Chapter 61 : Pertengkaran William Dan Hermione
.
.
.
.
.
"Kau yakin ingin ikut?" tanya Hermione pada Draco yang berdiri di sampingnya. Mereka saat ini berada di depan Perapian yang bertujuan untuk pergi ke rumah keluarga Granger.
"Aku yakin!" jawab Draco cepat. Tapi Hermione dapat melihat kecemasan dari mata kekasihnya itu.
"Jika kau belum siap untuk menemui kedua orang tuaku gapapa, nanti saja ketemunya."
"Tidak! Sekarang aku sudah siap, Hermione! Percayalah!" Draco mendesak Hermione walau terlihat dari matanya yang ketakutan dan wajahnya yang bergetar kaku.
Tapi Hermione hanya bisa menghela nafas. "Baiklah. Aku sudah memperingatkmu, ya!" gadis itu mengambil bubuk flo dan dilemparkan pada Perapian Ketua Murid.
"Rumah Keluarga Granger!" seru Hermione kemudian Perapian menyala.
.................
Rumah Keluarga Granger.
Terlihat William dan Helena yang tengah menikmati libur mereka hari ini dengan duduk di sofa keluarga sambil memakan keripik kentang sambil menonton televisi.
Tapi tiba-tiba saja perapian mereka menyala dan salah satu dari mereka adalah orang yang mereka sayangi. Helena lah yang pertama kali berdiri dan berlari pada Hermione.
"Hermione!" Helena memeluk Putrinya dengan erat. Draco yang melihat itu hanya bisa tersenyum.
"Hermione? Bagaimana bisa? Ah, tidak!" William memaklumi karena Hermione adalah penyihir. "Tapi untuk apa kamu datang? Ada hal yang mendesak apa yang membuatmu datang ke sini? Peralatan-peralatan yang kamu beli hari itu ada kerusakan?" tanya William pada Putrinya yang sudah melerai pelukannya dengan Helena. Tapi matanya menoleh pada Draco yang berdiri di samping Putrinya.
Helena yang melepaskan pelukannya pada Putrinya kini menoleh pada Draco.
"Apa kau?" pemuda yang berdiri di samping Putrinya tampak familiar di matanya. Seperti pernah dia lihat? Terutama rambut pirang plantinanya.
"Halo, Nyonya!" Draco menundukkan kepalanya. "Saya adalah Draco Malfoy." mata Helena membulat mendengar nama itu.
"Ah, maaf karena telah melupakanmu." Helena tampak bersalah karena melupakan pemuda itu.
"Tidak apa-apa," jawab Draco sambil tersenyum. Dia takut dengan tatapan tajam Ayahnya Hermione, Draco takut ditonjok lagi oleh pria itu.
"Oh, ya...ada keperluan apa kalian sampai datang ke sini?" tanya Helena lagi.
"Kami ke sini untuk mendengar cerita Keluarga Granger dan keturunan Penyihir Olymposa dari anda, Tuan." jawab Draco sambil menatap William Granger.
"Aku ingin mendengarkan cerita tentang keluarga kita, Ayah!" kali ini Hermione ikut menjawab.
Helena tampak bingung mendengar jawaban keduanya, wanita Granger itu menoleh pada sang Suami yang masih memasang wajah datar.
"William!" panggilnya.
"Untuk apa kamu ingin mengetahui cerita keluarga kita dan keturunan Olymposa? Dari mana kamu tahu klan itu?"
Hermione diam saja karena dia lupa memberitahu kedua orangtuanya. William yang melihat Putrinya diam ketika membahas Olymposa menjadi curiga.
"Jangan bilang kamu...?"
"Ya, aku sudah mengetahuinya, Father."
Wajah William yang tadi kaku ketika melihat Draco berdiri di samping Putriny, menjadi semakin kaku ketika mendengar jawaban Hermione.
"Mione," -Helena.
"Segera pergi dari Dunia sihir sekarang!" seru William pada Hermione. Bukan hanya Hermione, Draco dan Helena juga terkejut mendengar seruan William.
"Apa?" Hermione mendengar untuk kesekian kalinya William Granger memaksa dirinya untuk keluar dari Dunia Sihir.
"William!" Helena melotot pada Suaminya.
"Tapi mengapa anda ingin Mione keluar dari Dunia sihir?" Ayah dari Hermione Granger itu menatap tajam pada Draco yang ikut campur dalam perdebatannya dan Hermione.
"Kau tidak perlu tahu," William yang tadi menatap Draco kini menoleh pada Hermione.
"Jangan membantahku! Keluar dari Dunia Sihir sekarang!"
"Tidak!" Hermione menatap tajam William.
Dia benci dipaksa terus-menerus oleh William untuk keluar dari Dunia Sihir.
"Aku tidak mau! Ada hal penting yang harus aku lindungi di Dunia sihir! Teman-temanku! Dan orang yang kucintai! Jadi jangan paksa aku untuk keluar dari Dunia Sihir, Father!"
William dan Hermione berdiri saling berhadapan dengan tatapan tajam. Helena yang sudah tidak tahan dengan Suami dan Putrinya yang saling berteriak akhirnya berjalan ke tengah-tengah mereka.
"Cukup! Hentikan! Bagaimana bisa kalian bertengkar padahal kita baru saja bertemu!"
Helena menatap William. "Bisa-bisanya kau memaksakan kehendakmu pada Putri kita? Dia baru saja datang ke rumah kita setelah sekian lama! Terlebih lagi...dia adalah Ketua Murid yang pastinya memiliki jadwal yang padat, tapi dia masih sempatnya mengunjungi kita." terlihat William mulai melunak, Helena kemudian mengalihkan tatapannya pada Hermione dan Draco.
"Maaf, Draco. Kamu harus melihat pertengkaran keluarga kami," Draco hanya diam saja karena tidak tahu harus menjawab apa.
Kemudian Helena mengelus kepala Hermione. "Sebaiknya kamu istirahat...antarkan juga Draco ke kamar tamu di sebelah kamarmu, ya? Untuk masalah ini, kita bahas lain waktu saja. Mother akan berbicara dengan Fathermu, hm?" Hermione mengangguk mendengar penjelasan Mothernya.
Dia menoleh pada Fathernya. "Kita bicara lain waktu saja, Father. Ayo, Draco!" Hermione menundukkan kepalanya pada kedua orangtuanya sebelum pergi. Draco pun ikut menunduk dan pergi mengikuti langkah Hermione.
..................
"Beristirahatlah di sini, Draco." Hermione menunjuk pintu kamar yang berada tepat di sampingnya.
"Kita akan menginap di sini?" Hermione mengangguk sebagai jawaban.
"Jangan khawatir, aku sudah meminta izin. Semua urusan kita sudah selesai dan kita juga tahap berlatih untuk pengambilan nilai nanti, jadi kita libur beberapa hari."
"Tapi, Hermione-" terlambat, Hermione sudah masuk ke sebelah kamarnya. Draco mendekati pintu kamar Hermione yang tertutup dan menempelkan dahinya ke pintu.
"Mione."
Sementara di sisi lain, Hermione tengah menangis dalam diam di atas kasur sambil meringkuk memeluk lututnya.
Dia mendengar gumaman Draco yang memanggil namanya tadi.
Dia sangat serius mendengar untuk kesekian kalinya William Granger terus memaksanya untuk keluar dari Dunia Sihir.
Hermione tahu Fathernya itu khawatir akan keselamatannya. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sepertinya memang ditakdirkan untuk berada di Dunia Sihir.
Terlebih lagi, dia satu-satunya Keturunan Hekate Olymposa yang tersisa di dunia ini. Dia juga harus mengalahkan musuh-musuh Olymposa.
...................
"Kenapa kau terus-terusan memaksa Mione kita, William!" kini Helena tengah memarahi William yang hanya diam duduk di sofa ruang keluarga mereka.
"Apa kau tahu dia sudah besar! Dia bisa menentukan keputusannya sendiri!"
"Keputusan yang bisa membahayakan nyawanya? Seperti dua tahun yang lalu?!"
"Tapi Hermione masih hidup,"
"Bagaimana jika dia tewas di peperangan itu, Helena! Bagaimana jika dia mati di dunia sihir! Apa yang akan kita lakukan jika dia mati? Apakah kita akan terus hidup berdua tanpa mengingat kita memiliki Putri, tapi dia telah tewas?" Helena meneteskan air mata dan memeluk William.
"Aku mohon...jangan menyebut Putri kita seperti itu, hiks! Dia masih hidup, hiks!"
William memeluk Helena dengan lembut.
"Maaf...maafkan aku, maaf! Jangan menangis Helena."
Bersambung.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro