Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

스물 셋 - Like a Dream Come True

Seseorang dengan jaket hitam dan celana berwarna khaki itu tampak bersandar di dekat tiang listrik. Gaya pakaiannya kasual, tapi ada satu yang cukup menarik perhatian. Sepatu yang dikenakannya. Warna tali sepatu bagian kanan dan kirinya berbeda. Bukan karena salah pakai, melainkan begitulah gaya yang dipilih olehnya.

Jemarinya sibuk bermain di atas layar datar. Benda itu yang menemaninya sejak 30 menit lalu. Memang betul kalau ia yang memutuskan untuk menghampiri rumah seseorang yang ditunggu-tunggunya saat itu, tapi ia tidak pernah mengira kalau akan memakan waktu seperti ini.

"Kau di mana? Aku menunggumu di luar sejak tadi," tanya Jihoon sembari memegangi ponsel di dekat telinga. "Kalau tau begini, aku masih bisa menghabiskan satu porsi ayam goreng buatan Eomma di rumah."

"Hei, kau yang memutuskan untuk datang ke sini, tapi kau juga yang mengeluh. Sebentar lagi aku akan keluar."

"Cepatlah, aku membuat janji dengannya setengah jam lagi."

Jihoon tidak perlu menunggu balasan orang yang ada di ujung sambungan teleponnya. Kini ia hanya menanti seseorang yang baru berbicara dengannya di telepon.

"Hoon," panggilnya.

Lelaki itu menoleh, tapi ada satu yang mengganjal. Jihoon memperhatikan penampilan Soyeon dari atas hingga bawah. Lantas, ia menahan tawanya dengan menyembunyikan wajah ke arah yang berlawanan.

Soyeon maju beberapa langkah dan berusaha melihat muka Jihoon. "Kau ini kenapa? Aku datang, kau malah tertawa."

"Apa aku perlu membawakan cermin ke hadapanmu?" Sudah, Jihoon sudah tidak bisa menahan tawanya melihat Soyeon.

Gadis itu keluar dengan mengenakan atasan sweater rajut berwarna hijau, sendal dengan hak sekitar 5 cm tingginya, dan ... celana pendek bermotif hello kitty?

Celana itu memang satu setelan dengan piyama yang dikenakannya saat tidur semalam. Kenyataannya, Soyeon lupa memperhatikan pakaiannya karena terburu-buru.

"Kau sebut apa style dengan celana tidur itu?"

Mata Soyeon mengikuti gerakan mata Jihoon, melihat ke bawah. "ASTAGA!" teriaknya.

"Ini karena kau yang menyuruhku cepat keluar. Aduh, memalukan." Gadis itu menunduk dan meletakkan tangan di depam wajahnya supaya Jihoon tidak bisa mengamati wajahnya yang memerah.

Matanya membulat ketika menyadari satu kejanggalan yang ada pada diri Jihoon. "Lalu kau sebut apa juga style dengan tali sepatu berbeda warna?"

Refleks, Jihoon juga ikut melihat ke bawah. "Kau harus tau kalau ini adalah fashion masa kini."

"Kalau begitu ... ini juga fashion," bela Soyeon segera.

"Ya, tidak masalah. Kita bisa berangkat kalau kau mau mempertahankan fashion itu."

"Eh? Ani, ani. Aku akan menggantinya sekarang. Beri aku waktu 15 menit."

Raut wajah Soyeon menunjukkan kepanikan yang justru membuat Jihoon tertawa kecil. Tawa yang biasanya selalu ia sembunyikan dan belum pernah lagi dilihat oleh orang lain, tapi Soyeon mampu membuatnya tertawa dengan hal sesederhana itu.

"Aih, aku baru ini melihatmu tertawa puas, tapi ternyata sama saja. Kau diam atau tertawa itu sama-sama menyebalkan," ucapnya kemudian berbalik badan dan segera masuk ke rumah. Melihatnya, Jihoon hanya bergeleng-geleng.

🍁🍁

"Belok ke kanan dan kita akan sampai," kata Jihoon sembari mengecek kembali alamat yang diberikan.

Soyeon mengangguk dan mengikuti tiap langkah kaki seniornya. Hari ini memang mereka sudah memiliki janji dengan temannya Minhyun yang katanya adalah agen jual-beli rumah. Harusnya, sudah bertemu kemarin, tapi banyak tugas yang menyita waktu Jihoon seharian kemarin. Jadi, baru hari ini sempat.

"Kau tau wajahnya, 'kan?" tanya Jihoon. Ia menatap gadis itu.

Soyeon berdeham. "Itu!" tunjuknya sambil menarik tangan Jihoon supaya ikut berlari menghampiri laki-laki yang sedang duduk di bawah payung berukuran besar.

"Annyeong haseyo," ucap Jihoon dan Soyeon bersamaan, membuat lelaki yang ada di sana menengok.

Lantas, laki-laki itu beranjak kemudian membungkuk. "Kau adiknya Minhyun, bukan?"

"Nde. Ini temanku, Jihoon." Soyeon menepuk bahu Jihoon yang ada di sampingnya.

"Jihoon." Jihoon menyodorkan tangan dan menaikkan salah satu alisnya. "Dan kau?"

Laki-laki itu membalas, "Ah, iya. Namaku Ha Sungwoon, sahabat baik Minhyun."

"Dan kebetulan aku juga membantu pekerjaan ayahku dalam jual-beli rumah. Jadi, rumah seperti apa yang kau cari?"

"Sebenarnya aku mau membangun studio foto. Kurasa aku butuh lokasi yang strategis," jelas Jihoon, sedang Soyeon hanya menyimak pembicaraan mereka.

"Tempat yang strategis, ya? Ah, aku tau satu tempat. Kita bisa ke sana kalau kau mau. Tidak jauh dari sini."

"Iya, aku mau. Bisa kita pergi sekarang?" tanya Jihoon. Ia buru-buru bangun dari tempat duduknya. Dari raut wajahnya, Soyeon tahu kalau Jihoon begitu bersemangat.

Ketiganya pergi dari tempat itu. Hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di depan rumah berwarna putih. Sungwoon mengeluarkan beberapa kunci dari dalam kantongnya kemudian membuka pintu rumah itu.

Tembok yang didominasi dengan warna putih, membuat tiap ruang di dalam rumah tersebut terlihat terang. Masih cenderung kosong, hanya satu buah sofa panjang, meja lemari kecil, dan televisi yang menjadi penghias ruangan.

Jihoon menyusuri tiap sudutnya dan memperhatikan baik-baik. Sepanjang Soyeon mengikutinya dari belakang, ia hanya melihat Jihoon mengangguk berulang kali. Sepertinya tempat itu cocok dengan seleranya.

"Jihoon-ssi, kau bisa lihat berapa banyak orang yang berlalu-lalang di depan sini," ucap Sungwoon sambil mengintip kondisi luar melalui jendela yang belum ditutupi gorden.

"Tempat ini cocok untuk photoshoot. Akan ada lampu studio, softbox di sebelah sini dan---"

Jihoon yang sedang berbicara sendiri akhirnya menoleh setelah mendapat colekan dari gadis yang mengikutinya dari belakang. "Kau sedang diajak bicara," kata Soyeon.

"Ne?"

"Banyak orang yang bolak-balik melewati tempat ini. Kau pasti akan sukses kalau mengambil rumah ini dan mengubahnya jadi foto studio." Sungwoon mengulangi kalimatnya dan tersenyum lebar.

"Sudah pasti aku akan mengambilnya!" Jihoon memutuskan pilihannya dengan tegas. "Kalau perlu, aku akan membayarnya langsung."

Soyeon yang sejak tadi hanya diam dan menyimak itu tertawa. Di matanya, Jihoon seperti seorang anak kecil yang menemukan mainan kesukaannya. Kurang lebih, begitulah semangat yang dikeluarkan oleh Jihoon.

"Kau bersemangat sekali," kata Soyeon sambil tertawa kecil. "Rumah ini tidak akan pergi ke mana-mana. Santai saja."

"Aku hanya tidak sabar untuk menghias tempat ini menjadi studio foto milikku sendiri, dengan konsep yang kupilih sendiri. Bukankah itu menyenangkan?"

"Tentu. Walau bukan aku yang melakukannya, tapi aku bisa ikut merasa senang dari tingkahmu saat ini."

"Kalau begitu, biar aku wujudkan supaya kau bisa segera menyulap tempat ini menjadi seperti yang kau inginkan," sela Sungwoon. "Mari ikut aku, akan kubuatkan kuitansi pembayaranmu."

🍁🍁

Raut wajah Jihoon berkali-kali lipat lebih terlihat bahagia. Kalau biasanya hanya wajah kusut yang ditunjukkannya, ini berbeda. Dan Soyeon lebih suka melihat Jihoon dengan tampang seperti itu.

Soyeon menjilat es krim cokelat miliknya. "Jihoon-ah, terima kasih untuk es krimnya."

"Dan terima kasih kau sudah menemaniku hari ini. Es krim itu ... anggap saja sebagai ucapan terima kasihku."

"Es krim ini benar-benar enak," puji Soyeon sembari terus menikmati makanan itu tanpa henti.

"Hei, kau bisa tersedak kalau makan cepat seperti itu. Dan juga ... aigoo, kau seperti anak kecil. Makan begini saja belepotan. Diamlah."

Refleks, Soyeon ikut mengelap area sekitar mulutnya mengikuti gerakan tangan Jihoon sebelumnya. Lelaki itu baru saja membersihkan sisa es krim yang menempel di dekat bibirnya. Hanya itu saja, tapi Soyeon sudah salah tingkah dibuatnya.

"Eh, ada toko di sana," tunjuk gadis itu tiba-tiba yang mengalihkan pandangan Jihoon. "Tolong tunggu di sini sebentar, aku mau beli minum."

"Tidak mau kutemani? Kita bisa pergi ke sana sekalian. Searah kok."

"Andwae. Kau tunggu saja di sini. Tidak perlu mengikutiku. Oke?"

"Hmm, baiklah kalau begitu maumu. Jangan membuatku lama menunggu," pinta Jihoon kemudian melanjutkan makan es krim yang masih ada di tangannya.

Mengisi waktu luang selama menunggu Soyeon, Jihoon hanya memainkan sebuah permainan klasik di ponselnya. Gadis itu hanya mencari sebotol minuman, tapi sudah hampir setengah jam belum juga ke luar dari toko yang berada di seberang jalan.

"Park Jihoon," panggil seseorang yang sudah berdiri di depan Jihoon sambil menanti lelaki itu mengangkat kepalanya.

To be continued

🍒🍒

Jihoon sudah update lagi menemani kalian. Eh, tapi nggak hanya Jihoon karena seluruh member Wanna One datang untuk menyapa.

Yap, hari ini tepat hari comeback (terakhir) mereka. Pertama lihat video dan dengar lagunya, ingin menangis :')

Ini ini video yang bikin para Wannable berlinang air mata....

Selamat untuk comeback kalian! Tapi di sisi lain juga ada rasa tidak rela and you know why :')

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro