Chapter 28 : Membeli Peralatan Melukis
.
.
.
.
.
Setelah mereka mengobrol dan telah menentukan di mana mereka bisa membeli barangnya, semua orang pun segera bergegas pergi.
"Kalian hati-hati, ya!" seru Helena Granger dari kejauhan pada suami, anak serta teman-temannya yang akan pergi membeli peralatan pelajaran Telaah Muggle.
"Sekarang...kita akan ke mana, Mione?" tanya Harry yang berjalan di samping Hermione. Gadis itu menatap teman berkacamatanya sambil tersenyum.
"Kita akan membeli canvas terlebih dahulu. Benar, kan Daddy!" ucap Hermione meminta kepastian pada Daddy nya yang berjalan di depan bersama Arthur Weasley.
Hermione berjalan dengan Oliver dan Harry. Di belakang mereka ada para Gryffindor dan Padma, serta terakhir,l ada para Slytherin yang berjalan di belakang.
Beberapa pejalan kaki berteriak histeris karena melihat beberapa pemuda tampan berjalan di dekat mereka.
Hermione menatap jengah gadis-gadis yang berseru pemuda tampan berambut cokelat pada Oliver. Sedangkan pemuda itu hanya tersenyum pada mereka, karena ia telah terbiasa dengan teriakan fansnya. Oliver merasakan aura yang tidak mengenakan di sampingnya menbuat dia menoleh. Ia tertawa kecil melihat Hermione cemburu, dengan segera ia merangkul kekasihnya itu membuat gadis-gadis yang berteriak padanya sangat terkejut.
Bukan hanya Oliver yang diteriaki oleh mereka, melainkan beberapa pemuda di belakang mereka.
Harry yang juga ikut diteriaki membuat Ginny cemburu. Ia dengan segera berjalan ke samping Harry yang berjalan di sebelah kiri Hermione. Gadis Weasley itu dengan segera mendekap lengan Harry Potter dan mempelototi setiap gadis yang terlihat menyukai kekasihnya.
Berbeda dengan Oliver dan Harry, Ron yang tidak memiliki kekasih pun dengan bebas tersenyum bahkan melambaikan tangannya pada beberapa gadis yang terlihat menyukainya. Tingkah Ron itu membuat teman-teman Gryffindornya bingung. Mereka menatap seorang gadis yang menatap tidak suka tingkah Ron.
"Kau tidak apa-apa kan, Padma?" tanya Parvati sambil menyentuh bahu adiknya yang berdiri di antara dirinya dan Dean.
Padma tersenyum pada Parvati dan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa."
Namun siapa sangka, dia kembali menatap tidak suka pada Ron yang tidak sadar bahwa dia sedang ditatap oleh pujaan hati.
Tidak mau peduli, susah! Mau marah juga, susah! Memangnya, siapa Padma buat Ron? Serba salah! Jadi, Padma memutuskan hanya untuk menatap Ron sambil mendelik tajam pada gadis-gadis genit itu.
Di belakang mereka, Blaise melambaikan tangan pada mereka. Pansy segera memukul kepala Blaise. "Aw! Mengapa kau memukulku Pansy? Oh, aku tahu! Kau cemburu, kan?" gadis Parkinson itu memutar bola matanya jengah. "Aku hanya ingin memberitahumu bukannya cemburu. Karena kau adalah kekasihku, aku hanya ingin mengatakan bahwa para gadis itu bukan histeris karenamu tapi histeris karena Theo." para Slytherin yang mendengarkan penjelasan Pansy menertawai Blaise. Sedangkan Blaise sendiri melihat gadis-gadis yang ia kira meneriakinya. Ternyata Pansy benar, Blaise pun langsung menutupi wajahnya malu.
{<><><>___¤¤¤¤¤___<><><>}
Mereka semua tiba di sebuah toko yang berjualan kanvas dan alat lukis. Para penyihir berdarah murni menatap bingung toko itu.
"Toko apa itu?" tanya Ginny.
"Toko Kanvas. Di sini menjual alat-alat melukis yang pastinya berada dalam daftar belanja kita," jawab Harry yang memang tahu tentang kanvas.
"Kita akan membeli kanvas, kuas dan pewarna untuk melukis. Begitulah," ucap Oliver yang memang merupakan Halfblood dan tahu banyak hal mengenai dunia muggle karena Hermione.
"Apa itu kanvas, kuas dan pewarna?" tanya Daphne tidak yakin. Oliver menunjuk segala bentuk kuas, kanvas yang telah terdapat gambar Monalisa dan lukisannya itu terlihat sangat nyata.
"Seperti itu." mereka menoleh dan melihat apa yang ditunjuk oleh Oliver. Blaise pun langsung histeris sambil menunjuk lukisan gadis cantik itu.
"MERLIN!" teman-temannya kaget melihat Blaise yang mendekati lukisan itu. Ternyata lukisan itu mirip dengan salah satu potret di Hogwarts. Orang-orang yang berada di dekat Blaise menatap pemuda itu dengan aneh. Dua pasangan yang juga menatap lukisan di samping Blaise segera menjauh karena merasa pemuda itu pasti orang gila. Para pejalan kaki dan beberapa orang di sekitar toko itu memandang Blaise dengan aneh.
"Ya ampun, Nona! Sedang apa kau di sini? Ini aku Blaise, aku yang saat itu mengajak Nona berbicara! Aku Blaise Zabini!" seru Blaise histeris yang mendekatkan tubuhnya dan meraba-raba kaca pembatas antara dirinya dan lukisan itu. Pemuda Zabini itu menoleh ke belakang ke arah teman-temannya. "Teman-teman! Ini lukisan yang ada di Hogwarts, kan!!!" lalu ia kembali menatap lukisan itu.
Terlihat Harry menepuk dahinya dan Hermione memegang tangan Oliver yang tengah menatap sekitar. "Bagaimana ini?" tanya gadis itu. Oliver memandangnya dan menggelengkan kepalanya. Sementara teman-teman yang lain cengo menatap tingkah Blaise.
Arthur Weasley dan Wiliam Granger terdiam menatap Blaise Zabini. Pansy yang tidak tahan dengan kekonyolan Blaise pun segera mendekat dengan wajah merah padam karena emosi.
Blaise melihat Pansy mendekat padanya. "Pansy! Lihat! Dia adalah potret yang sering aku ajak bicara, kau lihat sendiri....ADUH! ADUH! ADUH! SAKIT PANSY! TELINGAKU! LEPASKAN!"
Sementara yang lain dan para muggle melihat Pansy yang tengah menarik telinga Blaise terkejut. Bukan satu telinga, tapi dua telinga sekaligus. Pantas saja Blaise kesakitan:v
Sementara yang lain meringis, Hermione menoleh pada Arthur dan Wiliam mengisyaratkan mereka untuk mendekat ke depan pintu. Mereka mengangguk dan Hermione segera menarik tangan Oliver untuk mengikutinya. Mereka melihat Pansy yang tengah menarik telinga Blaise.
"Tolong, ya! Pansy." Pansy mengangguk pada Hermione yang masuk ke Toko diikuti oleh Wiliam Granger, Arthur Weasley dan Oliver Wood.
{<><><>___¤¤¤¤¤___<><><>}
Hermione dan ketiga orang lainnya melihat penjaga kasir yang sedang membaca koran. Para pengunjung yang berada di dalam toko itu menatap mereka aneh sambil menolehkan kepala mereka kaca toko di mana terlihat seorang pemuda tengah dimarahi oleh seorang gadis. Sepertinya mereka yang berada di dalam melihat tingkah konyol Blaise.
Akan tetapi, mereka mengacuhkan hal itu dan mendekati penjaga Toko yang duduk di depan Kasir.
Wiliam Granger berdeham. "Permisi!" orang itu menoleh ke arah empat orang yang menjadi pembelinya ini. "Ya, ada apa?"
"Kami ingin membeli peralatan melukis..." Wiliam Granger dan penjaga itu pun mulai membicarakan peralatan melukis, mereka yang bagus serta awet dan tahan lama, harga dan segala macam alat yang akan dibeli sesuai daftar professor Mcgonagall.
"Baiklah! Tunggu sebentar tuan-tuan dan nona." ucap penjaga Toko yang mulai mencari segala alat yang akan dibeli dan sibuk membungkusnya. Sementara itu, keempat orang ini berpencar untuk sekedar melihat-lihat alat melukis maupun lukisan yang terpampang di dinding Toko.
Wiliam Granger tengah menjawab nama alat serta kegunaan alat yang ditunjuk oleh Arthur Granger. Well, tetua suku Weasley itu penasaran dengan alat-alat yang ditunjuknya.
Di sisi lain, Hermione tengah berdiri di samping Oliver yang tengah mengamati berbagai lukisan. Dari sekian banyak lukisan, Hermione melihat Oliver sangat tertarik dengan lukisan sebuah Menara yang sangat tinggi.
"Apa kau tahu?" ucap Hermione, namun mereka masih fokus pada lukisan itu. "Menara itu..." tunjuk Hermione pada lukisan. "...adalah salah satu keajaiban dunia dan Menara itu berada di Paris, Peranciss!" jelas Hermione semakin membuat Oliver berbinar.
"Kalau kau mau, kita bisa pergi ke sana untuk sekedar hiburan?" tawar Hermione membuat Oliver menatapnya terkejut. "Sungguh?!" Hermione mengangguk membuat Oliver sangat senang. Ia tanpa sadar memeluk dan mencium Hermione di tengah Toko itu. Hal itu membuat semua orang menatap keduanya dan bersorak untuk mereka.
Wiliam dan Arthur hanya tertawa sambil menggelengkan kepala melihat tingkah kedua pasangan itu.
Dalam pelukan Oliver, Hermione tersenyum bahagia dan membalas ciuman Oliver serta memeluk erat tubuh kokoh sang kekasih.
Hermione sepertinya lupa bahwa patner Ketua Muridnya itu juga berada di Peranciss, karena sedang mengurus permasalahan Manornya bersama Narcissa.
Bersambung.
.
.
.
.
.
Halo Readers^^
Berapa lama author gak update?
Gomen!!!! Author sedikit sibuk dengan cerita-cerita author yang belum tamat dan belum di publish.
Btw, penasaran dengan apakah Hermione dan Oliver akan benar-benar pergi ke Peranciss?
Apakah mereka akan bertemu dengan Draco dan Narcissa Malfoy di sana?
Terus tunggu kelanjutannya😁
Jangan lupa saksikan kegokilan Blaise di chapter selanjutnya ya^^
Spoiler khusus, mereka akan pergi ke Salon seperti janji Hermione di cerita I Will Protect You (The Hidden History of Ancient Greek Wizards) chapter 17 Amortentia.
Jangan lupa vote dan komen^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro