Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 5: Perasaan

Yuhuuuu pangeran Varsavi update lagi ^^)/

Aku nggak pakai target dulu, tapi ketiklah komen kalian sebanyak2nya ya >_<

-

-

-- BATAS GEMES --

Glowena menyisir rambutnya ke belakang dengan jemarinya. Dia sudah lelah dan sudah saatnya pulang.

"Mas, nanti kalau sampai rumah kita--eh?! Di mana lagi itu manusia?!" Glowena celingak-celinguk mencari Ilzksarion yang menghilang dari radar. Saat dia menoleh ke belakang, Ilzksarion sedang naik eskalator yang seharusnya turun tapi dia malah naik. "Astaga! Itu orang... beneran dari negara antah berantah. Aduh, bikin repot gue aja!" gerutunya sebal.

Glowena bergegas menghampiri Ilzksarion yang tampak berulang kali menaiki eskalator turun, membuat beberapa orang terganggu. Orang-orang menatap aneh. Glowena malu bukan main. Ketika Ilzksarion sudah menginjak lantai, Glowena langsung menariknya menjauh.

"Mas! Itu eskalator turun bukan naik. Kalau mau naik tuh yang eskalatornya naik. Ampun deh!" omel Glowena.

"Boleh kita naik es lagi?"

"Eskalator!" ralat Glowena.

"Iya, itu. Boleh, kan?"

Glowena hendak menolak, tapi Ilzksarion tampak menatap tajam seolah mengancam jika dia tidak menuruti maka dia akan mati di tangannya. Aduh, gue mending pindah ke Antartika aja daripada harus ngurus manusia ini. Batin Glowena.

"Iya. Ya udah," kata Glowena akhirnya.

Ilzksarion hendak melangkah lebih dahulu. Namun, sebelum hal itu terjadi Glowena sudah menggamit tangannya dan melangkah bersama-sama mencoba eskalator. Percobaan yang dilakukan tidak hanya sekali, tetapi sampai naik ke lantai paling atas kemudian turun sampai lantai bawah.

"Glowena?" panggil Ilzksarion.

"Apa?"

"Kita bisa coba lift di sini? Kata kamu setiap tempat punya lift kayak di tempat kamu tinggal."

Glowena menyesal sudah mengatakan setiap mal punya lift sebelumnya. Kalau tahu Ilzksarion mau coba lift mal, dia takkan pernah mengatakan apa pun. "Nggak," tolaknya cepat.

"Kenapa?"

"Lift penuh."

"Boleh lihat dulu? Saya mau lihat liftnya. Apa sama kayak yang kita naikin pas di tempat kamu."

Glowena menarik Ilzksarion lebih cepat menuju pintu keluar mal. "Nggak usah. Liftnya sama aja. Bentuk dan kapasitasnya sama. Lain kali aja kita coba." Dia tidak mau bilang beda soalnya takut laki-laki itu bersikukuh ingin mencoba.

"Kamu nggak mau menuruti saya?"

Glowena menggigit bibir bawahnya gemas. "Nggak. Mau dibunuh juga bodo amat. Liftnya penuh."

Tiba-tiba Ilzksarion melepas tangannya. Glowena berbalik, mendapati Ilzksarion menunjukkan tatapan tajam nan mematikan. Glowena menatap ngeri. Bulu kuduknya berdiri. Pada akhirnya Glowena terpaksa menuruti keinginan pangeran tukang maksa itu.

"Fine! Dasar tukang maksa!"

Glowena menarik tangan Ilzksarion menuju lift mal berada. Berdiri menunggu bersama beberapa pengunjung lainnya membuat Glowena bosan. Lift yang masih berada di lantai empat itu belum terlihat akan turun dalam hitungan menit. Glowena melirik Ilzksarion dari ekor matanya dan seperti biasa laki-laki itu memasang wajah datar.

"Mas, saya tuh males nunggu lift tau. Lama banget!" protes Glowena jengkel. 

Ilzksarion mengabaikan protes Glowena. "Liftnya bisa sampai atas, kan?"

"Tau ah. Males jawab." Glowena ngambek. Bibirnya mengerucut sebal. Baru kali ini dia bersikap kekanakan begini. Tidak, tidak. Pangeran sialan di sampingnya lebih kekanakan!

"Kamu marah?" tanya Ilzksarion begitu menyadari Glowena bersedekap di dada dan tidak mengatakan apa-apa. Glowena mengabaikan. "Saya hanya ingin mencoba apa yang ada di sini. Bisa aja setelah ini saya menghilang."

Niat hati Glowena ingin marah, tapi mendadak lenyap berkat perkataan Ilzksarion. Benar juga. Bisa saja Ilzksarion menghilang tiba-tiba––entah kapan itu. Dan Glowena berdeham sebagai balasan.

Beberapa menit menunggu akhirnya pintu lift terbuka. Glowena menarik Ilzksarion masuk bersama beberapa pengunjung lainnya. Ramainya yang masuk memaksa mereka mundur lebih dalam. Setelah penuh pintu lift tertutup.

Ada rasa tidak nyaman ketika laki-laki di samping Glowena menyenggol bahunya. Menyadari hal itu Ilzksarion segera melingkarkan tangan di pinggang ramping Glowena dan menarik ke arahnya lebih dekat.

Glowena yang terkesiap tidak bisa berbuat apa-apa. Dia merasa aman dalam jangkauan Ilzksarion. "Makasih, Mas," ucapnya berbisik.

"Jangan lupa hadiahnya," balas Ilzksarion berbisik, membuat Glowena spontan menatapnya heran.

"Waktu kita nonton itu, saya lihat perempuannya kasih kecupan sebagai hadiah," jelas Ilzksarion.

Glowena melotot. What?! Jadi manusia komik ini terus-menerus mengikuti beberapa hal dalam drama Korea? Astagaaaaaaa! Sepertinya ada banyak hal yang harus dia jelaskan.

"Pulang dari sini, saya ajarin Mas Sapi buat memahami beberapa hal."  

👑👑👑

Glowena mengembuskan napas perlahan dan meregangkan otot setelah berhasil menyelesaikan satu naskah yang dikerjakan olehnya selama kurang lebih satu minggu. Ada banyak koreksi yang dibutuhkan. Glowena bekerja di penerbitan Sunshine Publishing sebagai editor. Dia menjadi editor untuk buku novel. Tepat sekali dia selesai di jam pulang.

"Glow, kita mau ke kelab nih nanti malam. Ikutan nggak?" ajak Indah.

"Ma––nggak deh," balasnya ragu. Sebenarnya Glowena ingin merelaksasi diri keluar bersama rekan kerja di kantor, tapi dia kepikiran Ilzksarion. Dia meninggalkan laki-laki itu di rumah saja sudah tidak tenang. Takutnya ada barang yang dipecahkan atau dirusak.

"Yah... padahal kalau ada lo kan seru," sambung Ika.

"Ya... mau gimana. Pokoknya malam ini gue skip dulu ya." Glowena menarik senyum.

"Oke deh." Indah dan Ika menyahuti berbarengan.

"Lo udah selesai kan, Glow? Turun ke bawah nggak? Apa mau begadang lagi di kantor kayak minggu lalu?" tanya Indah.

Glowena tertawa. "Nggak lah. Gue kapok gara-gara denger suara perempuan ketawa. Ini mau turun. Bareng ya!"

Sebelum pulang Glowena membereskan barang-barangnya lebih dulu. Setelah itu barulah dia pergi turun bersama dua rekan kerjanya menuju lantai satu––yang mana ruangan mereka terletak di lantai dua ruko. Begitu tiba di bawah, Glowena terbelalak kaget mendapati Ilzksarion ada di dekat pintu keluar.

"Gila! Ganteng banget. Siapa tuh?" tanya Indah dengan nada penuh semangat.

"Ya, Tuhan! Gue rela deh dipeluk gratis asal lakinya kayak gitu. Ampun... modelannya sempurna banget kayak mobil baru," ucap Ika.

Glowena jadi ingin mengembalikan waktu. Tadi dia tidak perlu turun bersama dua sahabatnya kalau tahu Ilzksarion muncul. Tunggu, tunggu. Dia bingung sekarang. Bagaimana bisa Ilzksarion tahu kantornya? Bukannya laki-laki itu buta jalan?

"Eh, samperin yuk. Siapa tau nyasar," kata Ika.

Belum sempat Glowena melarang, Ika sudah menariknya sampai berhenti di depan Ilzksarion. Saat dia melihat adanya indikasi binar-binar genit nan menggoda ala Indah dan Ika, dia mengamati raut wajah datar Ilzksarion.

Dalam hati Glowena berkata, please jangan lihat gue. Minggat aja sana. Asem, asem, asem.

"Saya udah nunggu daritadi. Kenapa lama sekali turunnya?" tegur Ilzksarion sambil menatap Glowena.

Ika dan Indah menoleh bersamaan ke arah Glowena. Sementara yang bersangkutan cuma bisa cengar-cengir dan berharap Ilzksarion segera musnah.

"Saya udah nggak sabar nungguin kamu di apartemen," lanjut Ilzksarion polos tanpa memahami raut wajah teman-teman Glowena.

Glowena menggigit bibir bawahnya. Bola matanya bergerak pelan memastikan tatapan kedua temannya. Aduh, memang Ilzksarion perlu belajar lagi. Sialnya kemarin dia malah ketiduran jadi tidak sempat memberitahu hal-hal apa yang boleh dilakukan dan diucapkan.

"Glow, ini siapa?" tanya Ika.

"Saya calon suaminya," jawab Ilzksarion tanpa pikir panjang.

"Hah?" Ika dan Indah melotot bersama, lalu mereka melirik Glowena yang bersiap kabur.

"Gaes, duluan ya! Bye!" Glowena menarik tangan Ilzksarion dan berlari pergi secepat kilat sebelum dicecar segudang pertanyaan. Dia berlari sejauh-jauhnya sampai akhirnya berhenti di depan ruko yang menjual minuman.

"Gila lo ya! Jangan asal nyebut begitu dong!" protes Glowena sembari mengatur napas yang tersengal-sengal.

"Bukannya benar saya calon suami kamu?"

"Calon suami khayalan!" Glowena menghentak kakinya kesal ke tanah. Ya, Tuhan! Bagaimana besok dia menceritakan semua ini? Besok pasti dia jadi bulan-bulanan di kantor. Terlebih Ika dan Indah ratunya gosip. "Jangan datang lagi ke kantor. Awas lo ya!"

"Saya diajak Medina. Saya juga mau tau tempat kamu bekerja di mana," jawab Ilzksarion, masih datar dan seperti biasa tanpa ekspresi.

"Medina? Mana tuh bocah? Sumpah... gue pecahin kaca mobilnya!"

Ilzksarion menunjuk mobil sedan berwarna hitam yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berada. Dia menghafal nomor plat yang dijelaskan Medina. Katanya kalau tersesat cari saja nomor plat mobil. Dan begitulah Ilzksarion mengingat di mana tepatnya mobil itu terparkir. 

Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Glowena langsung mengampiri Medina yang ada di dalam mobil. Dengan keras Glowena menggebrak kap mobil Medina sampai perempuan itu terlonjak kaget dan spontan membuka kaca. 

"Heh! Perempuan sinting! Bisa penyok kap mobil gue kalo lo gebrak begitu!" omel Medina.

"Lo pikir gue Hulk!" 

"Tenaga lo nggak beda jauh sama Hulk."

Glowena mendekati Medina yang spontan nyengir dan mengacungkan tanda peace ke udara. Dia bertolak pinggang dengan sorot tajam siap menghunus Medina sampai dasar bumi. Dia ingin protes kenapa mengajak manusia komik. 

"Iya, habis ini gue lempar lo ke negaranya Mas Sapi!" balasnya sewot. Sebelum diserobot, dia menambahkan, "Ngapain sih lo ngajak Mas Sapi ke sini?"

"Mas Sapi kelaparan. Lo nggak catat nomor handphone lo, tapi malah catat nomor gue. Dia ngadu kelaparan gara-gara lo nggak masakin makanan. Masa lo ninggalin dia dari pagi sampai ketemu sore nggak ngasih apa-apa. Kejam tau nggak," cerocos Medina. 

"Gue buru-buru tadi." Nada bicara Glowena mulai melembut seiring tatapan yang terarah pada Ilzksarion yang berdiri di sampingnya. "Maaf ya, Mas. Besok saya buatin makanan biar bisa dimakan. Tapi kalau lapar kan bisa pesan makanan."

"Lo udah ngajarin dia cara pesan makanan?"

Glowena nyengir sambil menggeleng. 

"Tuh kan bego!" desis Medina. Kemudian, "Lagi juga Mas Sapi memang mau ikut. Kasih tau dong Mas kenapa mau ikut." 

Sambil menatap perempuan di sampingnya, Ilzksarion menjawab, "Saya kangen sama kamu."

Sial! umpat Glowena dalam hati. Sial karena perutnya seperti dihinggapi kupu-kupu terbang. Dia seolah melayang ke udara. Entah kenapa dia malah senang bukannya sewot. Parahnya lagi Medina tersenyum penuh arti seolah melihat sesuatu di wajahnya.

"Cie... muka lo merah. Cihuy!" ledek Medina usil.

"Apaan sih lo! Ayo, pulang!" 

Glowena buru-buru membuka pintu mobil. Namun, baru akan masuk kepalanya terbentur batas pintu sampai dia mengaduh sakit. "Aduh!" 

"Kamu nggak apa-apa?" Ilzksarion memutar badan Glowena dan menyentuh kepalanya. "Di mana yang sakit?" tanyanya khawatir. 

Glowena tertegun. Ada perasaan yang semakin membuncah di dalam dirinya. Namun, dia buru-buru menepis tangan Ilzksarion. "Nggak apa-apa." Lalu, masuk ke dalam mobil setelahnya. 

Medina yang melihat kejadian itu langsung tertawa keras. Dia menyalakan lagu milik Jaz yang berjudul Dari Mata. Dengan jahilnya dia menyanyikan bait pertama lagunya mengikuti iringan lagu. "Matamu melemahkanku. Saat pertama kali kulihatmu. Dan jujur, ku tak pernah merasa. Ku tak pernah merasa begini..."

Glowena memukul bagian jok belakang Medina dengan keras. "Berisik! Gue pukul ya! Matiin tuh lagu. Mas Sapi sebel dengar suara berisik."

"Hafal banget," ledek Medina semakin menjadi. Begitu Ilzksarion masuk, dia langsung mematikan lagunya. "Mas, katanya Glowena juga kangen."

"Nggak! Ngarang lo!" 

Glowena memalingkan wajah, sebisa mungkin menghindari tatapan Ilzksarion. Meskipun laki-laki itu terlihat datar, tapi entah kenapa berhasil membuatnya salah tingkah. Duh, dia benci perasaan ngaco begini. 

👑👑👑

Jangan lupa kasih vote dan komen kalian<3<3<3

Jangan bosan ya lihat kegemesan Mas Sapi dan Glowena hihi

Follow IG: anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro