마흔일곱 - If You're Happy, So Do I
⚠ Play the song on the multimedia ⚠
Gadis dengan tinggi 164 cm berjalan sambil berulang kali memperhatikan ponsel di tangannya. Sesuatu sedang memenuhi pikirannya. Hal itu terlihat jelas dari mimik wajah yang ditampilkannya.
Usai menyaksikan sendiri apa yang Jihoon lakukan kepada Soyeon kemarin, Hana merasa ingin mundur dari perjalanan cintanya menggapai kembali laki-laki itu. Apa yang ingin ia katakan hari ini juga sudah dipikirkannya berhari-hari.
"Menunggu beberapa lama lagi pun juga percuma. Jadi, lebih baik aku bicarakan sekarang saja," ujar Hana. Senyumnya mengembang ketika melihat gedung berwarna putih di seberang jalan sana.
Langkahnya mendekat, tapi Hana seketika berhenti ketika melihat ruangan itu dipenuhi dengan banyak orang. Sedang ramai, ya? Mungkin Jihoon sibuk. Aku akan bicara dengannya nanti.
Hana mengubah arah langkahnya. Sedikit menjauh dari studio foto tersebut dan mencari tempat yang sekiranya cocok untuk mereka saling bicara. Tempat yang tidak begitu ramai, tidak banyak orang berlalu-lalang sehingga Hana benar-benar bisa menyampaikan apa yang dirasakannya tanpa ada gangguan.
Ia berhenti di sebuah gang yang dekat dengan studio. Lantas, gadis itu mengirimkan pesan kepada seseorang yang memang sejak tadi ingin ditemuinya. Hana pikir kalau laki-laki itu tidak akan membalasnya dalam waktu dekat karena sibuk mengurus beberapa pengunjung yang datang. Namun, dugaannya salah. Lelaki itu mengirim balasan pesannya dan dapat dipastikan bahwa dirinya akan datang ke tempat yang sudah Hana sebutkan dalam waktu dekat.
Kepala Hana menunduk. Ia mengatur ritme napasnya supaya jangan terlihat gugup untuk berbicara di depan Jihoon. Meski sudah berulang kali berkomunikasi dengan laki-laki itu, tapi untuk hal sensitif seperti ini, Hana akui dia sering tidak mampu mengontrol perasaannya.
Gadis itu bersandar di tembok pinggir sebuah toko. Ia memainkan ujung bajunya asal hanya untuk mengisi waktu luang sembari menenangkan diri. Jangan ditunda lagi, Hana.
"Kau mau bicara denganku?"
Suara seseorang yang sangat dikenal oleh Hana berhasil membuatnya menoleh. Ia menegakkan tubuhnya kemudian berjalan mendekati sumber suara. Kepalanya mengangguk.
"Kenapa tidak ke studioku saja?" tanyanya lagi.
"Sengaja," balas Hana ketika sudah berada di hadapan Jihoon. "Aku ingin bicara ... hanya berdua denganmu."
"Eoh? Apa ada hal serius yang mau kau bicarakan?"
Laki-laki itu menatap mata Hana dengan intens. Sudah menjadi kebiasaannya kala sedang serius, Jihoon pasti akan melihat netra lawan bicaranya dengan dalam.
"Aku mau kembali ke Tokyo," ucap Hana yang berhasil membuat Jihoon terkejut.
Seharusnya Jihoon tidak perlu merasa kaget. Jelas-jelas ia tahu kalau Hana masih ada urusan di Tokyo. Gadis itu masih harus menamatkan perkuliahannya di sana. Bukan hal yang tidak mungkin jika Jihoon harus jauh lagi dari Hana untuk beberapa waktu.
"Hari ini? Kenapa cepat sekali? Apa rasa rindumu dengan Seoul sudah terobati dalam waktu secepat ini?"
Belum. Tepatnya rasa rinduku denganmu. "Park Jihoon, kau tau kalau aku tidak bisa lama-lama di Seoul. Aku hanya liburan sesaat."
Hana melukiskan segaris senyum di wajahnya. "Dan bukan hari ini, masih minggu depan."
"Daniel bilang dia juga akan pulang seminggu lagi. Kau sudah berjanjian dengannya?"
Gadis itu menggeleng. "Dia memang bilang padaku kalau ingin pulang ke Tokyo, tapi aku tidak bilang kalau aku mengikuti jadwal pulangnya."
Raut wajah Jihoon berubah. Kedua alisnya menurun dan bibirnya dikerucutkan. Laki-laki itu seperti tidak rela melepas Hana pergi ke Tokyo kembali. Jihoon sadar kalau selama bertahun-tahun ia selalu menanti momen pertemuannya dengan Hana, tapi ketika ia sudah mendapatkannya ternyata hal itu hanya disia-siakan. Jihoon terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan juga ... perhatiannya terhadap Soyeon.
Jihoon bukan lelaki yang tidak tegas dalam menentukan siapa pemilik hatinya saat ini. Soyeon dan Hana? Sudah jelas pilihannya sekarang jatuh pada Soyeon. Namun, ia juga sudah kenal Hana sejak lama. Jika tidak sebagai sepasang kekasih, mereka masih bisa memiliki hubungan baik sebagai sahabat, bukan?
Saat ini, Jihoon merasa kecewa sebagai sosok sahabat yang tidak dapat menikmati waktu bersama Hana ketika di Seoul. Berdua saja. Tepatnya juga karena ia disibukkan dengan beberapa masalah yang terus berdatangan.
"Aku belum banyak menghabiskan waktu bersamamu, Hana. Kau datang ke sini untuk bisa bertemu denganku, tapi aku malah tidak ada untukmu."
Sontak Hana tertawa. Salah satu tangannya memegang bahu Jihoon, sementara ia terus tertawa sambil menunduk. Yang ia lakukan hanyalah tergelak dengan suara yang cukup besar. Sesungguhnya Hana melakukan itu untuk menutupi rasa kecewa dan sedihnya yang bercampur menjadi satu. Sejak awal Hana datang, gadis itu mengerti kalau sikap Jihoon kepadanya sudah berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu.
Usai puas berpura-pura tertawa, Hana sedikit menyeka air mata di ujung kelopak matanya. Jujur saja, Hana merasa sedih, tapi ia menutupi itu semua. Sementara, Jihoon justru terlihat bingung melihat reaksi Hana mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Kau itu kenapa? Kaku sekali denganku," ujar Hana sambil terkekeh. "Santai saja. Kita masih bisa bertemu lagi nanti, 'kan? Kalau aku kembali ke Seoul, aku pasti akan memberitahumu."
"Iya, kau benar, tapi setelah ini kau pasti akan jarang kembali ke sini dan fokus dengan kuliahmu saja, 'kan?"
"Siapa yang mengatakan itu? Aku akan sering-sering pulang ke sini selagi aku bisa."
Beberapa detik kemudian, senyum Jihoon terulas jelas di wajahnya. "Bagus kalau begitu, tapi aku mau kita menikmati Seoul dulu sebelum kau pulang. Bagaimana?"
Hana terdiam sesaat. Gadis itu tidak menyangka kalau Jihoon bahkan akan berpikiran untuk menghabiskan satu minggu terakhir Hana di Seoul dengan bersamanya. Hati Hana bersorak kegirangan, tapi di satu sisi gadis itu juga sadar akan sosok Soyeon di hidup Jihoon.
"Apa tidak apa-apa?" tanyanya.
Jihoon memiringkan kepalanya. "Tidak apa-apa bagaimana?"
"Maksudku tentang kau dan gadis yang kemarin juga ada di studiomu, Soyeon. Kalian berpacaran, bukan?"
Laki-laki yang diajaknya bicara itu tertawa. Dari raut wajahnya saja bisa terlihat kalau ia begitu bersemangat jika seseorang bertanya dengan statusnya bersama Soyeon. Matanya membulat dan ia bahkan tidak berhenti tersenyum.
"Bagaimana kau tau? Apa itu terlalu jelas terlihat?" tanya Jihoon dan sekali lagi Hana harus berpura-pura di depan Jihoon. Kali ini gadis itu mengangkat kedua sudut bibirnya meski rasanya sulit.
"Hanya menduga saja, tapi kurasa dugaanku itu benar."
Laki-laki bermarga Park itu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, kau benar. Masih baru-baru ini, kok."
Hana sudah tahu kenyataannya, tapi hatinya pedih mengetahui kebenaran itu didengar dari seseorang yang ia sukai. Gadis itu sadar diri bahwa sudah seharusnya melupakan masa-masa bersama Jihoon. Apa cinta masih harus dipertahankan jika seseorang yang dijaga hatinya telah berpaling? Satu-satunya cara ampuh untuk melupakan itu adalah dengan kembali membuka ruang hati untuk orang lain. Menyadari bahwa di luar sana masih ada seseorang yang dengan tulus dan setia menunggu, seberapa lama pun itu.
"Selamat, Park Jihoon, kau dan Soyeon memang terlihat cocok." Hana mengangkat kedua ibu jarinya. "Kau sudah bisa berpaling rupanya dariku?"
Gadis itu menyandarkan lengannya di bahu Jihoon. Pertanyaan yang baru saja dilontarkan itu sebenarnya hanya basa-basi dan menggoda Jihoon supaya suasananya tidak terlalu canggung. Sementara, yang dilakukan oleh laki-laki itu hanya mengusap tengkuk belakangnya dan samar-samar mengangguk.
"Kalau begitu aku juga harus berpaling, ya?" Hana tertawa canggung.
Jihoon hanya memperhatikan wajah gadis di sebelahnya. Tidak benar-benar sebahagia tawanya, ya? Ternyata, dia cukup peka. "Kau tidak apa-apa, Hana?"
"Sebenarnya inti dari pertemuan kita hari ini adalah aku mau bilang kalau aku akan melanjutkan perjodohanku dengan Daniel, begitu pun dengan pertunangannya."
Usai melontarkan kalimat itu, Hana bernapas dengan lega. Namun, bagaimana pendapat Jihoon, ia masih bertanya-tanya karena laki-laki itu hanya diam dan sepertinya juga terkejut. Beberapa detik kemudian, barulah Jihoon menunjukkan senyum.
Kedua tangannya diletakkan di atas pundak Hana, memegangnya dengan erat. "Aku hargai pilihanmu dan aku yakin Daniel akan menjagamu bahkan lebih dari menjaga dirinya sendiri."
"Kemarin saat aku bicara dengan Daniel, aku bisa melihat kalau dia benar-benar menyayangimu. Bahkan setelah bertahun-tahun tidak bisa mendapatkanmu pun Daniel masih sama saja. Tetap mencintaimu," lanjut Jihoon.
Hana ikut menggenggam tangan Jihoon yang masih berada di pundaknya. Gadis itu menatap netra cokelat milik Jihoon. "Mungkin kemarin-kemarin aku hanya egois dan memikirkan perasaanku sendiri yang masih terjebak di masa lalu kita tanpa sadar apa yang Daniel rasakan. Sekarang aku mengerti ... kalau satu cinta pergi, bukan artinya aku harus menutup ruang hati ini rapat-rapat."
"Kau pernah dengar pernyataan yang mengatakan kalau kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga? Sepertinya aku bisa merasakan itu sekarang. Aku bahagia jika kau akan berakhir dengan Soyeon."
Jihoon menyambut genggaman tangan Hana. Laki-laki itu menurunkan genggaman tangannya. "Dan aku yakin kau juga akan bahagia dengan Daniel."
Cepat atau lambat, hati akan mencari kepada siapa seharusnya ia berlabuh untuk terakhir kali. Bahkan dengan orang yang sama sekali tidak pernah terbesit di dalam pikiran. Sama seperti Jihoon dan Hana yang kelak akan menemukan kebahagiaannya masing-masing, bukan berdua.
"Tapi kau tidak akan menjauh dariku, 'kan? Maksudku ... kau tidak akan pergi meski aku bukan lagi kekasihmu?"
Laki-laki itu menyodorkan tangannya dan bergeleng. "Kita masih bisa tetap bersahabat, bukan?"
Hana menerima jabatan tangan Jihoon kemudian tersenyum dan mengangguk.
"Jadi, bagaimana tawaranku?" Jihoon menaikkan salah satu alisnya. "Kau mau pergi berdua denganku dan ... aku juga mau ikut mengantarmu ke bandara nanti."
"Kalau Soyeon tau apa dia tidak akan marah?"
"Aniyo ... dia bukan perempuan seperti itu. Aku akan bicara dengannya dan dia pasti mengerti. Tenang saja!"
"Begitu?" Senyum diwajah Hana melebar. "Baiklah."
Gimana chapter ini?
Can you feel it? Ditambah lagu luar biasa Jisung yang diproduksi Daehwi 😭
Tim Jihoon-Hana? Anyone?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro