Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

S2 - Chapter 17: Pangeran Dal

Yuhuuu update lagi😍😍😍😍

Yok, vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya❤️❤️❤️

Pembatas baru wkwk😍😍

Kerajaan Cussonia

Cahaya terang menyilaukan mata. Glowena berusaha membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit. Ketika dia berhasil, dia melihat danau yang terhampar luas dengan pemandangan pepohonan tinggi yang asri dan sejuk. Ini dunia Pangeran Ilzksarion. Dia tidak menyangka akan masuk ke dalam dunia lain seperti beberapa komik reinkarnasi yang pernah dia baca.

Di saat dia menikmati keindahan, ada suara dari samping yang cukup jelas. Glowena melihat ke samping, mendengar Medina muntah-muntah. Apakah mungkin ada efek sampingnya datang melalui lingkaran itu? Kemudian, di sisi lainnya Ilham tampak memijat pelipisnya. Di depan sana ada Anzer yang dengan setia menanti mereka.

Tiba-tiba pandangan Glowena kabur. Kepalanya berputar sampai akhirnya tubuh tak kuasa menahan pusing yang melanda. Tubuh Glowena ambruk.

Anzer terkejut. "Nona Glowena!"

👑👑👑

Aroma wangi yang entah dari mana menusuk indera penciuman Glowena. Cahaya hangat mengganggu tidurnya. Glowena membuka kelopak mata, menyadari tubuhnya terbaring di atas tempat tidur. Ruangan kamar yang ditempatinya sangat luas.

Glowena mengubah posisinya menjadi duduk sambil memegangi kepalanya yang masih sakit.

"Bagaimana keadaanmu?" Suara itu memaksa Glowena menoleh ke samping kanan, tepat suaranya berasal.

"Aku baik-baik saja, Il..." Glowena tak melanjutkan setelah menyadari pakaian yang dikenakan bukanlah pakaian yang dipakai Ilham. Kalau boleh menebak, laki-laki yang ada di sampingnya adalah Pangeran Dal.

Detik itu pula Glowena terlonjak kaget. "Pa-Pa-Pangeran Dal?!"

Laki-laki bertubuh tinggi, tegap, dan atletis itu menarik senyum. Lambang keluarga 'Maskeen' bertengger dengan jelas di bagian dada sebelah kiri.

"Ma-ma-maaf aku sudah lancang." Glowena gugup sekaligus senang. Akhirnya dia bisa fangirling ria. Dia dapat menikmati wajah Pangeran Dal secara langsung!

"Tidak apa-apa. Kamu tidak perlu minta maaf." Pangeran Dal berdiri dari tempat duduknya. "Aku sudah mendengar semua cerita Sable. Masih terlalu sulit untuk mempercayai ceritanya, tapi aku akan coba mengerti. Teman-temanmu ada di kamarnya masing-masing. Nanti malam kita bertemu kembali di meja makan. Beristirahatlah." 

Ketika Pangeran Dal hendak melangkah, Glowena menahan dengan suaranya. "Pangeran Dal?"

"Ya?"

"Uhm... di mana Pangeran Ilzksarion?"

"Dia ada di kamar sebelahmu. Ini istana khusus milik kakakku. Kamu boleh menjenguknya sesuka hati."

"Apa dia akan baik-baik saja?"

Glowena merasa bingung. Bahasa dan cara bicaranya sudah seperti para pemeran di komik. Bahasanya baku mirip kamus bahasa Indonesia. Astaga... dia mendadak kalem begini. Tidak cocok.

"Sepertinya begitu. Malam ini aku akan pergi untuk mengambil penawarnya. Dia akan baik-baik saja."

"Terima kasih, Pangeran Dal."

Pangeran Dal tersenyum manis. "Aku yang berterima kasih padamu telah mengembalikan kakakku. Istirahatlah lebih lama. Tubuhmu pasti perlu beradaptasi dengan dunia baru ini."

"Baik, Pangeran. Terima kasih."

Setelah Pangeran Dal pergi, Glowena menarik selimut dan bersembunyi di baliknya. Ternyata tidak di komik, tidak secara langsung, Pangeran Dal memang ramah dan baik hati. Pantas saja banyak penggemarnya. Akan tetapi, dia kepikiran Ilzksarion. Akankah Pangeran Dal berhasil mengambil penawarnya?

Memikirkan segala kemungkinan terburuk membuat Glowena sedih. Dia turun dari tempat tidur, lalu bergerak keluar menuju kamar sebelah yang dikatakan Pangeran Dal.

Dari celah pintu yang terbuka, Glowena melihat Ilzksarion terbaring tak berdaya. Tidak bergerak sama sekali. Di bagian tubuhnya mulai muncul garis-garis hitam. Di samping itu, dia melihat dinding sihir yang melindungi tubuh Ilzksarion berwarna hijau transparan.

Jika boleh menebak, itu adalah sihir dari Pangeran Dal. Di dalam komik ibunya Pangeran Dal mewariskan sihirnya yang mumpuni pada Pangeran Dal. Tidak semua keturunan raja bisa mendapat anugerah seperti itu. Hanya Pangeran saja yang bisa. Seperti halnya Pangeran Ilzksarion yang bisa mendengar suara bisik-bisik orang lain––itu termasuk anugerah yang hanya dimiliki olehnya.

Perlahan Glowena masuk ke dalam kamar Ilzksarion, mendekati ranjangnya yang besar, lalu menggenggam tangan setelah duduk di bibir ranjang.

"Cepat sembuh, Pangeran Ilzksarion. Saya kangen."

Ini pertama kalinya Glowena bisa menyebut nama Ilzksarion tanpa salah. Akan tetapi, panggilan itu diiringi air mata yang mengalir membasahi pipi Glowena sampai turun melewati dagu dan berakhir di punggung tangan Ilzksarion.

Dari celah pintu yang terbuka Pangeran Dal berdiri mengamati ditemani Sable di sampingnya.

👑👑👑

Glowena masih tidak percaya berada di istana khusus Ilzksarion yang berada di sayap kanan––istana Tvinvel. Luasnya tidak bisa dia hitung. Bahkan ruang makannya saja bisa dijadikan lapangan sepak bola.

Meja panjang yang terbuat dari kayu kuat dan diisi tiga puluh kursi merupakan daya tarik ruang makan saat ini. Pelayannya mungkin lebih dari dua puluh, itu bahkan belum terhitung pengawal yang bertugas.

Bicara mengenai pengawal, Ilzksarion tidak punya pengawal khusus seperti Pangeran Dal memiliki Sable. Lebih tepatnya Ilzksarion tidak mempercayai siapapun selain bawahan sang adik. Glowena tahu ceritanya. Itu karena tidak ada yang berani menjadi pengawal khususnya. Hanya sebatas pengawal yang bertugas menjaga istana saja.

Daging disajikan di depan mata. Glowena lupa tahun berapa di negara Cussonia. Karena pakaian mereka sudah sedikit lebih modis. Glowena terkagum-kagum sama Ilham karena telah menciptakan dunia fantasi ini.

Bicara mengenai Ilham, dia melihat mantannya duduk di samping Medina––tepat di depannya. Pakaian yang dikenakan sudah seperti penduduk di sini. Kemudian, Glowena melihat Pangeran Dal yang menduduki kursi utama di ujung kepala meja.

Wajah Pangeran Dal sebelas dua belas dengan Ilham. Hanya saja Pangeran Dal jauh lebih putih ketimbang mantannya. Ilham memang putih, tapi Pangeran Dal dua kali lipatnya. Warna kulitnya seputih warna lobak. Warna iris Ilham hitam, sedangkan Pangeran Dal hijau seperti warna mata ibunya. Selain itu rambut Ilham warna hitam, sedangkan Pangeral Dal berwarna cokelat keemasan. Yang membuat beda lagi adalah lesung pipi. Pangeran Dal memiliki lesung pipi di kedua sisi pipinya. Ya, setidaknya Ilham tahu cara memodifikasi dirinya menjadi indah saat menjadi tokoh 2D.

Ada satu hal yang membuat Glowena lebih senang memanggil Dal saja. Soalnya nama panjang Pangeran Dal adalah Dalzezskyn Rivroit Maskeen. Lebih susah dari nama Ilzksarion bukan? Itulah kenapa orang-orang termasuk dirinya memanggil Dal saja. Setidaknya panggilan Dal lebih mudah diucapkan daripada Ilz. 

"Kamu menyukai dagingnya, Glowena?" tanya Dal.

Glowena mengangguk dengan cepat. "Iya, Pangeran Dal. Rasanya nikmat. Seperti di..." Dia menahan diri mengucapkan dunia-nya.

"Seperti di rumahmu?" tebak Dal.

Glowena mengangguk.

"Syukurlah. Aku ingin membalas kebaikanmu atas kembalinya kakakku. Kamu sangat baik. Teman-temanmu juga," kata Dal sambil tersenyum ramah.

"Anda tidak perlu merasa seperti itu, Pangeran Dal. Kami senang bisa membantu," sela Ilham.

"Tetap saja aku berutang pada kalian." Dal tetap mempertahankan senyumnya. "Malam ini aku akan pergi ke kota Exvlot. Kalian menetaplah di sini sampai aku kembali. Tolong jaga kakakku."

"Baik, Pangeran," sahut Medina dan Ilham bersamaan.

Glowena tidak bisa hanya duduk diam menunggu Dal membawa penawarnya. Dia kepikiran akan sesuatu yang gila.

"Uhm... bolehkah aku ikut, Pangeran Dal?" tanya Glowena tiba-tiba, membuat Ilham dan Medina melotot kaget.

"Kamu ingin ikut?" tanya Dal. "Kurasa itu bukan ide yang tepat. Tinggal di sini adalah pilihan yang paling aman."

"Tapi aku tidak bisa diam di sini. Aku ingin melakukan sesuatu untuk Pangeran Ilzksarion," jawab Glowena mantap. "Aku juga bisa membunuh monster. Aku bisa memukulnya dengan tinjuku!"

Dal tertawa geli.

"A-a-aku serius, Pangeran Dal!" lanjut Glowena.

"Kalau Glowena ikut, maka aku akan ikut," kata Ilham.

Dal mengamati Glowena dan Ilham bergantian. "Lebih baik kalian menetap di sini. Suasana di luar tidak kondusif."

Glowena menghela napas pasrah. Sementara Ilham memperhatikan mantannya yang tampak kesal karena tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu.

👑👑👑

Dal memberi instruksi kepada para kesatria untuk mengikutinya dari belakang. Sable dan Zavruon, kesatria terbaik berkuda di sampingnya. Dal meninggalkan istana sang kakak untuk mengambil penawar racun di kota kegelapan. Kota yang dihuni banyak monster.

Ada satu gerobak kecil yang ditarik dengan kuda menggunakan bantuan cambuk di tangan sang pengontrol. Gerobak itu diisi oleh tumpukan guci serbuk suci yang diperuntukkan dapat membuka jalur kota kegelapan sebelum masuk lebih jauh.

Dal tidak tahu bahwa ada yang menyelinap di balik kain panjang untuk menutupi beberapa guci itu. Iya, Glowena. Diam-diam Glowena bersembunyi di sana karena ingin ikut. Dia bertekad ingin menolong Ilzksarion.

"Duh, pengap juga di dalam sini." Glowena membuka kain yang menutupi dirinya dan guci, lalu mengambil napas dalam dan mengembuskan perlahan. "Akhirnya bisa menghirup udara segar juga," ucapnya pelan.

"Nona Glowena?!" pekik Anzer kaget, yang mana kebetulan berada di barisan belakang gerobak.

Dal segera menoleh mendengar pekikan yang cukup kencang itu. Dengan cepat Dal menyuruh pasukannya berhenti. Glowena pun panik.

"Bagaimana bisa kamu ikut?" Pangeran Dal mendekati Glowena bersama kudanya. Melihat bagaimana bisa berakhir di sana, Dal sepertinya tidak perlu bertanya. "Kamu benar-benar keras kepala sekali, Glowena. Misi ini berbahaya."

"Aku janji tidak akan merepotkanmu, Pangeran Dal."

"Aku akan melindunginya," sela Ilham.

Dal dan Glowena beserta orang-orang di sana terkejut melihat Ilham muncul dari balik kain yang berada di pinggir gerobak.

"Eh? Kok kamu bisa ikutan? Kok aku baru lihat kamu ngumpet di situ?" Glowena terlalu sibuk sama dirinya, berusaha bersembunyi sehingga tidak sadar ada Ilham yang sedari tadi turut ikut bersamanya.

Dal menghela napas dan mengusap pelipisnya. "Baiklah. Jangan sampai kalian terbunuh. Anzer, tolong jaga mereka berdua. Kupercayakan nyawa mereka padamu."

"Baik, Pangeran." Anzer termasuk kesatria yang hebat juga. Dia paling muda di antara semua kesatria yang ada, bahkan lulus secara langsung setelah dites secara pribadi oleh Dal.

"Baiklah. Kita lanjutkan perjalanan ini. Malam ini kita harus menemukan penawarnya sebelum esok. Jangan berhenti sesuai komandoku." Dal kembali pada formasi depan dan melanjutkan perjalanan.

Glowena terkagum-kagum melihat Dal. Kadar kerennya bertambah pesat. "Duh, betah kalau tinggal di sini lama-lama," gumamnya pelan.

Ingat soal tinggal, Glowena melirik Ilham. "Heh! Kamu sok-sok ikutan. Memangnya bisa pegang pedang?"

"Buat apa pegang pedang." Ilham menaikkan buku bergambar sekaligus alat untuk menggambar. "Aku ingin coba apakah bisa membuat gambarnya hidup atau tidak."

"Eh?"

Ilham tersenyum penuh arti. "Nanti kita coba, Glow."

👑👑👑

Jangan lupa kasih vote dan komen kalian😘😘😘🤗

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro