Takdir
"Aaaaaahhh...."
Gadis itu tak merasakan sakit, tapi ia merasa seperti sedang melayang.
'Apa aku sudah di surga?' Pikirnya. Ia membuka kedua matanya, dan situlah.. ia melihat Raizel telah menolongnya.
"Ka-Kau..."
Raizel tersenyum. Gadis itu tak tahu harus berbuat apa, tapi ia sadar, ia tak mengenal pria itu.
"Turunkan aku.. ku mohon. Turunkan aku..." pintanya.
Raizel pun akhirnya menurunkannya. Di sebuah taman yang sepi, dan gelap yang mulai menyelimuti langit malam.
"Okee.. biar kuperjelas. Aku tak tahu, siapa kau. Aku tak pernah bertemu, atau bahkan mendengar namamu"
"Cadis Etrama Di Raizel"
"Ehh..?"
"Itu namaku. Kau tidak ingat?"
"Ah.. Aku.. maaf. Begini, agar semuanya jelas. Aku Miho, Miho Nilvalent. Aku murid SMA Daishi."
"Dan boleh, kupanggil kau Raizel?" Lanjutnya bertanya.
"Memang itu yang biasa kau panggil aku.."
Miho nampak bingung.
"Hm.. aku belum pernah bertemu denganmu, karena aku pun baru tinggal disini"
Raizel berjalan mendekat.
"Kita memang tidak tinggal disini, dulu.."
Ia terus mendekat. Miho yang bingung dan merasa takut, berjalan mundur.
"Du-dulu? Apa maksudmu?"
"Ratusan tahun yang lalu. Kita memang tidak disini"
"Ra-Ratusan? Umurku bahkan baru saja 18 tahun.." Miho bertambah takut, dengan kata Ratusan itu.
"Kau melupakanku? Aku sudah menunggumu kembali selama ini.."
duk..
Miho tak dapat mundur lagi, karena ia menabrak sebuah pohon. Raizel sudah sangat dekat dengannya.
Miho menutup kedua matanya, dan berharap pria yang dihadapannya, tak akan berbuat apapun.
"Tuaaaannn...!!"
Muncul suara teriakan. Miho membuka matanya, ia terkejut. Muncul sekumpulan pria dan seorang wanita. Mereka tampak asing. Bahkan ia sangat terkejut, melihat rambut Seira dan Regis.
"Tuan. Apa kau baik baik saja?" Tanya Frankenstein.
Raizel mengangguk. Lalu melihat ke arah Miho. Miho tersentak.
"A-Aku permisi" ia menunduk, lalu berlari.
Raizel memandangi punggung Miho hingga ia benar benar menghilang.
"Ada apa dengan wanita itu, Tuan?"
"Tidak ada.. aku lelah, dan ingin pulang.." Raizel berjalan ke arah kanan.
"T-Tuan.. arah pulang ke sana" ucap Frankenstein.
Raizel berbalik, lalu menuju arah yang di tunjuk.
★★★★
Tap..Tap..Tap..
Miho berjalan sendiri, melewati malam.
"Ratusan? Apa maksudnya?"
Miho menendang kaleng didepannya. Namun, ia tak tahu kalau kaleng itu akan mengenai seorang pria bertubuh besar.
Klank..
"SIALAN!! SIAPA YANG MENENDANG HAH?!!"
"Ma-Maafkan aku.."
"Ohh.. jadi kau nona cantik. Hm.. kau cantik juga ya.." pria itu menarik lengan Miho. Tapi Miho mencoba melepaskan diri.
"Lepaskan aku!!"
"Ikutlah denganku, Nona cantik. Hmm.. kau murid SMA Daishi itu ya. Pantas kau sangat cantik, disana memang wanita cantik semua ternyata.."
Miho terus mencoba melepaskan lengannya, namun pria itu tak mau melepaskannya. Hingga akhirnya, Miho tak dapat menahan amarahnya lagi, dan dia mengeluarkan pisau lipat dari balik jasnya.
Miho membesetkan pisau itu di lengan si pria.
"Akkhhh.. anak sialan!!"
pria itu menyerangnya.
Miho menghindar, dan tak ada satupun pukulan pria itu yang mengenainya.
Hingga pria itu terjatuh, dan Miho menginjaknya.
"Upsss.. maaf. Tapi inilah cara kami untuk membalaskan perbuatan orang lain"
Miho lalu pergi, meninggalkan pria itu.
★★★★
Tek..
Frankenstein meletakkan teh didepan Tuannya. Raizel memandang teh tersebut.
☆☆Flashback☆☆
Tek..
"Nah..ini teh buatanku. Aku membuatnya, dari campuran bunga mawar dan beberapa bahan lainnya. Kau suka teh bukan?"
Raizel memandang teh itu.
"Apa ini bisa diminum?" Tanya Raizel.
"Emm.. Ya tentu! Minumlah, Raizel.."
Raizel meminum teh itu. tak lama, ia meletakan gelas itu kembali.
"Bagaimana?"
"Ini enak. Terima kasih.."
Wanita itu tersenyum. Ia senang, Raizel menyukai teh buatannya.
☆☆Flashback End☆☆
Raizel mulai meneguk teh itu.
'ku harap, kau akan kembali. Dan membuatkan teh itu untukku lagi..' pikirnya.
"Tuan.. jika anda merasa kurang sehat, sebaiknya anda tidur"
Raizel meletakan tehnya di atas meja.
"Aku baik baik saja. Terima Kasih,Frankenstein"
Raizel bangun, lalu meninggalkan mereka semua.
"Tuan Raizel.." Frankenstein merasa cemas.
"Jangan khawatir boss, kami akan mencari tahu. Apa yang membuat Tuan Raizel begitu!" ucap Tao.
Frankenstein menoleh.
"Itu pasti. Kalau tidak, kalian tak akan dapat gaji kalian.."
Brrr...
Tao berjalan mundur, lalu langsung fokus dengan laptopnya.
Entah apa yang ia ketik.
★★★★
Wusshh..
Angin bertiup..
Membelai rambut indah, Cadis Etrama Di Raizel. Ia menikmati angin malam tersebut, sambil menutup kedua matanya. Mengingat ingat, wajah seseorang yang sangat ia rindukan.
"Hei.. Kau masih saja suka sendiri ya?"
Peettss..
Seketika Raizel membuka kedua matanya. Ia merasakan orang itu berada disisinya. Raizel memasukan lengannya kedalam saku celananya, mencari sesuatu disana.
Dikeluarkanlah cin cin. Sebuah cin cin, dengan batu ruby berwarna merah menempel disana.
Didalam cincin, terukir sebuah tulisan 'I Love You'. Raizel terus memandangi cincin itu, dengan tatapan sedih menghiasi wajahnya. Ia menggenggam erat cincin itu, dengan kedua tanganya.
Dan berharap, "Ia" akan segera kembali..
Bersambung
ya.. karena kisah baru. Jadi masih bisa buat lanjutannya. Kalau dah lama, masih mikir lanjutinya..
Untuk gambar.. masih dalam proses, dan mungkin akan dikirim ketika tepat pada ceritanya..
Sorry ya, Rai ga bisa bls comment. Krna sinyal. Pdahal Rai udah coba berkali kali..
Oke, Thanks buat vote, comment and follow!
Have a nice day..
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro