Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30

Follow IG missbebeklucu dan siapkan diri kamu sama info yang akan aku bagikan di sana.

Happy reading happy happy day

Aku mengambil cermin kecil di dekat bejana.

"AAAAAAAAAAKH!"

"Ada apa, Istriku?" Russell panik.

Aku tersenyum padanya. "Aku hanya terkejut melihat wanita cantik di situ." Aku menunjuk cermin yang memantulkan wajah Elaine.

Russell tersenyum kaku. "Ya, kau sangat cantik," katanya.

Tuhan baik sekali pada Elaine. Wanita ini bahkan tetap kece badai setelah dihajar bolak-balik di atas ranjang. Beberapa bekas kemerahan di leher tidak mengurangi kecantikannya.

Aku membersihkan wajah segera, lalu menyusul Russell ke meja. Dia menarik satu kursi untukku.

Gentleman banget, Bang. Hati Hayati jadi meleleh.

Russell mendekatkan nampan ke hadapanku. Dia sendiri duduk di kursi sebelah kiri. Aku tersipu melihat betapa perhatiannya Russell.

"Makanlah makan malammu dengan tenang," ucapnya.

Makan malam?

Aku menoleh ke jendela. Waktu sungguh bergulir cepat. Rasanya baru tadi aku memakan sarapan dan sekarang aku sudah disajikan makan malam.

"Berapa lama aku tertidur?" tanyaku.

"Cukup lama. Kau melewatkan makan siang dan hidangan sore. Kau pasti kelelahan." Russell mengelus pipiku lembut.

"Bagaimana mungkin aku tidak kelelahan setelah diajak bergulat dengan seekor banteng. Apakah perlu aku menyebut nama banteng itu?" Mataku mengerling usil.

Russell memicingkan mata sembari tersenyum. "Banteng yang menyebalkan, sepertinya."

"Oh, sangat menyebalkan. Banteng itu membuat leherku merah-merah seperti ini."

"Banteng itu pasti cerdas. Dia menandaimu miliknya."

"Dia juga jago menyeruduk. Di bagian bawah." Aku menunjuk ke pahaku sembari mengernyitkan hidung dengan serius.

Russell meringis. "Banteng yang berbahaya," gumamnya.

"Sangat amat berbahaya," aku mempertegas.

"Kau bisa dibuat hamil oleh banteng itu. Berhati-hatilah." Russell tersenyum misterius yang entah bagaimana malah membuatku kegirangan. Fantasiku sebagai wanita yang baru lepas segel lantas mengelana ke ranjang.

Otak tercemar, hardik bidadari dalam hatiku, berhenti memikirkan kenikmatan malam pertama. Namun setan jomloku membalas, kenikmatan itu sayang kalau aku lewatkan hanya sekali sementara peluangnya terbuka di depan mata.

Jangan menghasut, tegur bidadari.

Kau yang harus berhenti merecoki, omel si setan.

Perbuatanmu bisa membuat orang jatuh dalam kubangan dosa.

Memangnya mendengarkanmu bisa membuat orang pergi ke surga?

"Aku yang memutuskan," gumamku saking geramnya mendengar pertengkaran mereka.

"Memutuskan?" Russell memandangku keheranan.

Aku menggeleng supaya setan dan bidadari dalam diriku berhenti bertengkar. "Bukan apa-apa. Aku ingin mencicip sup ini. Lezat sekali aromanya." Aku mengalihkan pembicaraan.

"Makanlah, Sayang. Aku akan meminta pelayan menyiapkan air untukmu mandi. Malam ini, datanglah ke kamarku."

Aku tersedak sup. Kemudian melotot ke Russell. "Malam ini? Kamarmu? Ap-apakah... kita..." Jangan bilang dia masih ingin melakukan hubungan suami istri lagi.

"Wajahmu!" Russell menunjuk wajahku. "Kau pasti memikirkan yang macam-macam."

"Ap-apa? Tentu saja, bukan. Kau yang berpikiran yang macam-macam," tukasku kelabakan.

"Mengaku saja, My Lady. Kau menginginkanku di dalammu." Russell memajukan badannya dan memandangku dengan kilat nakal.

Ada keinginan mengiyakan dalam diri. Di sisi lain, harga diriku lebih kuat untuk menolak. "Jangan menggunakan aku sebagai alasan, My Lord. Katakan saja bahwa kau yang menikmati kebersamaan kita di ranjang."

"Kau benar."

Aku melongo mendapati Russell dengan mudah menyetujui balasanku. Apakah pria menjadi kurang waras setelah kebutuhan fisiknya terpuaskan?

"Aku ingin mengenalmu lebih jauh karena itu aku mengundangmu ke kamarku. Kuharap kau tidak keberatan," katanya. Kali ini suaranya melembut dan tatapannya hangat.

Perubahan sikapnya terlalu mendadak. Sebagai orang yang pernah membaca cerita ini dan kini berkecimpung di dalamnya, harus aku akui perubahan sikap Russell sungguh menyenangkan. Dia membuka dirinya untuk Elaine yang sepenuh hati mencintainya. Mana mungkin kesempatan sebaik ini aku lewatkan.

"Aku akan merasa terhormat menerima undangan Anda, Your Lordship."

Russell menggenggam tangan kiriku. Dia mengangkatnya ke bibir, lalu mengecupnya lama. Darahku berdesir menerima perlakuannya. Pipiku memanas dan bibirnya menerbitkan senyuman.

"Aku yang beruntung, My Lady," katanya. Dia mendekatkan wajah dan menekan bibirnya padaku.

Sebuah kecupan ringan tidak cukup membungkus suasana merah jambu di antara kami. Tanganku mengalung ke tengkuknya dan bibirku membuka. Russell melahap kesempatan itu segera. Kami berbagi hasrat menjelajah pasangan. Keintiman inilah yang raga dan jiwaku inginkan.

Sekali lagi, aku memenangkan keinginan membekap Russell dalam pelukan.

###

17/01/2021

Ingat, nabung ya nabung 😎

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro