Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35

Aku tidak cocok dengan acara kumpul bersama para pria. Alasan pertama, mereka terlalu memuja penampilan Elaine. Kedua, wajahku rasa-rasanya akan bolong karena tatapan tajam Russell di sepanjang acara minum teh. Ketiga, setan gragas dalam badanku yang meronta ingin melahap pie daging ayam super lezat, agak pedas, dan berlemak. Sayangnya, harga diriku terus-menerus menggetok kesadaranku untuk makan sedikit demi menjaga citra Elaine sang perempuan impian. Alasan lainnya bisa aku daftarkan hingga seratus, namun yang paling terakhir dan menggelitik ialah keinginanku menemui Erin.

Anak itu tidak menyambutku saat aku kembali ke kamar. Pelayan yang membantuku berganti pakaian mengatakan Erin pergi untuk membeli benang. Itu adalah kode yang aku ajarkan pada Erin. Pergi membeli benang berarti dia sedang melancarkan aksi yang aku pinta.

Ini sangat luar biasa.

Kini aku tahu rasanya menjadi penjahat. Calon penjahat, maksudku. Secara harfiah, aku belum melakukan kejahatan. Aku gembira sekali membayangkan kejahatan pertama Elaine.

"Er, My Lady, apakah ada sesuatu yang salah?"

"Ya?" Tawaku usai. Aku berbalik pada pelayan yang menyisir rambutku. Badannya menggigil dan wajahnya diliputi kegelisahan. Aku mengernyit. Apa tawaku begitu mengerikan? pikirku.

"Saya mohon maaf, My Lady." Pelayan perempuan itu menunduk ketakutan.

Ajegile!

Wajah ala Putri Salju Elaine malah membuat orang lain ketakutan.

"Pergilah. Aku ingin sendirian. Jika tamu His Lordship berpamitan, katakan aku sedang beristirahat. Beri penekanan bahwa aku kurang sehat. Sampaikan maafku karena tidak bisa mengantar mereka," perintahku.

Pelayan itu masih memasang wajah ketakutan, tetapi cukup cerdas untuk bergegas meninggalkan kamar. Tersisa aku seorang diri memandangi cermin sembari bertanya-tanya apa yang salah dengan tawaku hingga pelayan tadi ketakutan. Ini adalah wajah paling cantik, kemayu, dan polos yang pernah aku lihat.

Mana mungkin wajah Barbie (tanpa Kumala) ini terlihat seperti Annabelle? Hohohohoho...

"Astaga! Nyonya!"

Aku berhenti tertawa dan menoleh. Erinku yang manis telah kembali. Aku menyambutnya suka cita. Tanganku terentang menawarkan pelukan kepada pelayan setiaku yang baru kembali dari misi 'Elaine The Villain'.

Erin menolak pelukanku terang-terangan. Dia menahan lenganku. "Apakah Anda masih tertawa seperti itu?"

"Tertawa? Yang mana?" Aku menurunkan tanganku. Pertanyaan Erin membuatku bingung.

"Yang barusan."

"Apa yang salah dengan tawaku?"

"Anda tertawa seperti ini." Erin mendekatkan dagunya ke leher sampai muncul lipatan gemuk di antara dagu dan leher. Matanya berputar ke atas. Kemudian dia tersenyum luar biasa lebar dari telinga ke telinga sebelum tertawa dengan suara khekhekhe.

Ebucet!

Aku tertawa seperti itu?

"Saat Anda tertawa, saya bisa melihat aura jahat di sekeliling Anda," tambahnya.

Aku memegangi pipi. Sukar dipercaya bahwa tawaku akan mengingatkanku pada Ursula si penyihir gemoy yang jadi penjahat di Little Mermaid. Aku pikir, sekalinya cantik bakal tetap cantik. Mau tersenggol orang, jatuh ke kubangan, ditendang keledai, bahkan baru bangun tidur, cewek cantik itu akan se-la-lu cantik. Ternyata aku salah.

"Saya sangat terkejut saat kembali dan mendengar beberapa pelayan membicarakan Anda yang tertawa dengan mengerikan. Saya sampai menghardik mereka. Apa Anda tahu siapa yang menyebarkan berita ini? Biar saya memarahinya."

Aku tahu. Pasti pelayan muda yang membantuku berpakaian tadi. Namun pelayan itu masih muda dan di zaman ini tidak ada ponsel beserta tik otok yang bisa membuatku mendadak viral sebagai bos kesurupan. Jadi, aku enggan memperpanjang masalah ini. "Biarkan saja. Aku akan menjaga perilaku," aku memutuskan.

Erin mengerutkan alisnya. Dia jelas-jelas belum puas.

Aku mendesah dan menambahkan, "Dengan lebih baik sehingga tidak ada lagi berita serupa." Yah, semoga saja.

Melihat kepuasan membingkai wajah Erin, aku segera menariknya duduk. "Bagaimana penyelidikanmu?" tanyaku tanpa berbasa-basi. Aku beralih ke kursi di seberang Erin, lalu menumpang dagu pada tangan yang bersiku di meja. Posisi duduk yang nyaman sangat penting ketika mendengar cerita baik, nilaiku.

"Sangat sulit. Baik sais maupun footman His Grace sangat menjaga informasi pribadi tuannya."

Aku kecewa. Memangnya siapa yang tak kecewa jika rencana tahap pertama sudah gagal?

"Tapi saya berhasil menemukan cara lain," lanjut Erin.

"Benarkah? Apa itu?" Aku kembali bersemangat.

###

14/01/2023

Pengen bilang otw tamat ya, gaes. Terus sadar, lah konflik aja belom gimana bisa tamat 😫

Jangan heran kalo ada bab yang ga publish. Aku ga up bab sebelumnya. Ntu aja sih. Oke.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro