Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 9 - [Daftar OSIS?]

Langkah Iby terhenti di depan kelas, dia melihat ada tiga orang dengan almamater biru kebesaran sekolah berdiri di depan kelasnya.

Dia yang lagi-lagi ditugaskan untuk menjemput buku ke perpustakaan menjadi heran. Ada satu organisasi lagi yang harus dibentuk kepengurusannya, dan ya. Baru saja kemaren selesai pelantikan MPK, dan mereka yang di dalam sana.

Iby sudah menduganya. Di dalam sana ada pengurus MPK yang bersedia dengan beberapa lembaran pendaftaran di tangannya.

Dengan pelan, Iby masuk, berusaha menghindari tatapan langsung dari ketua organisasi tinggi sekolah itu. Bahkan, kedudukan MPK bisa dibilang di atas OSIS, dan tentu saja jabatan Galih di sini adalah pengawas dari OSIS itu sendiri sekaligus yang mengadakan seleksinya.

"Baik, maaf menganggu waktunya semua. Kami dari pengurus MPK, mengumumkan pembukaan pendaftaran pengurus OSIS baru yang akan dilakukan seleksi." Laki-laki itu menarik napasnya perlahan, sementara siswa lainnya menatap bagaimana Galih berbicara di depan sana dan menjelaskan semuanya.

"Sekian, ada pertanyaan?" tutupnya.

Tidak ada yang merespon, karena sepertinya memang tidak ada pertanyaan yang meragukan dari mereka semua.

"Baik, jika ti--"

Tiba-tiba saja Iby mengangkat tangannya. "Izin bertanya, Kak. Kapan seleksi dan apa aja persyaratannya?" tanyanya.

Galih terkilihat memberikan tatapan tajam pada Iby. Dia kemudian mengalihkan pandangan dan mengembuskan napasnya. "Sudah dijelaskan pada brosur yang kami buat, tidak usah bertanya yang tidak perlu."

Mulut Iby bungkam. Dia segera membuka brosur yang diberikan padanya, dan membaca persyaratan lengkap ada di sana. Malu tentu saja. Dia sendiri bertanya karena hanya ingin berbicara dengan orang dingin itu.

"Baik, jika tidak ada pertanyaan kami tutup. Bagi yang berminat untuk mendaftar, silahkan angkat tangannya dan kami akan memberikan format pendaftarannya."

Beberapa dari mereka mengangkat tangan, di antaranya Iby dan Nayla. Mata Iby sudah memberikan kode pada Septi agar dia juga ikut mendaftar, tapi dia menggeleng yakin. Sepertinya memang tidak berminat masuk organisasi elit itu.

Kertas sudah dibagikan dan Iby juga ikut mengambilnya agar tidak ketinggalan. Rasa bahagia dan deg-degan mulai menyelimuti hatinya. Dia akan masuk di OSIS dan akan satu organisasi lagi dengan Theo.

Sesi itu disudahi, dan ketiga kakak kelasnya sudah keluar dari dalam kelas. Pembelajaran dilanjutkan dengan beberapa murid yang fokus mengisi formulir. Begitu bersemangat sepertinya. Karena memang OSIS menjadi incaran banyak orang untuk diikuti.

Tanpa terasa, jam istirahat untuk hari itu datang. Iby dan Nayla lebih memilih di dalam kelas untuk mengisi formulir yang tadinya mereka dapatkan.

"Kalian yakin mau ikutan?" tanya Septi yang tiba-tiba saja duduk di sebelah Iby.

Gadis itu hanya menganggu, begitu pun dengan Nayla. Mereka terlihat begitu bersemangat untuk ini.

"Lo sendiri kenapa gak ikutan?" tanya Nayla menatap Septi penuh selidik.

Septi hanya mengangkat bahunya. "Kebanyakan isi OSIS itu anak-anak yang carmuk," ketusnya.

Tak suka dengan perkataan itu, Nayla malah mengembuskan napasnya. "Maaf, gak semuanya. Gue masuk ke sini biar dapat S.K dan jadi murid aktif. Gak semuanya cari muka, Septi," tegasnya.

"Ya maaf."

Perbincangan mereka hanya disimak oleh Iby. Jujur, dia sendiri tidak tahu apa motivasi dia ikut OSIS dan ... kenyataannya dia ikut karena mengatahui jika Theo lah yang nantinya akan memimpin organisasi itu.

"Woi! Superhirooooooo!" Satu panggilan membuat Iby menoleh ke arah pintu.

Iby memutar bola matanya malas. "Apaan?" tanyanya.

Laki-laki berambut ikal yang tadinya memanggil Iby mendekat. "Gue tahu kenapa lo juga ambil buat daftar OSIS, padahal di SMP lo sama sekali gak daftar organisasi!" serunya lantang.

"Kenapa?"

"Karena gue juga daftar!"

Ucapan itu benar-benar percaya diri. Hal itu membuat Nayla dan Septi tertawa.

"Udah deh, Bayu. Jangan ganggu," ketus Iby malas.

Bayu malah semakin mendekati Iby. Dia menopangkan kedua sikunya ke atas meja Iby dan menatap wajah gadis itu dengan seksama.

Iby yang memang sudah terlalu sering diperlakukan seperti itu malah semakin ilfil. Bayu memang menyatakan kalau dia mengagumi kekuatan super Iby, dan itu malah membuatnya jatuh hati.

Kelakuan kocak Bayu berhenti saat seseorang mengintip dari depan pintu.

"Permisi, ada Iby dan Septi?" tanya suara itu.

Iby yang tahu itu suara siapa, dia langsung saja berdiri dengan cepat dari kursinya. "Iby di sini, Kak! Kenapa?"

"Aku udah izinin kamu sama Septi. Sesuai jadwal, hari ini kita sosialisasi setelah jam istirahat. Ayo!" ajak Theo.

Tentu saja hal itu membuat Iby dan Septi bersorak kegirangan. Kegiatan mereka mendapatkan izin dari sekolah, dan keluar di saat jam pelajaran berlangsung. Itu artinya mereka tidak ikut belajar, sama aja seperti jam kosong, bukan?

"Asikk!" seru Iby tak tahan.

Dia segera mengemasi barang-barangnya. Buku-buku, tas, pensil dan yang lainnya. Sekarang, dia sudah siap dengan tas yang disandang dan berdiri di depan pintu. Septi masih membereskan barangnya, kemudian menyusul Iby yang ada di depan pintu.

"Dadah, Bayu ... jangan kangen!" seru Iby seolah-olah dia ingin membuat Bayu dan Nayla cemburu dengan kepergiannya.

Kedua orang itu hanya menatap Iby malas. Begitu bahagianya mereka bisa terhindar dari jam pelajaran PKN yang membosankan.

Di sisi lain, Iby dan Septi menyusul Theo di belakang. Beberapa anggota juga sudah terkumpul untuk melaksanakan sosialisasi. Dan saat semuanya sudah lengkap, mereka berangkat.

-oOo-

Iby boncengan dengan Theo. Ah, dia bisa sekali mengambil kesempatan dalam kesempitan. Jelas-jelas ada kakak kelas yang naik motor sendirian dan dia malah memilih bersama Theo.

Mereka sampai, setelah pembagian tim tadi Iby san Septi terpisah. Septi ke SMP lain dan Iby di sini, bersama Theo dan ... Galih.

"Kenapa dia di sini juga?" batin Iby begitu kesal.

Kekesalan terlihat begitu jelas di wajah Iby. Dia sama sekali tidak menyukai wajah sok dingin yang ada pada Galih. Apalagi, sikapnya yang kasar dan mengerikan.

"Iby, kamu gak apa-apa?" tanya Theo tiba-tiba yang melihat Iby termenung.

Iby menggeleng cepat. "Aman, Kak."

"Oke. Semuanya, di sini Galih ikut kita. Padahal seharusnya enggak karena katanya dia juga sibuk buat pendaftaran OSIS. Tapi, karena Tanti gak hadir sebagai ketua PIK-R kita, dia gantiin."

"Kenapa gak Kakak aja?" ceplos Iby.

Galih mendengar itu dan menatap Iby dengan cepat. Seperti biasa, pandangan dingin darinya membuat Iby ngeri sendiri.

"Aku jadi bagian pembukaan materi di sini, Iby," jawab Theo terkekeh pelan.

Tujuh orang yang ada di sana hanya mengangguk. Berusaha dan berjuang untuk kegiatan yang akan mereka lakukan.

"Dasar iblis!" batin Iby karena menyadari tatapan tajam itu ditujukan padanya.

-oOo-

Oke, apa-apaan. Membosankan sekali. :")
Ehm, kalau mau baca sampe akhir, mangga. Terima kasih buat yang udah baca! ^^ Love u all. Wkwkwkw

Apalagi yang vote. :>

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro