Bonus Chapter
.
.
.
.
.
Di sebuah kelas professor Flitwick. Terlihat sosok Draco Malfoy yang tengah melamun. Semenjak Hermione pergi ke negeri Yunani, Draco Malfoy tidak pernah berhenti memikirkannya.
Ia amat merindukan gadis Granger itu. Bahkan Draco tidak membiarkan satu orang pun duduk di sebelahnya, yang mana itu merupakan tempat Hermione di setiap kelas. Ya, hanya Hermione yang boleh duduk di sebelahnya.
Suatu ketika, pernah sekali Blaise duduk di sebelah Draco yang sedang melamunkan Hermione. Karena pemuda itu tidak melihat satupun bangku kosong. Sebenarnya ada satu bangku kosong, tapi itu di tempati oleh Dean. Blaise tidak mau duduk di sebelah Dean. Alasannya, karena akan banyak Slytherin yang bergosip tentangnya. Blaise menjamin, mereka akan mengatakan pertanyaan absurd "Blaise! Akhirnya kau kumpul juga dengan saudara kembar Gryffindormu itu!" Hell! Mereka gila ya? Dia bermarga Zabini, sementara si Dean itu bermarga Thomas. Dari mana mereka bisa menjadi saudara kembar?
Namun naas, dia ditendang oleh Draco yang melihat Blaise menempati bangku Hermione. Semenjak saat itu, tidak seorang pun berani duduk di sebelah Draco. Ya, mereka gak mau bernasib sama drngan pemuda Zabini itu. Apalagi, setelah di tendang Draco, Blaise Zabini terpaksa berbaring di Hospital Wings seharian dan melewatkan banyak pelajaran. Ternyata tendangan Draco sangat kuat dan menyakitkan.
"Dia terlihat seperti pemuda yang putus cinta," bisik Ron yang diangguki oleh Harry.
"Dia sepertinya sangat menyukai Hermione," komentar Harry memperhatikan Draco.
Professor Flitwick menjelaskan tentang mantra-mantra di tahun pertama yang hanya diperhatikan oleh beberapa murid.
"Itulah akibatnya terlalu membenci seseorang, Harry. Aku pernah mendengar kata pepatah muggle yang diceritakan oleh Hermione. Jangan terlalu membenci seseorang, karena benci dan cinta itu tipis sekali perbedaannya!" Harry tersentak mendengar perkataaan Ron.
"Apa perbedaan benci dan cinta?" Ron pun tersenyum dan berusaha menjelaskannya seakan dia adalah seorang pakar cinta.
"Cinta dan benci itu sama, yaitu memikirkan seseorang. Cinta membuat orang memikirkan seseorang dengan perasaan kasih sayang dan kerinduan. Sementara benci membuat orang memikirkan seseorang dengan perasaan marah dan jijik seperti apa yang dirasakan oleh Malfoy Junior itu..." Ron mengerlingkan matanya pada Draco yang duduk di seberang mereka.
"...tapi benci dan cinta sama-sama menginginkan seseorang itu berada di dekat kita. Ya, walaupun dalam kontek berbincang atau melempar ejekkan. Begitulah," penjelasan Ron membuat Harry terkekeh geli.
"Kenapa kau jadi puitis begini, Ron? Dengan percaya dirinya menjelaskan perasaan Hermione dan Malfoy? Apa itu semua karena Padma?" goda Harry sambil menepuk bahu Ron.
Ron pun tersentak kaget. "Bukan karena Padma kok," jawab Ron agak malu sambil mengalihkan tatapannya dari Harry.
"Oh, iya. Aku ingat, dulu kau juga membenci Padma karena kau jengkel melihat Hermione berdansa dengan Krum, kan? Heh, pada akhirnya kau justru menyukainya sekarang."
Sudah cukup, muka Ron sekarang merah padam karena digoda Harry. Harry pun meledakkan tawanya di ruangan itu membuat dia ditegur oleh professor Flitwick serta terpaksa menjalani sebuah detensi.
...................
Di Aula Hogwarts, terlihat para Prefeek dan Draco sedang menyiapkan acara Halloween.
Ya, seperti biasa. Draco bekerja sendirian, di mana dia harus memimpin para Prefeek tanpa bantuan patnernya, Hermione.
Ini sebenarnya menjengkelkan bagi Draco, karena semua harus dia yang atur. Tidak ada Hermione yang membantunya menemukan ide, tidak ada Hermione yang akan membantunya dalam menyiapkan sesuatu, tidak ada Hermione yang akan memerintahkannya dalam banyak hal. Tidak ada! Semua ini harus Draco atur sendiri. Ia berharap Hermione cepat pulang, sehingga ia dapat membagi tugasnya dengan gadis Gryffindor itu.
Selama sibuk menghias dinding dan memperhatikan pekerjaan Prefeek, agar tidak terjadi kesalahan. Draco berpikir, untuk tujuan apa Hermione pergi ke negeri Yunani? Apa yang Mcgonagall perintahkan pada Hermione? Mengapa juga Hermione harus pergi sendiri? Padahal Draco bisa ikut menemani gadis itu.
"Malfoy!" Draco menoleh dan menemukan Neville tengah berdiri di depannya.
"Ada apa, Longbottom?"
"Kita kekurangan lampu sebagai penerangan di pesta nanti. Aku ingin mencarinya, tapi aku harus izin dulu denganmu." keluh Neville.
Draco mengangguk. "Kau boleh pergi." Neville mengucapkan terima kasih lalu pergi meninggalkan Draco.
...................
Keesokkan harinya, Draco baru saja keluar dari kamar mandi Asrama dengan pakaian bersih. Ia ingin berjalan menuju kamarnya, namun terhenti ketika melihat pintu kamar Hermione.
Biasanya, Hermione dan dia akan berebutan kamar mandi atau Hermione lebih dulu menggunakan kamar mandi dan akan menyapa Draco yang baru keluar kamar.
Draco mengingat saat-saat mereka minum cokelat panas sebelum ke Great Hall, menyusun dan berdebat tentang peraturan Hogwarts di Great Hall berdua, selalu duduk bersama di setiap kelas, mengerjakan essay di ruang rekreasi Asrama Ketua Murid dan menghabiskan waktu bersama membaca buku di Perpustakaan.
Draco mengacak rambutnya frustasi. Ia sadar bahwa ia terlalu mencintai gadis itu. Draco harus mengalihkan perhatiannya agar tidak terjebak dengan kerinduan yang selama beberapa hari ini nyaris membuat dia kehilangan akal. Ia bahkan marah jika bangku di sebelahnya ditempati oleh orang lain, karena itu adalah tempat Hermione.
....................
Draco makan bersama teman-temannya di Great Hall. Seperti biasa, Draco terlihat murung, dingin dan sepertinya tidak ingin diganggu.
"Hei, gess. Apa kalian ingin ikut berbelanja nanti? Kudengar, professor Mcgonagall meliburkan kelas hari ini untuk membantu kita mencari pakaian pesta sebelum kita disibukkan untuk besok?" jelas Daphne membuat Pansy dan Astoria menjerit girang.
"Tentu saja Daph, kami ikut. Hei mate!kau ikut, kan?" Blaise menyenggol bahu Draco.
"Hn."
....................
Draco yang telah bersiap-siap, akan pergi keluar kamar. Namun, dia dihentikan oleh suara ketukan di jendelanya.
Ternyata, itu adalah burung hantu keluarga Malfoy. Tanpa menunggu lama, Draco segera mendekati jendela dan membukanya agar burung itu dapat masuk.
"Tumben sekali, mother mengirimkan pesan?" Draco mengambil kertas yang berada di kaki burung itu dan membacanya.
Dear my son,
Mother dengar dari professor Mcgonagall, kalian diperbolehkan keluar Hogwarts hari ini. Mother punya sesuatu untukmu dan miss Granger. Temui mother di kafe keluarga kita.
Penuh cinta,
Narcissa Malfoy.
Draco kaget dengan pesan Narcissa. Apa yang akan diberikan Narcissa padanya dan Hermione? Dan oh, sejak kapan Narcissa menjadi sangat akrab dengan professor Mcgonagall?
.....................
Kini sampailah mereka ke toko yang menjual berbagai jenis gaun.
Tapi Blaise heran dengan Draco yang kembali berjalan.
"Hei, mate! Kita sudah sampai ke tokonya. Kau mau ke mana?!" seru Blaise.
"Aku harus menemui motherku. Kalian duluan saja!" Draco melambaikan tangannya pada Blaise dan menghiraukan teriakan teman-temannya.
...................
Draco segera masuk ke kafe keluarganya itu. Ia menemukan Narcissa yang duduk sendirian di salah satu meja. Ia tidak heran mengapa kafenya dalam keadaan kosong.
Draco menyapa Narcissa sebelum duduk di depannya.
"Ada apa mother memintaku ke sini? Lalu apa yang ingin mother berikan padaku dan Hermione?" Narcissa tersenyum sebelum menunduk untuk mengambil sebuah kotak yang ternyata ada di sebelah kakinya.
"Professor Mcgonagall mengatakan padaku, bahwa akan ada pesta Halloween nanti. Oleh karena itu, aku ingin memberikan perhiasan antikku untuk Hermione. Kuharap dia suka!" jelas Narcissa dan mendekatkan kotak itu pada Draco.
"Di dalamnya juga ada cincinmu, sepatu untuk kalian berdua dan perhiasan untuk Hermione." Draco membuka kotak itu dan menemukan cincin, anting, gelang serta kalung berharga milik Narcissa, sepatu serta cincin favoritenya.
"Kau terlalu merepotkan diri, mother. Kuharap dia suka dengan pemberianmu ini." ucap Draco membuat Narcissa mengangguk tersenyum.
....................
"Tapi, sepertinya sangat mahal!" seru seorang gadis membuat Draco menghentikan langkahnya. Ia melihat sepasang anak Ravenclaw sedang mengamati sebuah gaun dan jas yang terpampang di toko.
"Iya, tapi pakaian itu sepasang."
"Kita cari yang lain saja." sepasang kekasih itu pun pergi.
Draco pun berinisiatif untuk mendekat ke toko yang menampakkan sepasang pakaian pesta berwarna putih.
Draco tertarik dengan model pakaiannya yang sangat bagus dan elegan. Ia melihat harga yang tertera di bawah pakaian itu.
"Pantas saja kedua orang tadi tidak jadi membelinya. Ternyata karena harta gaun ini sangat mahal. Tapi, itu bukan masalah yang besar bagi Draco Malfoy." ucap sombong Draco.
Draco membayangkan dia dan Hermione itu memakai pakaian itu dan bergandengan tangan di pesta.
....................
Keesokkan harinya, Draco tengah memantau persiapan acara yang hampir selesai. Tiba-tiba, professor Mcgonagall mendatanginya dan memberikan berita yang mengejutkan baginya.
"Mr. Malfoy!"
"Ada apa prof?"
"Aku mendapatkan pesan bahwa dia akan kembali. Aku ingin kau segera menjemputnya, ini perintah!"
.
.
.
.
.
Hai readers^^
Terima kasih telah setia dengan cerita I Will Protect You ini.
Oh, ya. Chapter ini berisi kegiatan Draco selama Hermione berada di Yunani Kuno ya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro