Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 59 : Berhenti Mencintaimu

.
.
.
.
.

Setelah mendengar penjelasan Draco, Professor Mcgonagall sangat marah dan segera menghukum Theo dan Marcus karena telah menyebabkan keributan di Hospital Wings.

Setelah kejadian itu, Astoria semakin dijaga ketat oleh Professor Mcgonagall dan Daphne. Mereka sepakat untuk menutup mulut soal Astoria yang telah hamil dan teman-teman mereka juga sepakat untuk tidak membocorkannya kepada siapapun.

Waktu pun berlalu, tidak terasa sudah hampir masuk pertengahan tahun dari awal mereka masuk kembali ke Hogwarts.

Astoria kini semakin diperhatikan Daphne dan teman-temannya. Bahkan selama ini, Pansy membantu membawakan makanan ke kamar Astoria apabila gadis-wanita itu tidak mau makan ke Great Hall. Daphne juga membantu Astoria ketika gadis itu kesulitan dalam tugasnya atau ketika dia mengidam ingin sesuatu.

Seperti saat ini, Daphne dan Pansy beserta teman-teman Slytherin mereka yang tahu kondisi...kecuali Theo tengah mencari makanan yang diinginkan Astoria saat ini.

"Di mana kita bisa menemukan makanan itu? Kita, kan tidak boleh keluar Hogwarts? Dan makanan itu pasti tidak ada di Hogwarts!" ucap Blaise pada teman-temannya.

"Ck!" Pansy berdecak lidah. "Kita cari dulu ke Great Hall, siapa tahu kan para peri mempunyai makanan itu!"

"Apa yang dikatakan Pansy itu benar, Blaise. Kita cari dulu," Blaise langsung diam karena dibungkam oleh Pansy dan Daphne.

"Ngomong-ngomong, Theo selama beberapa hari ini tidak berkumpul dengan kita? Dia kenapa?" tanya Pike.

"Dia, kan masih dihukum oleh Professor Mcgonagall. Dia dihukum untuk tidak mendekat pada Astoria untuk sementara waktu. Kita, kan akhir-akhir ini selalu bersama Astoria. Jadi wajar kita tidak melihat Theo," jawab panjang lebar Daphne. Oh, ya Astoria saat ini tengah dijaga oleh Milicent dan Goyle.

Pike menganggukkan kepalanya mengerti. 'Pantas saja aku hanya melihat dia saat pelajaran Slytherin, setelah itu dia akan menghilangkan entah ke mana.' pikir Pike.

"Jadi...Theo selama ini di mana?" tanya Pike lagi.

"Dia akan ada di perpustakaan jika sempat dan waktunya banyak terbuang untuk membantu Draco dan Hermione." jawab Blaise. Dia tentu saja tahu semua tentang sahabatnya itu.

"Oh, ya! Akhir-akhir ini, Draco dan Mione jarang kumpul bersama kita." celetuk Pansy.

"Benar. Mungkin karena mereka sibuk." jawab Daphne seadanya. Karena dia sekarang lebih fokus mencari makanan yang diinginkan adiknya serta keponakannya.

...................

Di Perpustakaan, Theo saat ini tengah membaca secarik kertas perkamen bersama Draco dan Hermione.

Draco meletakkan perkamen yang dia baca ke atas tumpukkan perkamen di dekatnya. "Akhirnya pekerjaan kita selesai juga." ucapnya.

Hermione tersenyum dan mengangguk. Berbeda dengan Theo yang memasang wajah mengerut setelah menaruh satu perkamennya di meja.

"Kenapa Theo? Isi perkamen itu menyulitkanmu?" tanya Draco yang melihat wajah Theo. Theo melirik sebentar lalu mengangkat kepalanya ke atas langit Perpustakaan.

"Tidak. Aku telah menyelesaikan isinya."

"Lalu kenapa wajahmu mengerut begitu? Masalah apa yang ada di kepalamu itu?" tanya Hermione yang juga memperhatikan Theo. Sepertinya mood Theo hari ini kurang baik, ah tidak hari ini saja tapi setiap hari. Dimulai saat Professor Mcgonagall memberikannya hukuman atas perbuatannya hari itu, dengan mulai membantu kedua Ketua Murid menyelesaikan tugas mereka.

"Tidak. Aku hanya terpikirkan nasib Astoria,"

"Kenapa kau memikirkan sampai segitunya? Lagipula si Flint itu, kan sudah bilang akan tanggung jawab. Aku dengar dari Blaise beberapa hari yang lalu, dia juga telah mendapatkan izin dari kedua orangtuanya untuk bersama Astoria. Yah, tentu saja orangtuanya senang karena pasangan anaknya sama-sama Pureblood dan murid Slytherin." jelas Draco panjang dan lebar.

Hermione menatap Theo dengan pandangan penasaran. "Theo, apa kau masih menyukai Astoria?"

Pertanyaan Hermione itu cukup membuat Theo menolehkan kepalanya pada kekasih sahabatnya itu.

"Apa? Tentu saja tidak! Aku hanya memikirkannya karena dia temanku!" seru Theo.

Draco tersenyum mengejek. "Benarkah? Kalau begitu, jangan beri Daphne harapan." secara tiba-tiba, Draco membawa nama Daphne.

Mata Theo terbelalak. "Apa maksudmu?"

"Ck, Theo! Kusarankan jangan beri Daphne harapan apabila kau masih khawatir dengan Astoria. Aku tahu, saat ini kondisinya memang mengkhawatirkan dan harus kita saja. Tapi bukan berarti, kau terlalu memfokuskan segalanya hanya pada Astoria. Ingat, Theo! Kami juga masih ada untuk menjaga Astoria. Apalagi Daphne!" entah apa yang merasuki Draco, yang tiba-tiba saja berubah menjadi cerewet dan seperti tengah mengomeli Theo saat ini.

"Pansy bercerita kepada kami, di mana Bludstrode mengomeli dirimu yang diam-diam selalu menemui Astoria lewat Daphne. Kau selalu bertanya tentang keadaan Astoria dan apa yang diinginkannya. Tapi kau tidak pernah menyapa Daphne dengan benar. Yang ada dipikiranmu adalah Astoria dan Astoria. Aku bukannya menyalahkanmu karena memberikan perhatian pada Astoria, tapi setidaknya kau jangan membuat Daphne berharap. Bila kau memang tidak menyukainya, kau katakan saja langsung padanya." Theo hanya terdiam mendengarkan setiap kalimat yang dilontarkan oleh Hermione.

Hermione menghela nafas melihat Theo hanya berdiam diri tanpa menjawab apapun. "Pikirkan baik-baik, ke mana hatimu melangkah. Baiklah, terima kasih telah membantu kami hari ini Theo. Perkamen-perkamen ini akan kami berikan pada Professor Mcgonagall sendiri. Kau sebaiknya pulanglah ke Asrama untuk istirahat atau pergi makan saja ke Great Hall."

Setelah itu, Hermione berdiri dan berjalan meninggalkan Theo, Draco mengikuti Hermione setelah menepuk bahu Theo.

.................

Theo terdiam mendengar nasehat Draco dan Hermione. Dia tidak paham apa maksud sepasang kekasih itu. Tapi dia mulai mengingat apa yang telah dia perbuat beberapa hari ini.

Dia mengingat bahwa dia sangat perhatian dengan Astoria, karena Theo sangat khawatir dengan keadaan wanita hamil itu walaupun mereka tidak memiliki hubungan lebih dari teman. Bahkan dia cuek pada Daphne, padahal dia tahu gadis itu menyukainya.

Theo mengusap mukanya dengan kasar. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan mencari Daphne.

Di sisi lain, Daphne tengah berjalan tidak tentu arah setelah memberikan makanan yang diinginkan Astoria. Setelah itu, Astoria tertidur dan teman-temanya memutuskan untuk beristirahat di kamar mereka masing-masing...kecuali Daphne saat ini.

Daphne saat ini merasa seperti kosong. Dia melangkahkan kakinya tanpa arah dengan wajah lemas. Beberapa siswa-siswi berjalan melewatinya, sebagian dari mereka sempat menoleh padanya tapi memilih untuk tidak perduli.

Sampai akhirnya Daphne dihadang oleh seseorang. Ketika gadis itu mengangkat kepalanya, dia melihat Theo berdiri di depannya. Di sekitar mereka kosong tanpa adanya siswa maupun siswi yang melewati koridor itu.

"Ada apa, Theo?" tanya Daphne cuek. Kenapa pemuda itu muncul dihadapannya?

"Kau ingin tahu tentang Astoria hari ini?" Daphne kembali bertanya karena Theo sama sekali tidak mengeluarkan suara. Tapi Theo sama sekali tidak menjawab pertanyaannya dan membuat Daphne yang menjawab pertanyaannya.

"Dia baik-baik saja, jangan khawatir."

Daphne kembali melangkahkan kakinya ke depan dan bermaksud ingin melewati Theo. Tapi pemuda itu kembali menghadang jalannya membuat gadis itu kesal dan menatap Theo dengan mata melotot.

"Ada apa denganmu!" serunya. "Kan aku sudah memberitahu tentang Astoria hari ini, jadi untuk apa kau mengangguku! Sekarang ini dia sedang tidur jadi sebaiknya kau cari orang lain untuk kau ganggu!" Daphne tidak habis pikir dengan Theo yang masih merecokinya tentang Astoria.

"Kau tahu aku menyukaimu tapi kau justru lebih mementingkan Astoria. Aku menyayanginya, tapi bukan berarti aku tidak cemburu!" Daphne secara tiba-tiba mencurahkan isi hatinya di depan Theo. Theo sendiri menatap Daphne dengan sendu.

"Theo! Ini alasannya aku ingin berhenti mencintaimu!" Theo melotot mendengar ucapan Daphne.

Setelah mengatakan itu, Daphne langsung berlari melewati Theo ketika pemuda itu masih syok. Theo membalikkan tubuhnya ingin mengejar Daphne tapi tubuhnya tiba-tiba menjadi kaku. Dirinya juga masih syok mendengar ucapan Daphne. Dia ingin sekali mengatakan sesuatu untuk Daphne dan meminta maaf karena telah mengacuhkan gadis itu. Tapi mulutnya tidak bisa digerakkan.

Hari ini, Theo menyesali dirinya karena tidak mengeluarkan suaranya.

Bersambung.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro