Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

마흔여덟 - Well, This is My New Life

Suara pemberitahuan tentang keberangkatan pesawat berkali-kali terdengar di hall bandara. Orang-orang banyak berkeliaran dengan membawa koper-koper miliknya. Namun, ada juga yang terduduk manis sambil membaca majalah atau sekadar memainkan ponsel.

Seminggu sudah berlalu. Dua insan sedang berjalan sambil mendorong troli koper di depannya. Gadis berambut pendek sebahu sibuk mengecek tulisan di ponselnya dengan papan pemberitahuan. Menyesuaikan kembali jadwal keberangkatan pesawat dengan tujuan Tokyo.

"Tiga jam lagi pesawatku berangkat. Aku harus check in dulu, ya, ke sana," ujar Hana. Ia menunjuk ke arah meja check in yang berada tidak jauh dengannya.

"Ayo!" ajak Jihoon yang sejak tadi tidak melepas genggaman tangannya di troli. Lelaki itu dengan setia menemani dan membantu Hana sejak berangkat dari rumah sampai sekarang di bandara.

Pemeriksaan data pengumpang itu tidak memakan banyak waktu karena juga tidak ada banyak orang mengantre. Sesudahnya, Hana dan Jihoon menepi. Laki-laki dengan pakaian kasual yang didominasi warna cokelat itu mengeluarkan sebuah benda dari dalam kantongnya. Sesungguhnya itu bukan benda yang menarik, menurut Jihoon, tapi ia pikir itu akan selalu membuatnya semangat selama di Tokyo untuk mengejar mimpinya.

Gadis itu menerima pemberian Jihoon. Hanya sebuah foto berukuran sedang yang menampilkan dua orang yang saling berangkulan dan tertawa. Dari wajah dan gayanya, terlihat kalau potret itu sudah diambil sejak bertahun-tahun lalu. Itu Jihoon dan Hana ketika masih SMA. Ia ingat kala itu hari pertama mereka berkenalan dan memutuskan untuk menjadi teman.

"Foto pertama kita sebagai teman. Jika suatu saat hubungan kita menjauh dan memburuk, ingat selalu siapa aku sebenarnya untukmu. Tidak pernah ada kata mantan untuk seorang teman. Jadi, kau jangan ragu untuk kembali dan memperbaiki hubungan kita."

Hana tersenyum dan menghela napasnya ketika kalimat-kalimat itu masih setia berputaran di dalam pikirannya. Jihoon benar, sekarang aku kembali kepadanya sebagai seorang teman. "Ini untukku?"

Laki-laki yang diajaknya bicara itu menyandarkan lengan di troli koper dan memajukan tubuhnya. Ia mengangguk. "Kau belum lihat seluruhnya. Coba lihat sisi belakang foto itu."

Seperti apa yang diperintahkan oleh Jihoon, Hana membalik foto tersebut. Sisi belakangnya bukan menunjukkan foto lagi, melainkan tulisan. Ia yakin itu adalah tulisan tangan Jihoon, Hana dapat mengenalinya. Kalimatnya singkat, tapi mampu membuat gadis itu tersenyum bahagia.

Hwaiting, Kim Hana! Aku tunggu karya hebatmu! Ingat foto ini, ingat kau masih selalu punya aku.

Mengenal seorang Park Jihoon bukan suatu kesalahan bagi Hana meski belakangan ini hatinya terus tersakiti. Namun, laki-laki itu jauh lebih berharga ketimbang status kekasih yang selalu ingin ia dapatkan kembali dari Jihoon. Benar kata Jihoon, hubungan seorang teman akan terus ada sepanjang waktu dan itu membuat Hana merasa lega.

"Dulu, waktu aku berpisah denganmu untuk pertama kali, mungkin terasa berat, tapi sekarang tidak. Hana, aku mau kau sukses meraih mimpimu. Aku masih menunggumu, desainer favoritku, untuk keberhasilan studio foto kita berdua. Impian yang dulu pernah kita angankan."

Jihoon menunjukkan senyum lebarnya. Namun, senyum itu justru membuat Hana terharu. Gadis itu tanpa sadar menitikkan air mata dan memeluk Jihoon.

Tidak perlu mengucap banyak kata, laki-laki itu membalas pelukan Hana. Mengusap punggung gadis itu dengan lembut. Sementara, Hana meletakkan dagu di pundak Jihoon. Setiap apa yang Jihoon lakukan, tidak mungkin kalau orang itu tidak merasa nyaman di dekat laki-laki bermarga Park tersebut.

"Di Tokyo, kalau Daniel berani macam-macam denganmu, kau jangan lupa hubungi aku. Biar kumarahi dia."

Hana terkekeh, tapi suaranya jelas terdengar bercampur dengan sisa tangisnya. Jihoon melepaskan pelukan Hana segera.

"Hapus air matamu," katanya.

Gadis itu menuruti tiap kata yang diperintahkan oleh Jihoon. "Ji-ya, gomawo."

"Bukan masalah." Laki-laki itu memperhatikan jam yang tertempel di dinding. "Sebaiknya kau segera siap-siap masuk."

"Ah, iya juga, tapi Daniel memintaku untuk menunggunya di sini."

Akhirnya Hana juga bilang kepada Daniel kalau gadis itu sengaja mengikuti jadwal kembalinya ke Tokyo. Ia pikir, sudah tidak ada lagi yang dilakukannya di Seoul sekaligus dapat mempersiapkan diri untuk kuliahnya lagi.

Arah pandangannya menyapu seluruh area di bandara dan terhenti ketika melihat seorang pria dengan bahu lebar berjalan ke arahnya sembari melambaikan tangan. Dengan membawa satu koper dan satu waist bag yang diletakkan di depan dadanya, Daniel kini sudah berada di hadapan Hana dan Jihoon.

Tidak banyak yang mereka bicarakan, mengingat Daniel dan Hana harus segera menunggu di gate keberangkatan mereka. Keduanya segera menghilang dari pandangan Jihoon dan laki-laki itu dapat tersenyum lepas.

Ia sudah membuka lembaran baru bagi hati dan hidupnya. Jihoon yang dingin karena masalah di masa lalu sudah hilang, digantikan dengan Jihoon yang kembali ceria. Satu penyebab keceriaan di dalam hidupnya adalah seseorang yang baru saja mengirimkan pesan kepadanya.

Laki-laki berambut cokelat itu berjalan ke luar dari hall bandara sembari tersenyum mengamati wallpaper ponselnya sebelum membuka pesan masuk. Potret yang tergambarkan di layar tersebut adalah Jihoon dan Soyeon sedang ber-selfie. Jihoon dengan gaya khasnya, mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. Sementara, Soyeon memonyongkan bibirnya. Mereka terlihat cocok berdua.

Senyumnya semakin melebar ketika melihat sosok gadis setinggi 162 cm dengan rambut terkuncir dua sedang berdiri dan bersandar di dekat pintu masuk. Jihoon langsung menghampirinya dan merangkul Soyeon.

"Kenapa kau datang ke sini?" tanya Jihoon. Sebelumnya, Jihoon memang sudah berjanji dengan Soyeon akan mengajaknya jalan-jalan---juga bersama Woojin dan Jisung---setelah menemani Hana.

Gadis yang diajaknya bicara itu menengok ke arah dalam hall kemudian beralih melihat Jihoon. "Hana sudah berangkat?"

Pertanyaannya ditanggapi dengan anggukan Jihoon. "Aku sudah bilang kau tunggu saja di rumah, biar aku yang menjemputmu. Kenapa harus ikut menghampiriku di sini?"

"Aku ingin ikut berpamitan dengan Hana, tapi ternyata aku terlambat, ya? Ya sudah kalau begitu, kita berangkat ke Lotte World dari sini saja karena aku sudah terlanjur ada di sini."

Soyeon selalu senang datang kembali ke tempat-tempat penuh kenangan dan Lotte World masuk ke dalam daftarnya. Tempat pertama kali Jihoon pergi bersamanya. Tempat pertama kali masalahnya dengan Seongwoo muncul. Tempat pertama kali Jihoon membelanya di depan Seongwoo. Memori manis dan pahit dirinya ada di sana.

"Oke, kaja!"

"Woojin dan Jisung hyung juga sudah ada di sini. Mereka yang mengantarku tadi, tapi mereka hanya menunggu di tempat parkir," lanjut Soyeon.

"Kalian jadi menjemputku begini?" Jihoon terkekeh. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang dan jangan buat mereka menunggu lama."

Laki-laki itu maju beberapa langkah di depan Soyeon dan memutar tubuhnya. Satu lengan Jihoon diletakkan menempel punggung, sedang telapak tangan yang satunya ia tengadahkan di depan Soyeon tanpa mengucap satu kata pun. Gadis itu sengaja mengabaikan Jihoon dan hanya menahan tawa dengan menutup mulutnya.

Hal itu tentu membuat Jihoon mengernyitkan dahi dan memanyunkan bibirnya. Lantas, ia melipat tangan di dada dan mendengkus kesal.

"Jihoon-ah, waeyo?" tanya Soyeon meledeknya. Gadis itu memainkan jari telunjuknya di bawah dagu Jihoon kemudian tersenyum lebar. Tidak lama, ia melingkarkan kedua tangannya di lengan Jihoon dan menyandarkan tubuhnya di sana.

Laki-laki itu luluh dan tidak lagi berpura-pura marah ketika Soyeon sudah bersikap manja seperti itu kepadanya. Jihoon mengangkat lengannya dari pelukan tangan Soyeon kemudian beralih memeluknya. Ia membelai rambut Soyeon lembut dan mencium keningnya.

"Kau curang jika seperti itu di depanku," protes Jihoon sembari tertawa kecil. "Sudah, mari kita nikmati liburan hari ini!"

Soyeon, Woojin, dan Jisung hyung. Kebahagiaan itu bisa didapat dengan cara sederhana, seperti memiliki mereka yang selalu ada di hidupku.

Perpisahannya Jihoon-Hana kenapa sweet gitu sih? 😭😭😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro