Chapter 1 : Gaun Pesta
.
.
.
.
.
Setelah menjemput Hermione dari bandara, Draco segera membawa Hermione masuk ke Hogwarts melalui perapian Ketua Murid.
Begitu keluar dari perapian, Hermione mengamati ruangan rekeasi Ketua Murid dengan takjub sama seperti ia melihat ruangan itu untuk pertama kalinya.
Draco yang berdiri di belakang Hermione mengamati gadis itu dengan lekat-lekat. Ia sangat merindukan gadis cokelat itu walaupun mereka tidak bertemu seminggu lebih, tapi tetap saja rasa rindu Draco tetap muncul. Ia merindukan segala hal tentang gadis itu, tentang galaknya, senyumnya, sikap cengengnya pada sapu terbang, sikap jengkel dan sikap cerobohnya. Ia juga merindukan momen di mana ia bertengkar bersamanya.
"Draco!" Draco tersentak karena sadar dari lamunannya.
Dia melihat ke depan dimana Hermione menatapnya curiga. "Kau kenapa?"
Draco bergeleng. "Aku tak apa-apa," lama mereka terdiam sebelum Draco memanggil Hermione.
"Hermione!"
"Ya? Ada apa Draco?" Draco tidak menjawab, ia justru menggaruk pipinya yang agak memerah mendengar Hermione memanggil namanya seperti itu.
Entah kenapa, suara Hermione yang memanggil namanya terdengar begitu lembut di telinganya. Apa ini karena efek merindu?
'Astaga! Apa ini efek merindu?'
Setelah Draco dapat mengendalikan dirinya. Ia pun mengatakan sesuatu pada Hermione.
"Sebentar lagi Pesta Halloween akan segera dimulai, sebaiknya kau bersiap-siap Hermione. Itu perintah dari professor Mcgonagall." Hermione mengangguk. Ia ingin cepat-cepat pergi ke kamar untuk bersiap-siap membeli pakaian.
'Astaga! Aku lupa kalau ada pesta Holloween setelah aku tiba di sini! Aku harus cepat-cepat bersiap untuk pergi ke Ginny dan memintanya menemaniku membeli gaun!'
"Tunggu Hermione!" Draco menghentikan Hermione yang akan berbalik untuk pergi ke kamarnya.
"Ya?" Hermione tidak jadi berbalik.
"Jangan khawatir soal pakaian," satu alis Hermione terangkat mendengar ucapan Draco yang sepertinya membaca pikirannya.
"Dari mana kau tahu aku sedang khawatir soal pakaian?" selidik Hermione. Ia mendekati Draco satu langkah membuat si empu menjadi panik.
"Itu..aku bisa legiment tanpa tongkat, jadi aku bisa membaca pikiranmu. Maafkan aku lancang Hermione," Draco menjadi panik.
"Ouhhh..tak apa Draco," Hermione mengibaskan tangan kanannya ke depan pertanda untuk melupakan kejadian tadi. Ia lalu tersenyum pada Draco.
Draco pada awalnya terdiam melihat senyum Hermione. Tapi kemudian, ia ingat dengan perintah Ibunya.
"Tunggu sebentar ya," Draco segera berlari menuju kamarnya meninggalkan Hermione yang bingung dengan ucapan pasangan Ketua Muridnya itu.
Selang beberapa menit, Draco datang sembari membawa sebuah kotak besar di kedua tangannya. Hermione sedikit tertarik karena Draco sepertinya akan memberikannya hadiah yang entah apa isinya.
"Apa itu Draco?" tanya Hermione penuh penasaran.
Draco tersenyum sebelum menjawab. "Ini hadiah yang diberikan oleh Ibuku saat aku berkunjung padanya dan mengatakan bahwa akan ada pesta Holloween di Hogwarts. Ia memberikan ini untukmu dan berharap kau akan memakainya di pesta nanti!" jelas Draco sembari menyodorkan kotak besar itu pada Hermione.
Hermione dengan senang hati menerima kotak itu, apalagi kotak itu pemberian Narcissa. Gadis itu menaruh kotak itu di lantai lalu berjongkok untuk membukanya. Draco juga ikut berjongkok di depan Hermione sembari tersenyum.
"Wahhhh!" kagum Hermione ketika melihat isinya. Ia mengeluarkan sebuah gaun berwarna putih yang sangat cantik.
"Ini cantik sekali Draco! Terima kasih Narcissa!" seru Hermione bahagia.
"Kau suka?" tanya Draco.
"Aku sangat suka!" jawab Hermione.
"Syukurlah! Aku akan pergi bersiap di Asrama Slytherin. Kau bisa memanggil teman-temanmu untuk ikut berhias di sini." ucap Draco yang lalu pergi ke kamarnya dan keluar sembari meneteng sebuah kotak yang ukurannya sama seperti punya Hermione tadi.
'Pasti isinya pakaian pestanya yang mungkin diberikan oleh Narcissa.'
"Oh ya Hermione,"
"Aku senang bertemu denganmu," ucapan Draco membuat Hermione terdiam lama.
Setelah Draco pergi. Hermione mengeluarkan tongkatnya dan memanggil patronusnya agar dapat memanggil teman-temannya.
"Expecto Patronum!"
...................
Gelak tawa terdengar dari Asrama Ketua Murid. Di sana terdapat Ketua Murid perempuan dan beberapa temannya yaitu Ginny, Padma, Parvati, Hannah, Susan, dan Luna.
"Kau tahu Hermione? Draco Malfoy tampaknya sangat kehilangan dirimu saat pergi ke Yunani. Dia selalu berdiam diri, tidak tersenyum dan hanya berbicara ketika rapat atau ditunjuk untuk menjawab pertanyaan guru di kelas," jelas Ginny sembari memasang antin di kedua telinganya.
Padma juga menyetujui ucapan Ginny. "Benar apa yang Ginny katakan. Dia sepertinya sangat kehilangan dirimu," goda Padma pada Hermione yang sedang berhias di depan cermin.
"Yang benar saja kalian ini!" jawab Hermione.
Parvati baru saja keluar kamar mandi untuk berganti pakaian
"Tapi, itu benar Hermione!" serunya. Hannah dan Susan mengangguk bersamaan. Sementara Luna hanya diam sembari berhias.
Ia melihat kotak besar yang berisikan gaun cantik berwarna putih, perhiasan dan sepatu yang terbuat dari kaca.
"Wow Hermione! Ini gaunmu?" tebak Luna membuat semua orang menoleh padanya.
Hermione mengangguk tersenyum.
"Ini pasti dari Draco," ucap Luna.
"Wahh romantisnya Draco!" seru Padma.
"Jadi iri deh!" seru Parvati.
"Makanya terima cinta Dean kalau mau di giniin juga sama laki-laki," celetuk Susan yang lalu dijitak oleh Parvati.
"Aww!" ringis Susan.
"Gak nyangka Draco romantis begini dengan patnernya, sedangkan Harry dia gak peka!" seru Ginny.
Hermione berdiri lalu mendekati teman-temannya. "Ini bukan dari Draco, tapi ini dari Narcissa." ucap Hermione sembari mengambil kotak itu dari tangan Luna.
Semua temannya menatapnya bingung. Lalu Luna menyeletuk membuat semuanya terdiam terutama Hermione. "Apa kau yakin itu dari Narcissa?" gadis yang baru saja mengetahui bahwa dia adalah keturunan Godric Gryffindor itu menatap gadis Lovegood bingung.
"Apa maksudmu Luna?" tanyanya.
"Nargel mengatakan bahwa Draco Malfoy telah berbohong padamu. Sepatu dan perhiasan ini memang dari Narcissa, tapi tidak dengan gaun ini karena gaun ini dibelikkan oleh Draco Malfoy. Jadi, Draco Malfoy telah berbohong padamu Hermione!" jelas Luna membuat teman-temannya.
"Luna terlihat jujur? Tapi apa nargel itu benaran ada dan mengatakan hal itu pada Luna?" batin Ginny.
"Apa yang dikatakan Luna?" batin Susan dan Hannah.
"Apa Luna berbohong?" batin Padma dan Parvati.
"Aku ingin percaya pada Luna untuk menghormatinya. Tapi dia mengatakan nargel membuatku tidak bisa percaya, lebih lagi mana mungkin Draco berbohong padaku. Semua ini pasti dari Narcissa yang sangat baik hati, tidak mungkin pemuda pirang itu membelikanku gaun yang terlihat sangat mahal ini. Tapi itu mungkin saja?" batin Hermione bergejolak bimbang.
"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan Hermione," Ginny berusaha mencairkan suasana. Ia berjalan ke belakang Hermione memegang kedua bahu milik temannya itu.
"Aku akan membantumu bersiap Hermione!" serunya.
"Jika tidak percaya padaku, kau bisa bertanya langsung pada Draco Malfoy Hermione. Kurasa ia malu jika berkata jujur bahwa dia yang membelikan gaunmu itu. Kau tahulah gengsi seorang Malfoy." setelah mengatakan itu, Luna menyibukkan dirinya dengan persiapan dirinya untuk pesta. Hermione yang dibantu Ginny bersiap terus memikirkan ucapan Luna.
Ia tahu, gadis seperti Luna akan selalu berkata jujur. Tapi untuk apa Draco berbohong hanya karena malu? Bukankah mereka teman, jadi seharusnya tak usah malu padanya. Justru Hermione akan sangat senang bila pemuda itu berkata jujur padanya bahwa dia yang membelikan gaun cantik itu padanya.
Bersambung
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro