Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 36 : Kesedihan dan Kebahagiaan

.
.
.
.
.

Hermione berjalan di tengah Koridor Hogwarts, ia berjalan sendiri tanpa ditemani oleh siapapun.

Setelah kejadian ia diputuskan oleh Oliver, gadis itu menjadi murung dan tidak bersemangat. Ia akan berbicara panjang jika membahas pelajaran, selebihnya ia akan diam. Bahkan ketika diajak berbicara ataupun salah satu temannya melemparkan gurauan. Ia hanya tersenyum tipis, tidak tertawa seperti biasanya.

Hatinya kosong karena seseorang telah menghancurkan hatinya beberapa hari yang lalu. Sekarang ia harus berusaha sabar dan menata hatinya kembali. Walau dalam benaknya masih bertanya-tanya, mengapa Oliver melepaskannya? Apa salahnya?

Tanpa diketahui oleh Hermione, seseorang mengikutinya dari belakang. Dan orang itu adalah Draco Malfoy.

Pemuda itu sangat mengkhawatirkan Hermione, karena kabar bahwa Hermione putus dari Oliver sudah tersebar beberapa hari yang lalu. Mungkin orang-orang akan mengatakan ia jahat atau semacamnya, tapi ia sangat menginginkan Hermione. Dengan tidak adanya Oliver, maka Draco bisa dekat dengan Hermione tanpa seorangpun melarang, ya kecuali dua pengawal singa Hermione.

Ia saat ini mengikuti Hermione untuk menjaga gadis itu agar tidak terjadi apa-apa. Setiap Hermione berjalan seorang diri, maka Draco akan mengikutinya dari belakang dan menjaganya.

Tapi Draco tidak habis pikir, mengapa kedua pengawal singanya Hermione itu tidak ada di saat-saat sekarang? Kenapa mereka justru sibuk dengan kegiatan masing-masing? Draco tidak habis pikir.

Karena sibuk dengan pemikirannya, Draco sampai tidak sadar bahwa Hermione yang berjalan di depannya tidak terlihat. Pemuda Malfoy itu celingukan mencari keberadaan Gadis kebanggaan Gryffindor itu.

"Dor!" tanpa diduga, gadis yang tengah ia cari berdiri di belakangnya dan mengagetkannya.

"Astaga Mione!" seru Draco. Hermione yang menjadi pelaku tertawa terbahak-bahak hingga memegangi perutnya.

Hermione pun menghentikan tawanya setelah melihat Draco Malfoy menatap masam dirinya. "Maaf..." kedua bola mata Draco memutar jengkel.

"...lagipula, kenapa kau mengikutiku?" Hermione menatap selidik Draco membuat pemuda Malfoy itu menjadi gugup. Hermione sedikit heran, mengapa Draco mengikutinya seperti pencuri?

"Hmmm..."

"Hmmmm..."

"Hmmm..."

"Hahem hahem...jawab cepat!" seru Hermione yang menatap bosan Draco.

"Ya...aku hanya khawatir padamu," jujur Draco.

"Khawatir?" satu alis Hermione terangkat.

"Kau menjadi pendiam selama beberapa hari ini," wajah Hermione menjadi sedih mendengar ucapan Draco. Ia jadi mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, di mana ia diputuskan secara sepihak oleh Oliver.

"Kudengar...Wood memutuskanmu beberapa hari yang lalu," Draco mengucapkan itu dengan suara yang kecil karena takut Hermione tersinggung dan sakit hati.

"Dia memutuskanku beberapa hari yang lalu." ucap Hermione dengan wajah yang berusaha tegar. Ia menghembuskan nafas dan berjalan diikuti oleh Draco.

Draco mengerti bahwa Hermione memerlukan seseorang untuk mendengar keluh kesahnya, dan Draco tampaknya akan menjadi tempat untuk Hermione. Tampaknya, teman-teman Hermione yang lain tidak ingin ikut campur takut gadis itu sakit hati. Oleh karena itu, mereka hanya diam saja dan berusaha membuat gadis Granger itu tersenyum.

Hermione menceritakan perasaannya dan peristiwa saat Oliver memutuskannya. Mereka berjalan beriringan hingga ke depan Kastil.

Siswa-Siswi Hogwarts yang kebetulan melintas di dekat mereka menoleh pada pasangan Ketua Murid tersebut. Mereka mengetahui bahwa Hermione Granger si Pahlawan Perang sekaligus Ketua Murid perempuan mereka telah putus dengan Mantan Kapten Quidditch sekaligus Kapten Tim Puddlemere United. Hal itu membuat gadis itu menjadi sedih dan pendiam, dan sekarang mereka melihat Hermione Granger tidak lagi menjadi pendiam.

Mereka terheran-heran menatap Draco dan Hermione sedang berbagi cerita.

"Granger kembali ceria lagi?"

"Benar!"

Hermione berjalan hingga ke Batu Besar yang terletak di dekat Gerbang masuk Hogwarts. Ia duduk di atas batu tersebut, dengan Draco yang berdiri di hadapannya.

"Aku sampai sekarang tidak mengerti mengapa ia memutuskanku? Apa salahku?" setetes air mata jatuh ke pipi Hermione. Draco yang melihat itu segera mengambil sapu tangan yang berada di jubah Slytherin nya dan diberikan kepada Hermione.

"Terima kasih." ucap Hermione sambil mengusap air matanya. Gadis itu masih menangis.

Draco menatap itu dengan tidak nyaman. Ia pun mendekati Hermione dan duduk di samping gadis itu.

Tanpa aba-aba, gadis Granger itu merebahkan kepalanya ke bahu Draco dan menangis. Tangan Draco naik ke atas kepala Hermione dan mengusapnya untuk menenangkan gadis itu. Ia memberikan kata-kata yang menenangkan gadis itu.

Dari kejauhan, sepasang kekasih melongo melihat Hermione dan Draco yang duduk di atas batu besar sambil berpelukan. Di kedua tangan mereka terdapat beberapa buku yang hendak mereka baca.

"Blaise! Apa yang kita lihat di depan kita ini nyata?" tanya Pansy yang masih melongo menatap Draco dan Hermione. Sementara Blaise yang ditanya pun tidak menjawab saking syoknya dengan kejadian yang ia lihat itu.

Awalnya, mereka ingin belajar bersama dengan duduk di depan Gerbang Sekolah sambil menikmati udara yang sejuk. Namun, niat mereka itu sepertinya harus mereka urungkan karena melihat kejadian mengejutkan buat mereka.

HERMIONE DAN DRACO PELUKAN!

YANG BENAR SAJA!

Mereka sudah lama tidak berada di sekitar Hermione, karena mereka tahu gadis itu sepertinya ingin menyendiri setelah diputuskan secara sepihak oleh Oliver. Satu Hogwarts gempar karena berita yang dibawakan oleh pevees yang saat itu bernyanyi di Aula. Banyak orang mengutuk Oliver yang telah melepaskan gadis sesempurna Hermione, namun banyak juga siswa Hogwarts yang bersyukur atas putusnya hubungan Oliver dan Hermione.

...................

Draco masuk Asrama Slytherin dengan wajah lelah. Namun begitu masuk Ruang Rekeasi, ia disuguhkan dengan pemandangan seluruh murid Asrama Slytherin menatapnya dengan senyuman misterius.

Ia kaget. "Kenapa kalian semua berada di sini?" tanya Draco dengan kening mengerut. Senyuman Blaise dan Pike yang duduk bersebelahan membuat Draco ngeri. 'Apa-apaan mereka?'

"Apa-apaan senyuman kalian itu?!" suara Draco semakin meninggi.

"Tidak ada apa-apa," jawab Theo yang juga ikut bersikap tidak waras seperti teman-temannya.

"Cepat! Apa yang kalian inginkan?!!!" seru Draco. Ia merasa ada yang tidak beres dengan seluruh Ular ini!

Pansy yang berinisiatif menjawab. Namun sebelum itu, ia terkikik geli beberapa saat. "Tadi aku dan Blaise ingin belajar bersama di depan Gerbang Hogwarts tadi siang..." jeda Pansy. Draco yang mengerti pun menepuk satu tangannya.

Blaise menyeringai sangat lebar. "...apa yang kau dan Hermione lakukan sehingga pelukan seperti tadi siang?"

Draco menghela nafas lelah menatap tingkah teman-teman absurdnya.

"Begini..."

...................

Hermione menaiki tangga Asrama Ketua Murid dengan wajah lelah. Draco sudah jarang tidur di Asrama Ketua Murid, ia sekarang lebih sering tidur di Asrama Slytherinnya karena Tom Felton sedang tidak berada di Hogwarts sekarang.

Begitu ia masuk, Mcgonagall menyambut Hermione dengan wajah serius. "Akhirnya kau datang juga, Hermione!"

"Nenek?" tanya Hermione yang bingung karena melihat Mcgonagall berada di Asramanya.

"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu," ucap Mcgonagall sambil bergeser posisi ke samping kanan.

"Siap..." pertanyaan Hermione terhenti karena melihat sosok Hekate duduk anggun di Sofa hijau milik Draco di depan Perapian.

"Lama tidak bertemu, Hermione."

Bersambung.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro