Chapter 51 : Memori Draco (Tahun Ketiga & Keempat)
.
.
.
.
.
Tempat memori kembali berubah, di mana Draco yang dicakar oleh Buckbeak milik Hagrid dan menjerit dengan sangat kencang.
"Dia membunuhku! Dia melukaiku!" jerit Draco dengan tangan yang telah mengeluarkan banyak darah karena dicakar oleh Buckbeak.
Hermione yang berada di tahun ketiga itu segera mendekat pada Draco. "Dia perlu di bawa ke Hospital Wings!" seru Hermione terlihat panik ketika Draco terluka. Walaupun Draco selalu membullynya dan teman-temannya, tapi dia tidak setega itu untuk senang melihat kesengsaraan Draco.
Teman-teman Draco mulai mendekat untuk melihat kondisi Draco.
"Minggir! Beri jalan! Aku adalah gurunya maka aku yang akan bertanggung jawab membawanya ke Hospital Wings!" seru Hagrid yang langsung menggendong Draco yang masih terus menjerit kesakitan.
"Pelajaran hari ini selesai!" seru Hagrid sambil berjalan meninggalkan tempat belajar dengan Draco Malfoy dalam gendongannya.
Ron dan Harry tidak dapat menahan tawa mereka melihat memori kejadian itu, bahkan Ron sendiri sudah berguling di tanah sambil memegangi perutnya yang sakit dan Harry mengusap air mata yang keluar dari kedua matanya. berbeda dengan reaksi Hermione yang meringis melihat ceceran darah Draco yang jatuh ke rumput.
Dan satu hal yang membuat Hermione terkejut adalah...Draco yang dalam kesakitan di gendongan Hagrid, masih sempatnya menolehkan kepalanya dari balik tangan besar Hagrid. Hanya untuk melihat Hermione yang sudah membalikkan tubuhnya pada Harry dan ayam terbang milik Hagrid.
Memori berubah, mereka bertiga melihat Poppy Pomfrey tengah merawat beberapa pasien. Terlihat banyak murid yang menjadi pasien Hospital Wings hari itu.
Perawat andalan Hogwarts itu tengah menPerawateteskan sebuah ramuan pada kaki seorang murid Hufflepuff yang tengah mengelupas.
Ron, Harry dan Hermione yang melihat luka murid itu meringis.
Akan tetapi, keheningan itu tidak berlangsung lama.
Karena...
"POPPY!" teriak Hagrid setelah membuka pintu dengan sangat kasar.
Poppy pun menolehkan kepalanya pada Hagrid dan tanpa sengaja menuangkan semua ramuan obat itu pada murid Hufflepuff, murid Hufflepuff itu pun segera menjerit kesakitan.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!" Poppy langsung menoleh padanya dan segera bergegas memperbaiki kesalahannya.
"Oh! Maafkan aku, dear!"
Hermione menutup mulutnya menahan tawa, Harry menutup wajahnya dengan bahu bergetar dan Ron yang sudah cekikikan sambil memeluk perutnya.
Hagrid segera mendekati Poppy yang tengah merawat murid Hufflepuff itu.
"Tolong anak ini Poppy!"
"Poppy! Aku akan mati! Aku akan mati! Tolong aku!" teriak kecil Draco sambil menangis.
Trio Golden tidak dapat menahan tawa setelah mendengar suara Draco yang lucu itu. Tapi mereka tetap berusaha memokuskan mata mereka melihat memori di depan mereka itu.
"Astaga, Malfoy!" seru Poppy setelah melihat luka Draco. Tapi dia berbalik lagi pada murid Hufflepuff itu.
"Istirahatlah, dear!" ucapnya sambil menaikkan selimut anak itu. Kemudian dia kembali berbalik pada Hagrid dan Draco.
"Demi Merlin! Bawa anak ini ke sini!" jerit Poppy sambil berlari menuju kasur kosong.
Hagrid pun mengikuti langkah Poppy. Akan tetapi dia berhenti karena suara rengekkan Draco.
"Tidak! Aku tidak mau! Aku tidak mau di situ! Arggg, sakit! Tolong aku Poppy!" jerit Draco membuat Hagrid dan Poppy kebingungan.
Hagrid menghela nafas lelah melihat Draco merengek.
"Lalu kau mau di mana Malfoy?"
Kebingungan keduanya sama seperti kebingungan Trio Golden.
"Apa-apaan Ferret itu?!" seru Ron tidak terima.
Draco yang pipinya sudah basah karena air mata menolehkan kepalanya pada semua kasur di Hospital Wings itu.
"Aku mau di situ!" tunjuk Draco pada kasur yang tengah diduduki oleh seorang gadis Ravenclaw tahun pertama. Gadis yang wajahnya penuh dengan bulu kucing itu tersentak karena tempatnya ditunjuk Draco Malfoy.
"Hei! Kau! Menyingkir dari tempat itu!" seru Draco.
"Dear, anak itu sudah di sana sejak pagi tadi. Kau di kasur ini saja," Poppy berusaha membujuk Draco. Dia juga tidak tega mengusir gadis malang itu.
Tapi Draco tetap kekeh ingin tidur di kasur itu. "Tidak Poppy! Aku mau di situ! Jika aku tidak dibaringkan ke situ, maka aku tidak mau diobati!" seru Draco dalam gendongan Hagrid.
"Dia seperti anak kecil!" komentar Ron yang langsung dihadiahi tatapan kedua sahabatnya yang mana arti tatapan itu adalah. 'Kau juga kadang sama sikapnya seperti itu!'
Siswi yang mendapatkan bentakan dari Draco itu segera bersuara.
"Tidak apa-apa, Madam Pomfrey." dengan dibantu Poppy dengan wajah bersalah karena tidak membantu gadis itu.
"Maaf ya, dear!"
Gadis itu tersenyum. "Tidak apa-apa, Madam!"
Setelah gadis itu pergi, Poppy mengisyaratkan Hagrid untuk menurunkan tubuh Draco di ranjang itu.
Dan Draco Malfoy merebahkan dirinya dengan nyaman di ranjang itu...jangan lupakan senyuman sinting yang ia keluarkan membuat Hagrid merinding di tempat dia berdiri.
"Pergilah! Biar aku mengobati anak ini!" usir Poppy pada Hagrid.
"Ouh, tapi aku Gurunya!" bela Hagrid ketika dia tengah didorong keluar oleh Poppy.
"Tidak boleh! Sekarang belum waktunya menjenguk!" seru Poppy yang langsung mengambil ramuan untuk luka Draco.
Draco sendiri? Dia justru memejamkan matanya seperti berusaha tidur sambil tersenyum. Kasur itu adalah kasur yang ditempati oleh Hermione di tahun kedua ketika tubuhnya membeku.
Memori kembali berubah.
"Ferret itu sinting! Untuk apa dia memaksa untuk menempati kasur yang mana itu tempat Hermione pernah tempati di tahun kedua ketika tubuhnya membeku" komentar Ron membuat kedua temannya terdiam memikirkan alasan Draco ingin menempati kasur itu.
Di Great Hall, Draco Malfoy diam-diam melirik pada Hermione.
"Tahun berapa ini?" tanya Harry.
Hermione mendengar dengan seksama pidato Profesional Dumbledore. "Piala? Sepertinya kita sudah memasuki tahun keempat?"
Memori berubah.
"Cepat sekali!"
"Sialan! Ayo pergi ke depan dia dan ajak dia!" seru Theo pada Draco yang sedang menatap Hermione di dekat Danau Hitam.
"Entah kenapa aku sulit berjalan ke sana, Theo!" jawab Draco sambil melirik tangannya yang sedang bermain dengan batu.
"Ayolah! Kau laki-laki! Ajak dia sekali saja,"
"Bagaimana jika aku ditolak!"
"Ya, terima saja." jawab Theo sambil tertawa.
Memperhatikan interaksi kedua sahabat itu membuat Ron dan Harry juga ikut tertawa.
"Ck!"
"Setidaknya kau sudah berusaha."
"Bagaimana denganmu? Sudah mengajak satu gadis?"
"Ah, aku mengajak Daphne dan dia menerimanya." dan Draco hanya merespon 'oh'
"Cepatlah bergerak bodoh! Dekati dia!"
"CK! Kenapa buru-buru sekali, aku akan mengajaknya nanti...lagipula aku yakin tidak ada yang mau mengajak gadis itu selain diriku," ucap Draco sangat yakin membuat Theo menghela nafas untuknya.
"Dasar bodoh! Kata siapa? Aku dan Granger adalah teman kutu buku yang cukup dekat, walau aku yakin dia akan marah ketika tahu kalau aku adalah sahabat masa kecilmu yang lebih dekat dibandingkan dua anak buah bodohmu itu. Selama menjadi teman sebangkunya di Perpustakaan tahun ini, aku selalu melihat Viktor Krum terus berusaha mendekati gadis impianmu itu-"
"APAAA!!!" teriak Draco keras, walau Hermione yang duduk di ujung sana tidak dapat mendengarnya.
"Bagaimana bisa orang itu mendekati Hermioneku?"
Pemuda itu tentu saja terkejut, bagaimana bisa Viktor Krum yang berasal dari Sekolah ya kau tahulah- justru mendekati gadis impiannya. Ah, sialan!
"Hermioneku? Wow! Hermione, dia sudah menandaimu sebagai miliknya!" ejek Ron dengan wajah yang sangat menyebalkan.
"Diam kau, Ron!" seru Hermione
Theo yang melihat amarah Draco segera menoleh pada Hermione, dan matanya melotot ketika melihat Viktor Krum berjalan mendekati Hermione.
"Wow! Wow! Kode merah, Drake! Kode merah!" ucapnya sambil menguncang kedua bahu Draco membuat pemuda Malfoy itu menoleh padanya.
"Ada apa?"
"Viktor Krum mendekati Hermione Granger!" setelah melihat apa yang dikatakan oleh Theo benar. Pemuda itu segera berdiri dan mulai melangkahkan kakinya mendekati Hermione.
Tapi langkah pemuda itu berhenti di balik pohon ketika mendengar Hermione mengatakan. "Ya, baiklah. Aku akan pergi ke Yule Ball bersamamu, Viktor!"
Pemuda itu tanpa sadar memukul pohon dengan keras sebagai pelampiasan amarah.
"Kau menghancurkan hatinya." sekali lagi, komentar bodoh Ron muncul. Harry merasa dirinya ingin sekali melakban mulut sahabatnya itu.
Memori berubah, terlihat Hermione yang muncul sambil menuruni anak tangga. Semua orang terpaku pada kecantikan terutama Draco.
"Aku tidak bisa menemukan kekurangannya,"
Memori kembali berubah. Pada saat Juara masing-masing Asrama menari terlebih dulu, Draco tidak bisa melepaskan pandangannya dari Hermione yang sedang menari bersama Viktor Krum.
"Apa kau sedang memperhatikan Granger, Drakie?" tanya Pansy yang sejak tadi memang sedang memperhatikan arah pandangan Draco.
"Ah, tidak! Untuk apa aku menatap gadis itu!" elak Draco padahal kenyataannya benar.
Memori kembali berubah, Draco yang sedang menari dengan Pansy selalu melirik-lirik ke arah Hermione yang menari sambil tertawa. Berbeda dengan Pansy yang melirik ke arah Blaise yang sedang menari dengan Astoria.
"Astaga! Mereka berdua sama-sama menyedihkan!" komentar Ron lagi. Harry langsung melotot padanya, sementara Hermione yang memang berdiri di antara kedua sahabatnya masih terus memperhatikan Draco.
Memori berubah, di mana Draco melihat Hermione bertengkar dengan Ron dan Harry. Pemuda itu baru saja berpisah dengan Pansy yang bilang bahwa dia mau pulang lebih dulu ke Asrama.
Terlihat kedua sahabat Hermione meninggalkan gadis itu di anak tangga dan menangis.
"Dasar dua bajingan!" umpat Draco sambil melihat Hermione menangis.
"Aku setuju!" seru Hermione. Dia setuju dengan umpatan Draco, kedua sahabatnya itu memang sangat menyebalkan waktu itu.
Ron dan Harry yang mendengar seruan Hermione hanya bisa terdiam sambil meringis. Mereka juga merutuki sikap mereka yang membuat Hermione menangis sendirian.
Draco melihat Hermione yang menangis dari kejauhan. Lalu gadis itu menghapus jejak air matanya dan berjalan menuju Viktor Krum yang sedang membawa dua gelas minum.
Dia mendengar bahwa Hermione mengatakan akan kembali ke Asrama dan segera meneguk gelas pemberian Viktor sampai habis. Viktor pun mengiyakan permintaan Hermione dan menawarkan diri untuk mengantar gadis itu, tapi dia ditolak dan Hermione segera meninggalkan Viktor.
Draco akhirnya mendapatkan kesempatan dan pemuda itu tidak akan melewatkan kesempatan yang diberikan oleh takdir ini. Dia langsung berjalan ke depan Hermione.
Hermione terkejut melihat Draco Malfoy tiba-tiba saja muncul di depannya. Tapi dia tidak perduli dengan pemuda itu dan langsung berjalan melewati Draco begitu saja.
Tapi Draco justru berjalan mengikuti Hermione di belakangnya. Bahkan ketika menaiki anak tangga, Draco masih mengikuti Hermione.
Di pertengahan, Hermione berhenti dan berbalik pada Draco. "Apa maumu, Malfoy!" serunya yang sudah tidak tahan dengan banyak hal yang memusingkan kepalanya dan melelahkan tubuhnya.
"Mengikutimu," jawab Draco simpel.
"Untuk apa?!"
"Kau pasti sedang lelah, kan? Aku sekarang bisa menjadi teman curhatmu, tempatmu berkeluh kesah karena kedua sahabatmu tidak membantumu sekarang."
Hermione tidak menjawab Draco, tapi dia langsung mendudukkan dirinya ke tangga.
Draco juga ikut mendudukkan dirinya pada anak tangga di dekat gadis itu.
"Berceritalah. Anggap saja aku ini bukan Draco Malfoy, tapi seorang siswa Asrama Slytherin yang sama sekali tidak kau kenal dan pastinya anak yang baik." ucap Draco sambil melepaskan jasnya.
Dan Hermione mulai menceritakan keluh kesahnya pada Draco. Hermione sendiri merasa aneh dia bisa nyaman bercerita pada musuhnya. Tapi mau bagaimana lagi, Hermione perlu mengeluarkan keluh kesahnya. Dia memiliki perinsip tidak baik memendam sesuatu.
Lama keduanya terdiam setelah Hermione bercerita. Tapi tiba-tiba saja, Draco mengambil tangan Hermione dan membawa gadis itu berjalan menuju sebuah tempat.
"Mau ke mana?" tanya Hermione yang sudah lelah berjalan.
Mereka akhirnya sampai di Koridor luar Hogwarts.
"Bagaimana jika kita berdansa sebentar, Granger? Berdansa mampu melepaskan penat?"
Lalu tanpa sadar, Draco mencium Hermione membuat gadis itu terkejut.
Ciuman mereka berhenti ketika ada suara petasan yang meledak di udara. Keduanya terdiam setelah ciuman itu terlepas.
"Ah, maaf." Draco memecahkan keheningan. "Aku akan pergi mengambil jasku yang tertinggal." setelah itu, Draco pergi meninggalkan Hermione yang masih dengan wajah terkejut.
Sementara Hermione di sisi yang lain langsung terjatuh setelah menyaksikan ciuman Draco dan Hermione di tahun keempat.
Astaga! Dia tidak menyangka bahwa mereka pernah berciuman di tahun keempat.
"Bloody Hell!"
Tapi Hermione merasakan jantungnya berdetak sangat keras. Lalu dia berjalan menuju ujung lantai untuk lebih dekat melihat kembang api yang menyala di langit Hogwarts.
Draco pun kembali dengan jas yang kembali melekat di tubuhnya. Hermione pun menoleh pada Draco dan perlahan tangan mereka bertautan.
Bibir keduanya mulai berdekatan.
"Ini tidak mungkin!" seru Hermione yang amat sangat syok.
Hermione menutup matanya agar tidak bisa melihat ciuman kedua anak tahun keempat itu. Bahkan gadis Hogwarts tahun ketujuh itu tanpa sadar telah menjatuhkan dirinya ke tanah.
"Wow!" hanya itu respon Ron dengan wajah yang tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang ilusi.
Harry hanya melebarkan mulut dan matanya.
Mereka berganti posisi ciuman, hingga mereka berdua duduk.
Memori pun berganti. Terlihat Draco dan Hermione yang berjalan berdampingan menuju Asrama Gryffindor, karena pemuda itu ingin mengantar gadis yang beberapa saat yang lalu ia cium.
Setelah sampai di depan Asrama. Hermione langsung pamit pada Draco yang mengantarnya.
"Sudah sampai, aku masuk ke dalam." ucap Hermione kikuk.
"Iya, Granger. Hati-hati!" Hermione mengangguk mendengar nasehat Draco. Kemudian gadis itu masuk ke Asramanya setelah mengucapkan kata kunci.
Draco segera pergi begitu melihat Hermione sudah masuk ke dalam Asramanya.
Ketika di tengah jalan, Draco justru berteriak senang dan meninju tangannya ke udara bahkan melompat-lompat girang. Pemuda itu senang karena bisa mencium gadis impiannya.
Hermione pun berdiri dibantu oleh Harry. Ron hanya bisa menggelengkan kepalanya heran pada memori Draco yang terlihat sangat kesenangan itu. Terkadang pemuda itu melompat-lompat.
Memori berganti di mana Draco tidur di kasurnya seorang diri. Hanya Draco Malfoy yang berada di kamar itu. Entah ke mana perginya teman-teman Slytherinnya.
"Dia sudah gila." ucap Ron sambil menggelengkan kepalanya. Harry sendiri tertawa melihat tingkah Draco di memori.
Pemuda itu tersenyum dan tertawa seperti orang gila. Kadang menutup wajahnya dengan bantal dan melompat-lompat di atas kasurnya.
Hermione sendiri meringis melihat tingkah gila pemuda itu.
Bersambung.
.
.
.
.
.
Bonus
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro