Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 40 : Ramalan Trio Golden

.
.
.
.
.

"Dasar Draco Malfoy gila! Bisa-bisanya dia seenaknya mencapku dan memerintahkanku sebagai pasangan dansanya tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu. Dia pikir dia siapa bisa berbuat begitu padaku?!" omel Hermione sambil berjalan menuju Kelas Ramalan professor yang menurut gadis itu tidak waras.

Tapi terpaksa, Hermione harus memiliki nilai yang bagus di kelas ini. Jika tidak, maka professor Mcgonagall akan kecewa padanya.

Tapi pemikiran ini membuatnya teringat akan waktu yang tersisa. "Astaga! Aku tidak boleh terlambat!" Hermione segera berlari menuju Kelas Ramalan.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Hermione sampai ke pintu masuk Ruangan Professor Trelawney.

Begitu masuk, ia disambut oleh professor Trelawney dengan penuh kehebohan. "Ya ampun, Miss Granger! Akhirnya kamu datang juga ke kelasku yang rendah ini!" professor yang dianggap gila oleh kebanyakan murid Hogwarts itu melangsung dramanya bodohnya, sementara Hermione yang tidak tahu menahu hanya bisa terdiam dengan mata yang menatap aneh professor ramalannya.

'Sambutan macam apa ini?' batin Hermione. Ia menoleh ke arah depan di mana teman-teman seangkatannya yang berasal dari Gryffindor dan Ravenclaw duduk menatap dirinya kasihan karena masuk dalam drama gilanya professor Trelawney.

"Silahkan duduk di dekat teman-temanmu."

"Ah, baik. Professor!" dengan cepat Hermione berlari ke arah bangku di samping Harry menjauhi professor gila itu.

"Nah, akhirnya kita semua berkumpul lengkap di sini!" professor Trelawney menepuk tangannya sekali dan seketika muncul asap yang membuat suasana mencekam.

"Kali ini kalian mau mendengar sebuah ramalan seru?"

"Aku akan mengatakan suatu ramalan besar yang pernah diterima murid di Hogwarts ini,"

"Ramalan besar?"

"Ramalan apa itu?"

Tentu saja murid-murid sangat heboh dengan ramalan yang disebutkan professor Trelawney.

"Apa ramalan ini sama besarnya dengan ramalan Harry Potter dan Voldemort?" pertanyaan anak itu membuat bulu kuduk mereka berdiri. Semua anak menatapnya termasuk Harry yang namanya ia sebutkan, kecuali Hermione yang tampak tidak terlalu perduli dengan kelasnya.

"Tidak sebesar ramalan itu sih," jawaban itu membuat beberapa murid kecewa termasuk Ronald Weasley. Harry yang mendengarnya menjadi bingung.

"Tapi ramalan ini berhubungan dengan Salazar Slytherin!" professor Trelawney dapat melihat tatapan terkejut murid-muridnya termasuk Trio Golden. Bahkan Hermione sekarang tampak tertarik dengan ramalan ini.

"Saat dulu aku bersekolah di Hogwarts, aku pernah mendengar beberapa rumor bahwa pernah ada satu ramalan Salazar Slytherin yang cukup heboh."

"Ramalan apa itu, prof? Cepat katakan!"

"Tenang, sebenarnya ini cuman rumor. Tapi beberapa peramal mengklaim bahwa rumor itu bukan sekedar rumor belaka," banyak anak sangat penasaran dengan isi ramalan tersebut.

"Katakan prof!" seru Ronald Weasley. Aneh sekali dia yang notabenya Asrama Singa sangat penasaran dengan ramalan Asrama musuhnya sendiri.

"Rumornya mengatakan bahwa ada satu ramalan mengenai Salazar yang mewariskan batu kebangkitan pada murid kesayangannya,"

"APA!"

"MURID? SALAZAR SLYTHERIN PUNYA MURID?"

Dan seketika kelas ramalan itu heboh.

"Ya! Sebelum batu kematian jatuh ke tangan orang lain, Salazar semasa hidupnya pernah mewariskan batu kebangkitan pada murid Slytherin kesayangannya."

Hermione yang mendengar penjelasan professor Trelawney merasa dejavu. Ia seperti mengenali siapa murid Salazar Slytherin yang dimaksud.

"Tapi prof, jika murid kesayangan Salazar Slytherin yang memilikinya lalu kenapa batu itu bisa hilang?" Harry tertohok dengan pertanyaan Parvati karena dialah pemilik batu kebangkitan sekarang.

"Seperti yang kita tahu, kalau batu kebangkitan hilang tak tersisa. Namun ada peramal yang mengatakan bahwa batu kebangkitan itu mungkin disembunyikan murid ini atau dia mewariskan lagi ke orang lain untuk dijaga dari orang-orang yang mengincar batu kebangkitan itu."

"Tapi, siapa murid kesayangan Salazar Slytherin itu prof!"

"Tidak tahu. Karena murid itu sudah mati bahkan sebelum Professor Dumbledore sekolah disini. Tapi yang kutahu murid itu seumuran dengan cucu Salazar."

"Dia pasti perempuan." celetuk Hermione tanpa sadar dengan tangan kanannya menopang pipi.

"Benar! Dia sekolah gadis Slytherin yang cantik dan berbakat sepertimu Ms. Granger, ia menjadi murid kesayangan Salazar karena menunjukkan banyak prestasi dan membuat Asrama Slytherin saat itu jaya!" semua orang termasuk teman-temannya menatap Hermione dengan pandangan takjub.

Ronald yang duduk di bagian kiri menoleh ke arah kanannya yang terdapat Harry dan Hermione.

"Dari mana kau tahu, Mione?"

"Hanya menebak saja. Kan, biasanya perempuan memang lebih pintar dari laki-laki." Ronald dan Harry yang mendengar jadi jengkel dan langsung menatap ke arah professor Trelawney. Sementara Hermione hanya tersenyum kecil karena berhasil mengerjai kedua temannya. Tidak mungkin Hermione mengatakan dengan jujur bahwa Murid Kesayangan Salazar Slytherin itu masih satu darah dengannya dan Professor Mcgonagall.

"Eh? Itu professor kenapa?!" seru Ronald yang membuat Hermione menoleh ke depan di mana Professor Trelawney sedang menunduk kaku.

Lalu, tiba-tiba...kepala tegak dan mengarah lurus ke arah golden trio. Hermione yang terkejut refleks memeluk lengan kanan Harry di sebelahnya dan Ronald yang sudah ketakutan memeluk lengan Harry yang satunya. "Harry," lirik Ron yang ketakutan melihat tatapan tajam Professor Trelawney. Sementara Harry hanya diam dengan wajah tegangnya.

"Tunggulah kalian bertiga! Bencana akan menghampiri kalian! Teruslah berpegangan tangan dan bersama! Ingat! Musuh masa lalu akan datang menemuimu..." kali ini tatapannya mengarah pada Hermione. "...bersiaplah hingga waktunya tiba! Entah kekalahan atau kemenangan yang akan datang. Penderitaan dan kesedihan yang mendalam akan menggerogoti kalian!"

Wajah ketiga Trio Golden pucat pasi. Suasana di kelas itu sangat mencekam, tidak ada seorang pun yang bersuara bahkan bernafas pun rasanya sulit setelah mendengar langsung ramalan mengerikan untuk Trio Golden.

..........

Hermione menaiki anak tangga untuk pergi ke Asramanya. Tapi sepanjang jalan ia menoleh ke sekitarnya dan selalu merasakan bulu kuduknya berdiri. Perasaan tidak enak menghampirinya setelah mendengar ramalan itu. Dia yang niatnya sehabis kelas ingin menemui Professor Mcgonagall mengurungkan niatnya karena takut, bahkan dia tidak berani meminta pada Harry dan Ron untuk mengantarnya ke Asrama karena keduanya juga ketakutan sama sepertinya.

Tapi ia kembali sadar dari lamunan karena telah berdiri di depan pintu Asramanya. "DraMione!"

"Kamu kenapa? Kok wajahnya pucat gitu?" tanya lukisan Draco. Hermione melihat lukisan yang mengkhawatirkannya. "Aku tidak apa-apa, terima kasih sudah khawatir." setelah mengatakan itu ia langsung masuk. Tapi ternyata seseorang telah menunggunya.

"Kamu kenapa? Kok wajahnya pucet begitu." walaupun dalam kondisi lemas tapi Hermione cukup terkejut dengan pertanyaan yang sama dengan lukisan Draco di pintu Asrama. 'Kok bisa mirip, ya?'

"Aku tidak apa-apa, terima kasih sudah khawatir." jawab Hermione untuk kedua kalinya.

"Eh, mau ke mana?" Draco menahan tangan Hermione.

"Tentu saja mau ke kamar. Mau istirahat!"

"Sebelum itu ke kamarku dulu,"

"Untuk apa?"

"Ada hadiah dari Mother untukmu,"

"Dari Cissy?" gumam Hermione saat dirinya ditarik Draco menuju kamar pemuda itu.

Di kamar Draco, ia disuruh duduk di atas kasur hijau milik Draco sementara pemuda itu mengambil sesuatu dari lemari pakaiannya.

Hermione melihat Draco duduk di sampingnya dengan membawa sebuah kotak berwarna putih ke depannya. "Bukalah!"

Begitu terbuka, Hermione terkejut melihat isinya. Sebuah jubah pesta musim dingin yang sangat cantik berwarna putih lengkap dengan sarung tangan dan perhiasannya serta sebuah gaun musim dingin cantik berwarna hitam. "Ini buatku?"

"Benar! Mother mengirimkannya kemarin buat kita sepasang karena aku bercerita di surat kalau akan ada pesta natal minggu ini dan mother dengan semangat memesankan pakaian ini," Hermione menatap takjub hadiah miliknya, tampaknya ia sangat menyukai pakaian pemberian Narcissa itu.

"Oleh karena itu, aku memaksamu untuk berpasangan denganku. Jika tidak, Mother akan kecewa karena pakaian ini mungkin tidak bisa kita pakai." mendengar itu, Hermione langsung menatap Draco dan merasa sedih.

"Maaf karena telah menolakmu waktu itu."

"Tidak apa, itu juga salahku karena tidak memintamu baik-baik."

Bersambung.
.
.
.
.
.

Bonus


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro