Chapter 34 : Kabar Buruk
.
.
.
.
.
Keesokan harinya, Hermione bangun dalam keadaan yang cukup mencemaskan. Tongkatnya pun patah sehingga Hermione terpaksa membeli tongkat baru sebelum kembali ke Hogwarts.
"Kau baik-baik saja, Nak?" tanya Helena pada Hermione yang ketakutan di pelukannya.
"Aku baik-baik saja," jawab Hermione, namun wajahnya masih pucat karena ketakutan.
Oliver, Draco, Narcissa dan Wiliam yang menyaksikan kejadian itu bingung dengan reaksi Hermione. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Hermione. Ngomong-ngomong, Oliver sudah sadar dari pingsannya lebih cepat dari Hermione. Setelah pemuda itu sadar, Ia pun segera direcoki banyak pertanyaan Oleh Wiliam dan Draco. Terlebih lagi, Hermione yang tadi bersamanya juga ikut tidak sadarkan diri. Walaupun kepalanya masih sakit, tapi Oliver tetap sanggup menceritakannya hingga sedetail-detailnya. Lebih lagi, ia sangat khawatir dengan Hermione yang saat itu direbahkan tepat disampingnya, bisa dibilang mereka satu kasur.
Dan yang menemukan mereka adalah Draco Malfoy yang beralasan ia merasakan sesuatu yang tidak enak pada Hermione, sehingga ia kembali ke tempat Hermione dan Oliver berada. Setelah sampai, ia melihat Oliver dan Hermione sudah tidak sadarkan diri, terlebih tongkat Hermione patah berada di dekat gadis itu.
Karena kejadian itu, Oliver memutuskan untuk pulang ke Inggris bersama Hermione. Mengenai Wiliam dan Helena, mereka dipaksa Oliver dan Hermione untuk tetap liburan ke Perancis sampai masa libur mereka habis. Karena begitu sangat dipaksa, akhirnya kedua Orangtua Hermione setuju untuk tetap tinggal. Sementara itu, Narcissa dan Draco kembali ke Inggris memakai jalur perapian agar lebih cepat.
.........
Di Bandara, Hermione masih tampak gelisah duduk di bangku penumpang. Oliver yang saat itu memesan tiket memantau keadaan Hermione, takut gadis itu kenapa-kenapa. Setelah memesan tiket, pemuda Wood itu segera mendekati Hermione dan duduk di sampingnya. Dipeluknya kekasihnya itu sambil menenangkannya.
Hermione yang berada menyandarkan kepalanya pada dada Oliver pun merasakan ketenangan. Akan tetapi, ia kembali mengingat ucapan terakhir Emma Watson sebelum Hermione pingsan.
'Kita akan bertemu kembali, Hermione.'
Kata-kata Emma seakan menjadi tanda tanya dalam benak Hermione. Suara lembut Emma seakan menyiratkan sesuatu yang disembunyikan. TAPI APA?!
Hermione mengeratkan pelukannya pada Oliver bermaksud untuk menghilangkan bayangan Emma di pikirannya.
{<><><>___¤¤¤¤¤___<><><>}
Setelah Pesawat yang mereka tumpangi sampai ke Inggris, tanpa istirahat sedikitpun mereka segera menuju King Cross agar dapat sampai ke Hogwarts dengan perintah khusus dari Kepala Sekolah Professor Mcgonagall. Dan perintah itupun segera dilaksanakan.
Author be like : Enak bet ya, jadi cucu satu-satunya Kepala Sekolah:v
Sebelum mereka berangkat ke Hogwarts, Hermione ditemani Oliver pergi ke Toko Olivander untuk memperbaiki tongkatnya yang patah.
"Selamat siang, Mr. Olivander!" seru Hermione setelah membuka pintu.
"Oh, halo Hermione!" balas Olivander. Yup! Mereka sangat akrab. Pria paruh baya itu menajamkan matanya pada pemuda yang berjalan di belakang Hermione.
"Wow! Wow! Sangat tidak terduga, Mr. Wood dan Mr. Granger!" serunya membuat kedua orang itu tersipu malu. "Ngomong-ngomong, ada apa ke sini?"
Oliver meletakkan tongkat Hermione yang sudah patah ke meja di depan Olivander. "Oh Tuhan!" pria tua itu mengambil tongkat itu dengan sangat hati-hati. "Apa yang terjadi pada tongkat ini?" tanyanya membuat Hermione mengingat kejadian dua hari yang lalu bersama Emma Watson, Sepupu jauhnya.
"Tongkat Hermione patah karena suatu kejadian, seperti kesalahan membaca mantra. Maybe," jawab Oliver dengan keraguan.
"Bisa tongkatku diperbaiki? Sementara aku akan membeli tongkat baru di sini?" tanya Hermione yang membuka mulutnya untuk pertama kalinya di Toko Olivander.
Pria tua itu menatap Hermione dengan sedikit ragu. "Sepertinya, itu tidak bisa Miss Hermione. Karena untuk sementara waktu ini, aku tidak bisa memproduksi tongkat dan semua tongkat yang ada di sini sudah dipesan oleh orang lain." wajah Hermione sangat sedih ketika mendengar penjelasan Olivander.
"Baiklah kalau begitu, kami akan pergi ke Hogwarts karena ini sudah hampir terlambat." ucap Oliver yang langsung menarik tangan Hermione dan pergi dari tempat itu.
"Jangan khawatir, Miss Granger! Tongkatmu akan segera kuperbaiki!" itulah suara terakhir yang Hermione dengar sebelum pintu Toko tertutup.
{<><><>___¤¤¤¤¤___<><><>}
Beberapa jam kemudian, Oliver dan Hermione sampai ke Hogwarts dengan selamat. Di Stasiun dekat Hogwarts, berdiri Professor Mcgonagall yang menunggu kepulangan mereka. Tanpa didampingi siapapun.
Hermione segera memeluk Nenek Sepupunya itu. Mereka berbagi pelukan kerinduan dan canda tawa. Oliver pun mendekati mereka dan memeluk Mcgonagall. "Kenapa hanya Professor sendiri yang menunggu kami? Ke mana yang lain?"
"Sebenarnya mereka ingin ikut, tapi aku larang karena mereka sedang ujian." jawab Mcgonagall.
"Oh, pantas! Mereka mungkin ingin kabur dari ujian." Hermione menyimpulkan.
"Oleh karena itu, aku tidak ingin mereka ikut." dan akhirnya mereka bertiga tertawa bersama.
{<><><>___¤¤¤¤¤___<><><>}
Beberapa hari kemudian, Hermione kembali ke aktifitasnya seperti semula. Walaupun ia masih mengingat Emma Watson.
Akan tetapi, kebersamaannya dengan teman-temannya mengalihkan fokusnya. Draco Malfoy juga telah kembali ke Hogwarts lebih cepat daripada Hermione dan Oliver.
Ngomong-ngomong tentang Oliver, pemuda Wood itu telah meninggalkan Hogwarts karena acara Alumni Gryffindor telah berakhir. Akhirnya, ia dan Hermione berpisah tiga hari yang lalu.
Saat ini, ia dan teman-temannya tengah berjalan di Koridor. Secara kebetulan, ia berpapasan dengan Blaise dan Pansy yang beberapa hari ini tidak terlihat.
"Blaise! Pansy!" seru Hermione membuat kedua murid Slytherin itu menoleh padanya.
"Ginny! Parvati! Duluan saja karena aku ingin berbicara dengan Blaise dan Pansy."
"Ok."
Dengan segera, Hermione berjalan menemui keduanya.
"Ada apa, Mione?" tanya Pansy saat Hermione telah berdiri di depan mereka.
"Tanpa basa basi, aku akan bertanya pada kalian. Apakah kalian menjauhiku karena ancaman dari My Dad?" mendengar itu, Pansy dan Blaise sedikit menundukkan kepalanya. Melihat itu, Hermione langsung menggenggam tangan Pansy. "Apapun yang terjadi, kalian tetaplah temanku. Masa lalu biarlah berlalu dan jangan pikirkan ucapan My Dad. Lihatlah! Kalian menjauhiku sekarang! Kalian membuatku sedih, tahu!" seru Hermione membuat Pansy dan Blaise merasa bersalah.
"Jadi, lupakan ucapan My Dad dan tetaplah jadi temanku!" seru Hermione dengan ceria sambil merentangkan tangannya. Blaise dan Pansy saling bertatapan kemudian tersenyum, lalu memeluk Hermione dengan bahagia.
Mulai sekarang, mereka akan selalu menyayangi Hermione. Karena teman seperti Hermione yang selalu mereka butuhkan setiap waktu.
{<><><>___¤¤¤¤¤___<><><>}
Di Great Hall, semua orang makan siang bersama-sama dengan bahagianya.
Hermione dan para Gryffindor banyak tertawa saat makan siang. Aura kecantikan Hermione menyebar hingga membuat hampir seluruh pemuda Hogwarts terpesona padanya.
"Cantiknya." gumam Ernie yang tampak sadar mengambil tangan Rolf dan menggigit tangan pemuda Scamander itu.
"AWW!!!" sebuah jeritan terdengar dari seseorang yang merupakan cucu dari Newt Scamander membuat sebagian orang menoleh padanya.
"Kau gila?!" seru Rolf yang menarik tangannya dan menatap miris jarinya yang memerah karena di gigit oleh Ernie yang ia sangka daging di piringnya.
Di meja Gryffindor, Harry dan teman-temannya menertawai banyak orang yang terpesona dengan Hermione yang mengobrol bersama Ginny dan para Gryffindor.
"Sepertinya mereka lupa bahwa Hermione itu kekasihnya Oliver Wood," celetuk Harry sambil melirik Hermione dan Ginny.
"Kau benar, Mate. Jika Oliver ada di sini mereka akan segera dipukul oleh Mantan Kapten Quidditch Gryffindor itu." balas Ron sambil memakan makan siangnya.
"Dan satu lagi, ada seseorang yang saat ini ingin segera membunuh para lelaki itu." ucap Neville dengan suaranya yang serak dan macho.
Beberapa saat yang lalu, ia tertawa kencang seperti seorang gadis karena rivalnya tadi menjerit kesakitan karena jarinya digigit temannya.
"Siapa yang kau bilang itu, Neville?" tanya Seamus. Dean yang disebelahnya tertawa kecil dan menjawab. "Itu...yang warna rambutnya paling mencolok di Asrama Slytherin." jawab Dean membuat mereka menoleh ke Meja Slytherin tempat orang yang dimaksud berada.
Terlihat Draco yang tengah menatap tajam orang-orang yang terpesona dengan Hermione. Setelah itu, mereka semua tertawa.
Hermione dan yang lainnya menoleh ke arah teman-teman mereka yang tertawa kencang. "Mereka kenapa?" tanya Ginny dan Parvati mengedipkan bahunya.
Tiba-tiba, Professor Mcgonagall muncul tepat di samping Hermione membuat yang lainnya terkejut. "Astaga, Professor!" seru Ginny.
"Ah, maaf anak-anak..." wanita tua itu menoleh pada Hermione yang masih memegang minumannya. "...bisa ikut denganku, Mione?" tanyanya dan Hermione langsung mengangguk.
{<><><>___¤¤¤¤¤___<><><>}
Professor Mcgonagall membawa Hermione ke Ruangan pribadinya. "Kenapa kita di sini?"
"Kau bukalah pintunya dan masuk ke sana. Di sana, kau akan tahu mengapa Nenek mengajakmu ke sini."
Setelah pintunya terbuka, Hermione dapat melihat seorang pemuda yang sangat ia kenali berdiri membelakanginya.
Langsung saja Hermione berlari ke arah pemuda itu. "Oliver!"
Pemuda yang ternyata Oliver itu menoleh pada Hermione. Namun, sebelum Hermione dapat memeluk Oliver, pemuda itu menahannya. Hermione terkejut karena Oliver menolak memeluknya, tapi ia lebih terkejut lagi melihat wajah Oliver yang tidak dalam keadaan baik.
"Kamu kenapa?"
Wajah Oliver sembab seperti orang yang habis menangis berhari-hari, air mata di wajahnya masih belum kering dan masih menetes dari matanya dan kedua matanya merah.
"Hermione..."
"...kita putus!"
Bersambung.
.
.
.
.
.
Hai gess^^
Lama ya gak up? Maaf, Author soalnya lagi tahap mager banget.
Gimana chapter kali ini? Gregetan gak?
Arti dari judulnya (Kabar Buruk) ini mengacu pada tongkat Hermione yang patah dan putusnya ia dan Oliver.
Jangan lupa vote dan komen.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro