Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 7: Kembaran

Yuhuuuuu update lagi! ^^

Yuk, kalau komennya sudah mencapai 90 bakal aku lanjut lagi besok❤️❤️

Oksigen yang dihirup Glowena semakin menipis setiap detiknya. Berusaha memukul tangan Ilzksarion, tapi gagal. Tenaga laki-laki itu lebih kuat dari biasanya. Kilat tajam dan hawa membunuhnya begitu kuat. Glowena ketakutan. Air matanya sampai menetes membasahi pipi, berharap Ilzksarion melepas cekikannya.

"Jawab! Kamu yang menusuk saya, kan?" Ilzksarion mengulang pertanyaan yang sama.

"Bu-bu-bukan...," ucap Glowena terbata. Bersusah payah dia bersuara dan bicara. Lehernya terasa akan remuk sebentar lagi.

Di sisi lain, Medina baru saja masuk ke dalam apartemen Glowena setelah berhasil membuka pintu karena sudah menghafal kode sandinya. Begitu masuk dia berteriak kencang. "Glow! Glow, lo harus lihat ini!" Namun, tak ada jawaban. Segera dia berlari menuju kamar dan memekik kaget melihat yang terjadi. "Astaga! Pangeran!"

Medina berlari cepat. Ilzksarion tidak menoleh sedikitpun meski dia sudah berteriak. "Mas Varsavi, tolong lepasin. Mas!"

Sekuat tenaga Medina berusaha melepas, tapi yang didapat adalah dorongan dari laki-laki itu hingga dia jatuh. Medina bingung. Dia menjadi kalut karena wajah Glowena terlihat membiru. Cekikan tangan Ilzksarion tampak kuat hingga menunjukkan urat-uratnya. Dia bingung saat Glowena menangis tanpa henti, dan tubuhnya gemetar hebat.

"Pangeran Varsavi! Hentikan!" teriak Medina lagi. Namun, diabaikan. Akhirnya tidak ada cara lain. Dia mengedarkan pandangan mencari barang yang bisa digunakan untuk memukul laki-laki itu.

Ketika hendak melayangkan lampu meja yang dia pilih, tiba-tiba cahaya dari kalung Ilzksarion dan cincin yang dipakai Glowena menampakkan cahaya. Sontak, Medina mengurungkan niatnya ketika Ilzksarion mulai mengendurkan cekikan.

"Glowena?" Ilzksarion langsung menarik tangannya, membuat Glowena jatuh tersungkur terbatuk-batuk.

Medina meletakkan lampu di atas meja kecil ruang kamar Glowena, lalu menghampiri sahabatnya yang menangis dengan tubuh gemetar. "Glow...,"

"Glowena, saya––"

"Mas, tolong keluar dulu. Glowena takut," potong Medina.

Ilzksarion menuruti permintaan Medina, meninggalkan gadis itu bersama Glowena. Perasaannya tiba-tiba tidak tenang. Entah bagaimana cahaya dari kalungnya segera mengingatkannya akan beberapa momen bersama Glowena di sini. Kalung yang dia pakai seolah membantunya.

Di luar tepatnya di ruang tamu, Ilzksarion sudah menunggu kurang lebih dua puluh menit. Dia ingin menghampiri Medina tapi takut diusir. Juga, dia sadar tidak boleh bertemu Glowena dulu. Gadis itu tampak terguncang setelah apa yang dia lakukan secara tiba-tiba.

"Pangeran Varsavi?" panggil Medina setelah keluar dari kamar Glowena dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Ilzksarion. "Glow udah tidur."

"Benar? Saya benar-benar minta maaf. Saya nggak tau kenapa tiba-tiba––"

Medina memotong kalimat Ilzksarion yang belum selesai. "Tenang aja. Saya paham. Kamu begitu karena wajahnya Glowena mirip dengan perempuan yang menusuk kamu terakhir kali."

"Bagaimana kamu tau?"

"Chapter terbaru komik muncul. Ada part khusus yang menceritakan kalau kamu ditusuk perempuan. Entah kenapa mukanya mirip banget sama Glowena. Lihat aja. Bedanya cuma terletak di warna mata, dan rambut. Iris perempuan itu warnanya ungu, dan rambutnya semerah darah."

Medina menunjukkan gambar dari sang komikus kepada Ilzksarion. Dia sengaja datang untuk memberitahu Glowena. Dan ternyata Ilzksarion sudah menuduh Glowena yang menusuknya karena wajah mereka mirip. Medina tidak ingin percaya, tapi wajah karakter perempuan yang digadang-gadang adalah jodoh Ilzksarion itu sangatlah mirip. Seperti duplikat Glowena tapi versi gambar.

"Iya. Dia perempuan yang saya ingat." Ilzksarion mengangguk. Pantas saja dia berbuat kasar, ternyata memang wajah Glowena dan perempuan itu mirip. "Siapa namanya?"

"Rabine Ruudh. Dia penyihir terkenal di negara Evolardo. Perempuan itu menguasai sihir terbaik yang mengalahkan semua penyihir yang ada di tiap negara sekitar Cussonia. Dia yang menusuk Pangeran Varsavi. Tapi..." Medina menggantung kalimatnya, berhasil menimbulkan tanda tanya di kepala Ilzksarion.

"Tapi apa?"

"Di dalam cerita, takdir kehidupan Pangeran Varsavi ada di tangan dia. Kalian akan bertemu lagi nanti. Ya, sepertinya. Soalnya panel terakhir perempuan itu bilang akan bertemu Mas lagi," lanjutnya pelan.

Ilzksarion tidak membalas apa-apa. "Bagaimana dengan Glowena?"

"Mas, Glowena itu ada di dunia ini. Sementara Mas hidup dalam dunia komik. Ini beda. Glowena nggak ada di dalam cerita. Adanya Rabine yang jadi tokoh antagonis di dalam komik," jelas Medina.

Ilzksarion diam. Tiba-tiba hatinya tidak tenang mengkhawatirkan Glowena yang terlelap di dalam kamar. Bukan menudingnya lagi, tapi dia merasa bersalah. Pertama kali dalam hidupnya dia merasa bersalah telah menyakiti seseorang. Perasaannya menjadi kalut.

"Saya akan menginap di sini. Mas Varsavi tidur aja dulu. Besok saya bantu jelasin sama Glowena. Saya juga udah bilang sama asisten komikus untuk meminta komikusnya segera ke sini," kata Medina seolah mengerti raut wajah Ilzksarion yang tidak biasa.

Ilzksarion mengangguk. "Terima kasih, Medina."

👑👑👑

Pagi ini Glowena enggan keluar kamar. Beruntung saja hari ini tanggal merah. Medina yang menginap segera membawakan bubur yang dibuat khusus untuk sahabatnya. Medina memandangi Glowena yang tidak begitu nafsu menyentuh buburnya.

"Glow, leher lo masih sakit?" tanya Medina khawatir.

"Lumayan."

"Gue mau ngasih tau soal chapter baru yang muncul, tapi kayaknya nanti aja deh."

"Kenapa?"

Medina mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan chapter khusus yang baru saja update semalam. Medina menunjukkan bagian terakhir––tepat di mana wajah perempuan yang seperti kembaran Glowena muncul dan menusuk Pangeran Ilzksarion.

"Apa-apaan nih?! Kok mukanya mirip gue begini? Biar dari segi gambar, tapi gue merasa ini muka mirip muka gue," gerutu Glowena kesal. "Ya, seenggaknya versi komik gue keliatan lebih cakep," ralatnya kemudian.

"Tuh, kan. Berarti bukan cuma gue yang merasa muka lo mirip. Kok bisa ya?" Medina bertanya-tanya merasa bingung.

"Wah... komikus sialan! Jangan-jangan dia pakai foto gue yang ada di Google waktu cari referensi muka?" tuduh Glowena.

"Belum tentu. Tapi katanya Mbak Gina, komikusnya udah otw ke sini. Sebentar lagi tiba. Lo mau diam di kamar aja? Lo harus tanya komikusnya biar nggak kayak kemarin. Gue kasihan lihat lo dicekik begitu. Kalau nggak ada gue, mungkin lo udah ke alam baka," kata Medina.

Glowena menghela napas. Mengingat kejadian kemarin membuat rasa takutnya muncul kembali. "Mas Sapi di mana? Gue nggak mau lihat dia."

"Gue suruh dia nunggu di kamar. Tenang aja. Nanti kalau komikusnya datang juga gue suruh samperin ke kamar Mas Sapi."

Glowena ber-oh-ria. Sedetik kemudian dia berkata, "Tapi, Med... kalau chapter terbaru Mas Sapi baru muncul sekarang, kenapa Mas Sapi ada di sini dari seminggu lalu?"

"Ya udah pasti komikusnya bikin seminggu lalu, atau mungkin semakin mundur. Soalnya pasti sebelum update, ada tim yang harus cek typo dan lain-lain entah apa itu."

"Berarti––"

Ting! Tong!

Bunyi bel ditekan berhasil menginterupsi obrolan. Medina bergegas keluar kamar, lalu disusul oleh Glowena di belakangnya. Sementara Medina membuka pintu, maka Glowena berdiri tak jauh dari sahabatnya.

Gina muncul dengan senyum semringah, lalu disusul oleh komikus yang dikatakan menciptakan karakter Pangeran Varsavi.

Tepat setelah komikus itu masuk, pupil mata Glowena melebar sempurna. Bibirnya bergerak dan menyapa spontan. "Ilham? Ilham Indrowo?"

Medina yang kala itu tidak kalah terkejutnya hampir juga menyapa laki-laki itu. Komikus yang menciptakan cerita Pangeran Dal tidak pernah menunjukkan wajah di media sosial manapun. Ada Instagram hanya diisi gambar-gambarnya saja. Namun, ada satu acara meet and greet yang hanya akan dihadiri lima puluh orang––itu juga untuk pertama kalinya dan jadwalnya masih minggu depan.

"Lho, kalian udah saling kenal?" tanya Gina.

Sial! Bagaimana Glowena bisa lupa wajah mantan pacarnya sendiri? Laki-laki berparas rupawan itu memiliki paras semirip Pangeran Dal. Pantas saja dia merasa tidak asing saat membaca komik itu. Rupanya mantan pacarnya yang menciptakan. Kalau saja mantannya itu memakai nama asli, bukan nama samaran, maka dia akan langsung tahu.

Dugaan Glowena soal karakter Rabine yang dibuat mirip dengannya jangan-jangan memang sengaja? Atau, mungkin Ilham masih secinta itu sama dia? Tidak, tidak. Dia terlalu percaya diri memikirkan pertanyaan kedua.

"Saya nggak nyangka kamu yang diceritakan Gina. Sudah lama kita nggak ketemu, Glowena," sapa Ilham dengan senyum ramah andalannya.

👑👑👑

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘😍❤️

Follow IG: anothermissjo

Mas Ilham wujudnya mirip Pangeran Dal lho😏😏😏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro