3
Erin sangat bersemangat dan nyaris meledak saat kereta kuda kami berhenti di depan toko penjahit paling mahsyur di seluruh Mayfair. Dia bahkan melompat turun dari kereta hingga membuat Jack si Bintik Merah melompat kaget. Jack yang malang. Dia pasti tak menyangka pelayan pribadi Marchioness adalah seekor monyet liar sekalipun telah menerima pengajaran bagaimana menjadi pelayan pribadi bangsawan seumur hidupnya.
Tentu kita tidak bisa mengharapkan seseorang kehilangan jati dirinya setelah menjabat suatu posisi.
Jack memegang tanganku dan membantuku turun dari kereta. Dia telah menunaikan tugasnya dengan mengantar kami tiba di tujuan. Aku memintanya beristirahat selama menunggu kami berbelanja.
"Saya akan memarkir kereta kuda di dekat air mancur, My Lady," kata Jack.
"Baiklah," sahutku tenang. Yang mana aku menutupi fakta bahwa aku tidak paham air mancur mana yang dia maksud. Aku baru dua puluh hari menjalani hidup sebagai Elaine dan buta mengenai banyak hal di dalam dunia novel ini.
"My Lady, asisten Miss Torrent mengatakan akan menemui Anda dalam lima menit." Erin memberi tahuku setelah aku masuk dan duduk di sofa beludru merah yang tersedia.
"Baiklah." Betapa menyenangkannya hidup sebagai Elaine. Selalu ada orang lain yang melakukan sesuatu untuknya. Sejauh ini, yang perlu aku lakukan cukup berkata 'baiklah' sambil tersenyum. Kemudian semua orang akan berusaha melakukan yang terbaik untukku, kecuali satu orang tentu saja. Si berengsek Russell.
"Apakah Anda ingin minum teh, My Lady?" Seorang gadis berpakaian biru dengan celemek putih bertanya.
"Jika tidak merepotkan," jawabku dengan tingkah anggun yang dibuat-buat.
Memang bagaimana anggun yang tidak dibuat-buat? Entahlah, Kawan. Aku tidak lahir di dunia ini. Yang aku lakukan hanya meniru bagaimana sikap kepala pelayan dan beberapa teman Elaine yang menjengukku.
Kau tentu tidak berharap Elaine dituduh gila setelah jatuh dari kuda karena aku tidak tahu tata krama, kan?
Ayolah, jangan berikan penulis keparat itu kesenangan dengan membawa Elaine ke Bethlehem!
"Apakah Anda telah memikirkan suatu gaun, My Lady?" Erin berbisik setelah gadis itu pergi.
"Tak ada," jawabku jujur. "Kau yang bertugas memilihkan gaun berpergian yang tepat untukku, sementara kita biarkan Miss Torrent dan keahliannya menyelesaikan gaun pestaku."
Aku sudah melihat gaun ilustrasi di Gazette, tapi aku sungguh buta pada apa yang mereka anggap mode. Memasukan tudung saji sebagai dalaman itu adalah perusak imajinasi gaun Cinderella di kepalaku. Untuk duduk pun, gaunku benar-benar sialan, Erin harus memastikan petticoat yang kukenakan tidak penyok.
"Saya membawakan teh Anda, Lady Hereford." Gadis tadi kembali bersama satu nampan perak berisi satu cangkir dan teko porselen putih.
"Terima kasih," ucapku.
Gadis itu berbinar dan senyumannya kian lebar. Dia menunduk dalam, lalu meninggalkan kami di ruang tunggu.
"Mereka menyajikan teh untuk tamu? Sungguh menakjubkan pelayanan toko ini," bisik Erin.
Aku pun mengakuinya. Latar waktu dalam novel ini mengambil masa sebelum Perang Boston terjadi yang artinya teh masih merupakan barang langka.
Coba kembali ke masaku di tahun 20xx, ada teh seharga lima ratus Rupiah dalam sachet sudah termasuk gula.
"Mereka mempunyai pelanggan kalangan atas, Erin," balasku, lagi-lagi sok bijak.
"Saya penasaran siapa saja lady yang memesan baju di sini." Erin menyisir ruang tunggu toko yang sepi. Hanya kami berdua di sini, menanti giliran untuk bertemu Miss Torrent.
"Kurasa, aku tak akan mengenal mereka." Aku hendak meraih gagang teko. Erin dengan sigap mengambil teko itu dan menuang isinya ke cangkir. Aku tersenyum. Sudah kubilang, akan selalu ada orang yang mengerjakan kebutuhan Elaine.
"Seandainya Anda tidak mengenal mereka, itu sudah wajar, My Lady. Saya menyangsikan akan ada orang yang tidak mengenal Anda sebagai istri Marquess Hereford."
Erin terlalu polos menganggap kehidupan Elaine adalah kesempurnaan. Andai dia tahu, sebagai pelayan pribadi Elaine, dia akan dihukum gantung akibat tuduhan sebagai kaki tangan perbuatan jahat Elaine.
Aku menggeleng kuat-kuat. Hal itu tidak akan terjadi. Elaine, yang saat ini perannya digantikan olehku, tidak akan dibunuh. Maka, Erin pun akan selamat. Kami berdua akan selamat dan terus hidup.
"Anda baik-baik saja, My Lady?" tanya Erin dengan wajah cemas.
"Tidak masalah. Aku hanya sedikit pusing." Mungkin sebaiknya aku membeli satu buku yang khusus mencatat kebohonganku.
"Musim pesta memang sering menbuat orang pusing!"
Aku dan Erin bersamaan menoleh ke sumber suara yang menginterupsi percakapan kami. Aku membelalak. Astaga, dunia novel ini menyakiti mataku.
###
16/04/2020
Gaesss... kalian cuma boleh nagih cerita ini di tanggal 16 dan 30 😎
Apa itu tandanya cerita ini akan terbit 2x dalam sebulan? Ga juga 😜 cerita ini terbit sesuka hati Miss Bekcu.
Walo ini cerita fantasi, kalian akan tetap belajar sejarah 🤩 biar kalian jadi pembaca pintar dan yang nulis bisa sok pintar 💃
Jangan lupa, bantu promosikan cerita ini ke teman-teman kalian ya...
Kecup becek Miss Bekcu yang abis bikin apem bantet *loh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro