Chapter 23 : Permintaan Maaf Hufflepuff 2
.
.
.
.
.
"Mau apa kau?" tanya Draco sembari menatap datar Rolf.
"I'm Rolf Scamander," ucap Rolf.
Draco mendengar teriakan fangirl dari Pansy, Daphne dan teman-temannya perempuan Slytherin nya setelah mendengar nama pemuda ini.
Tapi pemuda bersurai pirang plantina itu sedikit bingung, Draco tidak pernah mendengar nama Rolf Scamander di ucapkan oleh Sorting Hat.
"Apa dia menggunakan nama lain?" pikir Draco konyol. Draco merutuki pikirannya, kenapa dia harus sibuk dengan kehidupan orang lain. Ah ya, Draco lupa! Rolf ini ada di tahun yang sama dengan adik Daphne, si Weasley Girl dan Lonny Lovegood.
"Aku tidak tanya namamu tapi tanya apa yang kau mau dariku sampai kau menghentikan langkahku keluar kelas," ucap Draco datar. Kelas hening seketika setelah mendengar ucapan Draco yang membuat orang yang mendengarnya merinding.
Tiba-tiba, Hermione masuk ke dalam ruangan yang suasananya tidak nyaman itu.
Kedua pemuda itu menoleh dan menyapa gadis bersurai cokelat itu.
"Granger/Hermione!" kedua pemuda itu saling pandang dan tanpa di sadari siapapun, Hermione berjalan ke tengah Draco dan Rolf. Mereka berdua terlihat memperebutkan seorang gadis dengan Hermione berdiri di antara mereka.
"Kutanya sekali lagi, apa maumu?" Draco mulai menatap tajam laki-laki menyebalkan ini.
Rolf menyodorkan tangannya. "Kami Asrama Hufflepuff ingin meminta maaf atas tindakan kami yang tidak sopan padamu Draco Malfoy,"
"Sebagai ucapan terima maaf darimu kau harus menjabat tanganku," Draco menatap datar Rolf dan tangan Rolf yang di sodorkan padanya.
"Aku tidak berniat untuk memaafkan kalian ataupun menjabat tangamu Scamander," jawab Draco yang ingin keluar tapi di halangi oleh Hermione.
"Minggir Granger!"seru Draco. Tapi Hermione menggeleng.
"Maafkan mereka Malfoy,"
"Untuk apa? Mereka yang salah!"
"Aku tahu mereka salah, tapi kau kan juga tidak boleh menyimpan dendam pada mereka," Draco merotasikan matanya mendengar ucapan Hermione.
"Aku tidak dendam pada mereka!" seru Draco.
"Dan seharusnya kau sekarang pergi ke kelas Ramalan bersama Ravenclaw!" tambah Draco. Ucapan Draco membuat banyak orang bertanya di benak mereka terutama professor Mcgonagall yang diam menyaksikan drama yang di suguhkan oleh murid-muridnya.
"Draco Malfoy tahu jadwal pelajaran Hermione Granger?"
"Tapi mereka ketua murid? Jadi wajar saja kan,"
"Tapi kan, dia seorang Draco Malfoy! Kenapa dia harus perduli pada kehidupan orang lain?"
Begitulah pertanyaan dalam batin orang-orang di ruangan itu. Terutama teman-teman Draco. Ini aneh? Draco sama sekali tidak tahu jadwal teman-temannya padahal mereka sekelas walaupun Draco mengambil beberapa pelajaran tambahan, tapi kenapa Draco justru tahu jadwal pelajaran Hermione bukan teman-teman? Ini kebetulan atau...
Pansy dan Blaise saling tatap dan melempar kode. Kita harus selidiki.
Hermione terkejut mendengar Draco tahu jadwal pelajarannya. "Professor Trelawney sedang tidak enak badan jadi kelas di hentikan,"
Sebenarnya Hermione ingin menanyakan darimana Draco tahu jadwal kelasnya saat dia sendiri tidak memberitahu siapapun termasuk teman-temannya.
"Lalu sedang apa kau di sini?" tanya Draco. Hermione mulai jengkel dengan Draco yang tidak menjawab permintaan maaf Rolf tapi malah mengajaknya berdebat.
"Aku ingin membantu Hufflepuff untuk meminta maaf padamu!" seru Hermione yang mulai kehabisan kesabaran.
"Untuk apa aku memaafkan mereka tidak ada manfaat buatku? Aku tidak dendam juga jadi buat apa aku menjabat tangannya," Hermione menghela nafas.
"Draco jangan jahat begitu dengan..." ucapan Hermione terpotong dengan seruan Draco.
"Ya Granger! Aku Slytherin jahat! Jadi buat apa aku memaafkan mereka! Lagipula mereka salah!" seruan Draco membuat murid Hufflepuff dan Slytherin menunduk.
Hufflepuff yang terkenal baik hati justru sekarang sangat jahat pada Slytherin terutama Draco Malfoy. Sementara Slytherin, mereka menunduk karena mereka memang terkenal jahat dari Asrama lainnya.
Hermione memandang sendu Draco Malfoy, ia Memegang lengan Draco dengan lembut membua si empunya tangan tersentak dan menoleh padanya.
"Tidak banyak yang tahu kalau tidak semua Slytherin jahat, contohnya professor Slughorn yang justru ikut berperang di pihak Hogwart dan contohnya lagi..." Hermione berusaha untuk tidak menangis.
"Professor kebangganmu kan, Severus Snape. Ia berkorban untuk menjadi agen ganda," gadis itu melihat Draco Malfoy menunduk. Ia melihat ke arah meja Slytherin yang masih terlihat teman-teman Draco.
"Pansy, walaupun dulu dia sering menganggukku. Blaise yang sama denganmu dan kau Malfoy...kalian semua tidak jahat," hati para Slytherin menghangat mendengar penuturan tulus dari Hermione.
"Tidak semua Slytherin jahat. Bibimu Andromeda tidak jahat," Draco menggigit bibirnya menahan senyumannya.
"Ayo maafkan mereka, Malfoy!" Hermione menggoyangkan lengan Draco yang ia pegang. Pansy dan Dapne tertawa kecil melihat kelakuan Hermione pada Draco.
"Baiklah..baiklah.." ucap Draco. Ia menjabat tangan Rolf dengan tangan kananya. Sementara itu, Hermione masih memegang lengan kiri Draco.
"Aku memaafkan kalian karena si semak memaksaku sekali," ucapan Draco di hadiahi cubitan keras di lengan kirinya.
"Awww! Sakit Granger!" keluh Draco.
"Bisa kah kau tidak memanggilku semak!" Hermione memelotokan matanya pada Draco.
"Tidak bisa, anggap saja itu adalah panggilan kesayanganku," Draco menyeringai menatap Hermione. Semua orang dalam ruangan itu senyum-senyum sendiri melihat interaksi manis antara sepasang Ketua Murid itu. Terutama professor Mcgonagall.
Hermione masih melotot, tapi mukanya memerah entah ia marah atau tengah merona.
"Terima kasih telah memaafkan kami," kedua orang itu menatap Rolf yang tersenyum ke arah mereka. Para Hufflepuff bersorak dan bertepuk tangan.
Mcgonagall tersenyum melihat interaksi murid-muridnya terutam kedua Ketua Murid.
"Baiklah, karena aku sudah memaafkan kali aku boleh pergi kan?" tanya Draco tenang.
"Silahkan," jawab Rolf.
Draco menatap Mcgonagall. "Professor," professor Mcgonagall mengangguk pada Draco sembari tersenyum.
Sebelum pergi, Draco menggenggam tangan kanan Hermione menggunakan tangan kirinya. "Aku memerlukanmu." ucap singkat Draco.
"Apa!" seru Hermione. Mereka berdua meninggalkan ruangan menyisakan banyak makhluk berjenis perempuan menggosipi mereka.
"Apa hubungan Malfoy dan Hermione ya?" tanya Susan pada teman-temannya.
"Kurasa lebih dari teman," jawab Hannah.
"Sabar bro," Justin menepuk bahu Ernie yang tampak mukanya cemburut dan tubuhnya loyo. Sementara Rolf menatap ke pintu keluar.
...................
Draco membawa Hermione ke Danau Hitam. Hermione awalnya bingung kenapa Draco membawanya ke sini.
"Untuk apa kau membawaku kemari? Kau ingin menceburkanku ke Danau Hitam!" seru Hermione tapi Draco masih mengenggam tangan Hermione menuju Danau Hitam.
"Kau ini selalu berpikiran buruk padaku Granger," Hermione menautkan alisnya mendengarkan ucapan Draco.
"Kau selalu menyiksa dan menyakitiku, wajar saja aku selalu berpikiran buruk padamu Malfoy!" batin Hermione.
Lalu Draco melepaskan genggaman tangannya pada Hermione dan duduk di dahan pohon yang telah tumbang. Hermione hanya diam.
"Kenapa kau diam Granger? Ayo duduk di sampingku," Draco menepuk tempat di sampingnya tapi matanya masih menatap ke depan, dengan ragu Hermione menururi perintah Draco padanya.
"Untuk apa kita di sini?"
"Untuk menikmati waktu hingga pelajaran selanjutnya."
Hermione menatap wajah Draco dari samping, wajahnya terlihat tenang. Lalu tiba-tiba, bayangan masa lalu menghampiri Hermione.
Aku menyukaimu...
Draco Malfoy.
Pergi kau Mudblood!
Kau tak pantas untukku!
Bersambung
.
.
.
.
.
Hai readers^^
Catatan:
Chapter ini berhubungan sama Chapter 9 "Kemarahan Hermione dan Pengangkatan Ketua Murid.
Jangan lupa vote dan komen
Tag :
Annisa_Angelista cindychintya_ Author15_L Momor50 syarifa__ springinseoul aulzalia
Maaf yang kena tag.
Salam hangat dan penuh cinta❤
Tiara Feltson.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro