Chapter 24 : Perhatian yang di ambil dan Sikap Hermione?
.
.
.
.
.
Draco berjalan dengan raut datar di koridor. Di belakangnya menyusul teman-temannya lengkap dengan Pike dan Crabbe.
Draco masih memikirkan kejadian beberapa waktu yang lalu saat ia dan Hermione tengah duduk di dahan pohon yang terletak di Danau Hitam. Tiba-tiba saja, Hermione menatap Draco dengan raut terkejut lalu meninggalkannya tanpa sepatah kata pun di Danau Hitam.
Hal itu membuat Draco kebingungan dan segera menyusul Hermione, tapi kelas selanjutnya sudah di mulai dan kali ini Slytherin tidak sekelas dengan Gryffindor tapi Ravenclaw.
Draco benar-benar kesal di buatnya, dia benar-benar memikirkan kejadian beberapa waktu yang lalu di Danau Hitam. Bahkan Draco tidak fokus dengan materi, untung saja professor yang mengajar hanya menjelaskan bukan melayangkan pertanyaan.
Sekarang Draco harus segera pergi ke Perpustakaan untuk mencari Hermione dan melayangkan banyak pertanyaan akan sikap gadis itu di Danau hitam tadi.
Tapi, seorang perempuan bertubuh kecil menghentikan langkah kaki Draco. Bukan hanya Draco, tapi teman-teman Draco yang berada di belakangnya.
Draco menatap datar gadis yang menghalanginya yang ternyata Astoria Grengrass, adik Daphne.
"Minggir!" seru Draco datar. Tapi gadis itu tidak berkutik sama sekali, ia menatap Draco dan yang lain secara bergantian sampai pada Theodore Nott.
"Astoria menyingkir dari Draco! Kami semua buru-buru!" seru Daphne pada adiknya.
"Maafkan aku," ucap Astoria pada mereka semua. Awalnya mereka bingung, tapi mereka langsung teringat insiden Draco dan Theo serta Daphne yang meninggalkan Great Hall akibat ucapan Astoria yang terkesan merendahkan tempat kelahiran Hermione dan beberapa muggle lainnya.
"Kami tidak ada waktu untukmu! Menyikir!" seru Draco yang mulai meninggikan suaranya.
"Tori! Menyingkir!" Daphne menatap tajam adiknya.
Jangan sampai Astoria di maafkan oleh teman-temannya, karena bila itu terjadi maka Daphne tidak akan bisa dekat dengan Theo lagi. Semenjak Astoria di jauhi oleh yang lain termasuk Theo, Daphne menjadi dekat dengan Theodore Nott dan teman-temannya menjadi perhatian padanya serta mengacuhkan Astoria adiknya. Daphne tidak ingin perhatian yang ia terima di rebut oleh Astoria.
IA SANGAT TIDAK INGIN!
"Aku tidak akan menyingkir sebelum kalian memaafkanku!" seru Astoria yang keras kepala. Daphne semakin menatap tajam Astoria, sementara yang lain mulai menatap jengkel Astoria kecuali Theo dan Draco yang masih menatap datar Astoria.
"Kenapa kau sangat menginginkan maaf dari kami? Bukankah kau masih memiliki temanmu yang lain selain kami?" tanya Pansy jengkel sembari memangku tangannya ke dada. Di sampingnya Blaise menatap jengkel Astoria.
Astoria lama terdiam sebelum menjawab. "Teman-temanku yang lain berbeda dengan kalian. Kalian adalah temanku!" seru Astoria. Tapi ucapannya tidak di hiraukan oleh siapapun.
Draco muak menatap wajah orang yang berani menghina tempat kelahiran Hermione. Ia langsung berjalan melawati Astoria dari bagian kiri. Astoria terkejut begitu juga dengan teman-temannya yang lain, gadis itu melihat teman-temannya dan kakaknya mengikuti Draco langsung saja ia merentangkan tangan agar tidak ada yang lewat.
"Astoria kami bilang menyingkir!" seru Crabbe yang dari tadi hanya diam. Tapi Astoria menggelengkan kepalanya.
"Kau benar-benar keras kepala Tori!" teriak Milicent, tapi Astoria masih tidak bergeming ketika mendengar teriakan Milicent.
Daphne terkejut melihat Theo tiba-tiba saja mendekat ke arah Astoria. Awalnya Astoria tersenyum karena Theo sepertinya akan meminta penjelasannya, tapi itu di urungkan saat Theo semakin mendekat. Astoria semakin memundurkan tubuhnya ketika tubuh Theo mendekat padanya.
Hingga tanpa sadar, Astoria terjatuh ke lantai koridor. Sementara Theo menyeringai tipis menatap Astoria di lantai lalu berjalan meninggalkan yang lain. Teman-temannya mengikuti langkah Theo.
Daphne berhenti di dekat Astoria. Ia memandang sendu adiknya yang menunduk dan sepertinya sedang menangis terisak.
"Maafkan kakak Tori, kali ini kakak tidak akan diam jika menyangkut Theodore Nott. Sekalipun lawan kakak adalah adik kakak sendiri!" Dapne tanpa sepatah katapun keluar langsung meninggalkan Astoria sendirian.
...................
Draco memasuki Perpustakaan seorang diri. Ia menatap Madam Pince yang di depannya terdapat tumpukkan buku hingga menutupi wajahnya, hanya ujung topi kerucutnya yang terlihat.
Tapi Draco tidak perduli, ia langsung masuk tanpa permisi dan mencari Hermione. Ia menatap masing-masing bangku yang masih kosong lalu rak-rak buku, siapa tau Hermione tengah mencari buku.
Setelah cukup lama mencari, akhirnya Draco menemukan Hermione. Seperti yang diperkirakan Draco, Hermione pasti tengah mencari buku buktinya setelah di temuka gadis itu tengah melompat-lompat di sebuah rak untuk mengambil sebuah buku.
Draco langsung mendekatinya dan mengambilkan buku yang ingin Hermione ambil. Hermione sendiri terkejut melihat orang yang mengambilkan bukunya, Hermione tidak jadi mengucapkan terimakasih.
"Sedang apa kau kemari?" Draco menaikkan satu aslinya heran, bukan ucapan terimakasih yang ia dapat tapi malah pertanyaan yang terkesan tidak suka padanya.
"Aku mencarimu Mio- Granger," Draco merutuki dirinya. Hampir saja ia mengucapkan nama khusus gadis itu, dia takut gadis itu mengatakan bahwa Draco sok akrab padanya.
Hermione mengangkat satu alisnya mendengar Draco yang hampir menyebutkan nama khususnya.
"Untuk apa kau mencariku?" tanya Hermione sembari mengambil buku di tangan Draco. Ia mulai berjalan menuju satu kursi sedangkan Draco mengikutinya dari belakang.
Begitu mereka duduk secara berhadapan. "Aku ingin meminta penjelasanmu kenapa kau langsung pergi meninggalkan sendiri di Danau Hitam tadi?" Draco langsung mengatakannya tanpa basa basi. Basa basi bukanlah tipe Malfoy.
Sedangkan Hermione, gadis itu membeku mendengar pertanyaan Draco. Untung saja mukanya di tutupi oleh buku, jadi wajahnya yang kebingungan tidak terlihat oleh pemuda yang duduk di depannya ini.
"Aku pergi karena pelajaran selanjutnya akan di mulai kan?" Hermione menjawab dengan lancar, ia berterima kasih kepada otaknya yang pintar mencari akal.
"Ya kalau kau pergi kenapa kau tidak bilang padaku dan meninggalkanku? Dan kenapa wajahmu pucat seperti orang ketakutan melihatku?"
SKAKMAT.
Hermione terkejut mendengarnya. Ia lupa bahwa orang yang duduk di depannya itu seorang Draco Malfoy. Orang yang nilainya berada tepat di bawah Hermione. Jika saja Hermione tidak pernah sekolah di Hogwart, bisa di pastikan bahwa Draco Malfoy adalah orang yang akan menjadi murid terpintar di Hogwart.
"Granger! Jawab aku!" seru Draco membuyarkan pikiran konyol Hermione tadi.
"Sudah lupakan saja!" Hermione tidak ingin berdebat dan mulai fokus membaca.
"Mana bisa begitu Granger? Aku membutuhkan jawaban!" seruan Draco membuyarkan fokus Hermione. Ia menurunkan bukunya untuk menatap wajah Draco yang sangat menginginkan jawaban darinya.
"Aku tidak tahu Malfoy. Aku tidak tahu kenapa aku bersikap seperti itu, aku juga bingung dengan diriku mengapa aku bisa bersikap seperti itu!" Draco terdiam mendengar penjelasan Hermione. Pemuda itu tidak melihat kebohongan dari gadis yang duduk berhadapan dengannya. Gadis itu juga sama bingungnya dengan sikapnya pada Draco.
Hermione menghela nafas. "Jadi, biarkan aku membaca buku dengan tenang." tidak ada jawaban dari Draco yang artinya Hermione bisa melanjutkan membacanya.
"Maafkan aku Draco, aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku bisa bersikap seperti itu padamu. Ada suara yang tergiang di pikiranku dan itu membuatku sakit hati saat mendengarnya. Dan tanpa aku sadari juga tubuhku bergerak sendiri untuk meninggalkanmu tanpa berhenti."
Bersambung
.
.
.
.
.
Hai readers^^
Kuyakin banyak Readers makin penasaran😂
Jangan lupa vote dan komen
Tag :
Annisa_Angelista cindychintya_ Author15_L Momor50 syarifa__ springinseoul aulzalia
Maaf yang kena tag.
Salam hangat dan penuh cinta❤
Tiara Feltson.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro