri. Semua ibu begitukan?

"Draco!" seruan Pansy menghentikan Draco dari lamunanya. Ia menatap Pansy dan Blaise bergantian dengan raut bingung.

"Emmmm," gumam Draco. Pansy dan Blsie bertatapan.

"Ayo jawab, Drake!" seru Blaise.

"Aku menyukainya!" tegas Draco. Pansy tersenyum mendengarnya begitu juga dengan Blaise.

"Tapi untuk mencintainya? Kurasa tidak," sambung Draco.

"Kenapa?" tanya Pansy. Draco menatap satu-satunya teman perempuan yang sangat pemuda itu percayai.

"Karena seorang Malfoy pantang untuk mengatakan cinta pada siapapun kecuali ibu mereka. Bahkan aku tidak pernah mendengar father mengatakan cinta ke mother," kedua orang itu membelalakkan matanya mendengar penuturan dari satu-satunya pewaris tunggal Malfoy itu.

"Yang benar saja!" seru Pansy histeris. Tidak dapat dibayangkan jika ia menikah dengan Draco. Oh coret nama Draco! Karena dia tidak ingin menikah dengan orang yang telah ia anggap saudara sejak kecil. Pansy tidak dapat membayangkan jika ia menikah dengan seorang Malfoy, ia pasti hanya akan bermimpi diucapkan kata cinta oleh pasangannya setelah mendengar penuturan teman Malfoy nya.

"Lalu mengapa kau menyukai Hermione, mate? Yang kudengar seleksi untuk pasangan seorang Malfoy itu cukup ketat dan yang paling penting adalah pureblood,"

Draco tersenyum meningat Hermione. "Dia sempurna! Matanya, bibirnya, senyumannya!" Draco menunduk.

"Dia sempurna kecuali darah mugglenya," ucap Blaise yang seperti menyambung ucapan Draco tadi.

"Saat beberapa tahun yang lalu, siapa kau yang kau beritahu bahwa kau mencintai- em maksudku menyukai Hermione?" tanya Pansy yang memperbaiki ucapannya karena di tatap tajam oleh Draco.

"Hanya mother," Pansy dan Blaise terkejut.

"Lalu apa responnya Narcissa?!" seru Pansy dan Blaise serentak.

"Mother mengatakan itu semua terserah padaku, apapun yang kupilih dia akan selalu mendukungku demi kebahagianku." jelas Draco. Pansy dan Blaise mengangguk.

Pansy memberikan isyarat pada Blaise dengan melototkan matanya pada pemuda Zabini itu. Tapi Blaise menggelengkan kepalanya. Pansy makin melototkan matanya pada Blaise. Akhirnya, pemuda Zabini itu menghela nafas pasrah dan menatap Draco yang mengangkat alis bingung melihat interaksi kedua temannya yang absurd.

"Apa kau tahu bahwa kau itu di obliviate?" ucap Blaise rendah. Seketika Draco terkejut.

Ia langsung berdiri dan mendekati Blaise serta menarik kerah jubah pemuda Zabini itu.

"Apa aku pernah di obliviate? Siapa yang melakukannya? Dan ingatan apa yang hilang dariku? Katakan!" seru Draco panik. Pemuda itu takut melupakan sesuatu hal yang penting, ya walaupun mungkin banyak hal penting yang sudah ia lupakan.

Pansy panik dengan sikap Draco yang agak menakutkan. Gadis itu mendekat mencoba untuk menenangkan Draco.

"Drake! Drake! Tenang! Lepaskan Blaise!" Pansy berusaha melepaskan cengkraman Draco dari kerah Blaise. Tampak sekali pemuda Zabini itu agak tercekik terlihat dari mulutnya yang agak terbuka berusaha meraup udara sekitar.

"Tenang!" seru Pansy. Cengkraman Draco pada leher Blaise terlepas. Bukan karena Pansy berhasil melepaskannya, tapi karena Draco yang melepaskannya sendiri.

Selagi Draco berdiam menenangkan diri, Pansy memeriksa keadaan Blaise. "Kau tidak apa-apa, Blaise?"

Blaise tidak menjawab, tapi ia tersenyum pada Pansy. Gadis Parkinson itu menatap Draco yang sedang memenangkan diri.

"Draco sangat menyeramkan bila marah." batinnya. Pansy cukup ketakutan dengan sikap Draco tadi. Ia melihat bahu pemuda itu naik turun merendam emosi. Wajah pucat pemuda itu juga memerah tadi saat menarik kerah jubah Blaise.

"Draco!" panggil pelan Pansy. Ia tidak ingin mendekat pada pemuda pirang itu, jadi ia memanggilnya dari jauh.

Draco berbalik dan menatap datar Pansy. Melihat Draco hanya terdiam, Pansy melanjutkan ucapannya.

"Apa kau ingin tahu siapa yang meng oblivate dirimu?" Draco menarik satu alisnya.

Pansy menghela nafas. "Kau Draco. Kau yang mengoblivate dirimu sendiri," tubuh Draco membeku dan wajahnya benar-benar terkejut.

"Untuk...untuk apa aku mengoblivate diriku sendiri!" seru Draco keras membuat Pansy tersentak kaget.

Pansy mengeluarkan sebuah botol. Draco yang melihatnya langsung bisa menebak apa isinya.

"Itu memoriku?" Pansy langsung mengangguk.

"Kau benar Drake," Pansy menatap Blaise yang mengeluarkan sebuah botol ramuan.

Mereka berdua memberikan kedua botol berbeda ukuran itu pada Draco. Sedangkan Draco yang menerima bingung.

"Botol apa ini Blaise?" Draco mengangkat botol yang ia tanyakan.

"Itu ramuan yang sangat langka Drake, itu di sebut ramuan pengembali ingatan untuk mantra obliviate." Jelas Blaise.

"Sebaiknya kau lihat dulu isi memori itu Drake. Dan sebelum tidur, kau harus meminum ramuan itu agar ingatanmu yang di obliviate bisa kembali!" jelas Pansy.

"Ah, aku ingin memberitahu cara kerjanya. Cara kerja ramuan itu mirip dengan Pansieve, ingatanmu yang di obliviate akan muncul seperti kenangan di Pansieve. Kau boleh mengatakan semalam kau bermimpi, tapi itulah sebenarnya adalah kilasan-kilasan dari memorimu yang hilang." Draco mengangguk mendengar penjelasan dari kedua temannya itu.

"Sepertinya sudah masuk jam pelajaran selanjutnya. Ayo cepat kita pergi ke kelas professor Mcgonagall!" seru Pansy yang langsung pergi meninggalkan kedua pemuda itu.

"Ayo Drake!" seru Blaise sembari tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang putih mengkilat.

Draco hanya menatap Blaise yang meninggalkannya sendirian di ruangan itu.

Pemuda bersurai pirang plantina itu menatap dua botol yang berbeda ukuran dikedua tangannya. Ia menatap lekat-lekat botol kecil yang berisi memorinya itu.

Dia menatap ke depan memperlihatkan mata abu-abu cerahnya.

Bersambung.
.
.
.
.
.

Hai readers^^

Hehehe pasti ada yang nebak kalau part ini ada Draco dan Hermione nya. Sayang sekali tidak, karena part ini Author buat khusus membahas ingatan Draco:v

Jangan lupa vote dan komen!

Tag :

Annisa_Angelista cindychintya_ Author15_L Momor50 syarifa__ springinseoul aulzalia

Maaf yang kena tag.

Salam hangat dan penuh cinta❤

Tiara Feltson.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro