Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 13 - [Hasil Seleksi]

Motor Galih berhenti di depan rumah Iby. Dengan cepat ia turun dan membantu Iby membukakan helm yang ia kenakan.

"Aku sendiri aja yang buka, Kak," tolak Iby saat menyadari Galih berusaha membantunya.

"Jangan sok kuat."

Perkataan ketus itu hanya membuat Iby terdiam dan membiarkan Galih membantunya. Laki-laki itu juga memapahnya sampai di depan pintu.

Tak berpikir lama, ia mengetuk pintu beberapa kali sembari berusaha terus menahan Iby yang sebenarnya sudah tak apa-apa.

Aneh di pikiran Iby. Pasalnya, saat si sekolah tadi Galih hanya membantunya sedikit untuk berjalan ke parkiran. Sementara sekarang, Galih malah bersikap lebih perhatian dan membantunya, padahal Iby tidak terlaku memerlukan bantuan itu.

"Iby, kenapa?" tanya Nana saat melihat anaknya yang pucat dan Galih yang memapahnya. "Ayo masuk dulu," suruhnya.

Galih berjalan ke dalam, masih memapah Iby dan berusaha tersenyum tipis pada Nana. "Iby tadi sempat pingsan sebentar, Tante, karena kelelahan," jelasnya singkat.

Iby yang melihat kelakuan sok manis itu hanya bisa mendengus kesal. Dia memutar bola matanya malas. "Penjilat," batinnya.

Gadis itu duduk di sofa ruang tamu, setelah itu Galih berpindah tempat dan duduk di sofa satu lagi. Sementara Nana sudah duduk di sebelah anaknya dan memeluknya.

"Kamu gak apa-apa, 'kan?" tanya Nana.

Iby menggeleng. "Aman kok, Ma. Gak sakit apa-apa malah," ketus Iby malas.

Nana mendengar kata yang keluar dari mulut Iby hanya bisa diam. Dia tak mau memarahi Iby dengan perkataannya yang seolah-olah bangga dengan penyakit yang ia alami.

"Makasih Nak Galih sudah mau bantu Iby, ya," ucap Nana tulus.

"Gak usah makasih juga, Ma. Iby juga gak kenapa-napa, kok. Ketua MPK itu aja yang lebih-lebihi," ujar Iby dengan nada ketus.

Dia berdiri dan melangkah ke kamarnya, meninggalkan Nana dengan wajah malu dan juga Galih yang tetap memasang wajah datarnya.

Melihat wajah Nana yang penuh rasa bersalah, Galih berucap, "Gak apa-apa, Tan. Galih mau balik ke sekolah dulu, soalnya seleksi masih berlanjut."

Nana hanya bisa mengangguk pelan. "Oke, hati-hati, ya."

Galih berdiri, kemudian keluar rumah dan berpamitan. Dia seperti biasa menancap gasnya dengan cepat, karena waktu seleksi sudah termakan waktu. Apalagi karena kejadian pingsannya Iby, itu akan membuat rumor buruk beredar ke mana-mana.

-oOo-

Wajah Iby langsung berubah bahagia saat melihat satu panggilan masuk di layar handphone-nya.

Ia tersenyum sendiri menatap sebuah nama dengan emot hati berwarna biru di sana. Dengan cepat, Iby mengangkatnya, memperbaiki penampilan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

Padahal, itu hanya sebuah panggilan suara. Tapi, entah kenapa gadis itu malah memperbaiki wajah dan penampilannya juga.

"Hallo?" sapaan Iby setengah gugup.

"Iby, kamu kenapa? Tadi aku lihat kamu pingsan di lapangan. Sekarang udah baik-baik aja?" tanya sebuah suara yang membuat hati Iby berdetak semakin cepat.

"Iya, Kak, aku baik-baik aja ... kenapa?" Gadis itu benar-benar gelagapan sekarang.

"Tadi, rencananya aku mau bantu kamu, tapi udah keduluan sama Galih. Sekarang, aku cuman nanyain, kok. Syukurlah kalau kamu baik-baik aja, soalnya tadi beberapa calon OSIS sempat heboh juga buat nanyain kamu doang," kekeh Theo di akhir kalimatnya.

"Aduh ... jadi gak enak, Kak. Makasih lho, Kak, udah nanyain aku ... soalnya Nayla aja yang di sana gak nelpon aku, hehehe ...."

"Iya, makasih kembali. Cepat sembuh, ya. Kalau kamu udah sembuh dan baikan, mau aku ajak makan, gak?" tawar Theo yang semakin membuat jantung gadis itu berdegup kencang.

Iby mengangguk dan melompat-lompat di atas kasur. Ia mengepalkan tangannya dan menarik ke arah bawah. Berulang seperti itu, sampai kembali terdengar suara Theo yang berusaha memastikan.

"Gimana?"

"Enggak, Kak. Ehh, maksudnya gak nolak gitu! Aku udah sembuh juga, kok, tadi cuman pusing aja," kilah Iby.

Wajahnya terlihat memerah sekarang. Apalagi saat mendengar tawa Theo setelah ia mengatakan kalimat akhirnya. Ah, Iby merasakan dia terbang ke angkasa kemudian menembus planet-planet dan keluar dari galaxi Bima Sakti. Sebuah perasaan yang benar-benar sulit untuk dia jelaskan.

"Oke, berhubung besok Minggu, kamu bisa?" tanyanya.

Iby sedikit menimbang. Melihat kondisinya sekarang, dia akan susah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Apalagi, setelah mengetahui dia pingsan tempo hari.

Pengaduan dari Galih benar-benar membuatnya kesal dan semakin terkekang.

"Iya, Kak. Bisa."

Akhirnya, jawaban itulah yang keluar dari mulut Iby setelah dia menimbang beberapa saat. Dan memutuskan untuk menerima ajakan dari Theo. Tidak terlalu buruk, karena dia akan jalan dengan seorang kakak kelas yang dia sukai.

Perhatian Iby teralihkan setelah dia mendengar sebuah suara pesan masuk dari HP-nya.

"Ehm, udah dulu ya, Kak. Malam," tutup Iby masih dengan wajah yang bersemu.

Telpon dimatikan, dan sekarang Iby fokus menatap layar HP-nya. Dia menerima sebuah pesan dari Nayla.

Nayla
By, lo coba liat di akun Instagram MPK/OSIS, deh. Di sana udah ada nama-nama yang lolos seleksi OSIS kemaren.

Setelah membaca pesan itu, tanpa pikir panjang Iby langsung membuka Instagramnya. Dia segera menjadi nama Instagram dan melihat postingan terakhir di sana.

Ada empat slide dalam satu postingan, dan di sana terlihat jelas jikalau itu adalah nama-nama mereka yang lolos masuk OSIS tahun ini.

Dalam laman pertama, Iby tak menemukan namanya. Dia melanjutkan menggeser ke laman berikutnya. Dia sangat berharap dari 60 orang yang mendaftar, akan terpilih 34 orang untuk OSIS. Dia ingin menjadi salah satu dari mereka. 

Iby tersenyum, saat melihat nama Nayla di bagian laman kedua. Namun, dia sama sekali tak melihat ada namanya di sana.

Tak putus asa, Iby melanjutkan. Akan tetapi, tetap sama saja. Nama Iby tak ada sama sekali di sana, tak satu pun. Dia hanya melihat nama Nayla, dan Theo. Itu tentu saja membuat mata Iby berair dia sedikit kecewa.

"Aaaa ...." Teriakan Iby begitu keras.

Sampai-sampai dia tak menyadari jika tetangga sebelahnya mendengar itu. Ya, Galih memperhatikannya dari balik jendela, lagi. Dia melihat reaksi kecewa dan mendengar teriakan itu.

-oOo-

Tbc ʕ´• ᴥ•̥'ʔ
Moga masih pada baca :v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro