25
Besok besok ga usah diingetin vote belum tembus apaaaa 😆 kalo bisa malah tagih gw karena vote udah tembus gitu...
Biar jempol gw semangat dikit ngetik cerita ini hahaha... kapan lagi kan kalean dapat penulis yang pengennya ditagih update BUWAHAHAHA...
Naikin target vote jadi 2K ya. Gitu vote sampe segitu, serbu aku minta update✌️😁 mo akhir taun, dedlen menggunung dan waktunya liburan target vote pun dinaikan.
FYI, part berikutnya buat orang gede yang udah punya KTP. Bagi dedek emeush, skip bab berikutnya aja ya biar otak kalean yang masih suci itu tetap bersih *itupun kalo belum terpapar cerita 'basah-basah' di lapak lain 😬
Happy reading happy HAPPY Day...
"Kau?" Aku membelalak pada pria yang berdiri penuh martabat. "Mr. Cole?"
Astaga!
Bagaimana bisa aku mencium aroma seksi dari pria tua ini dan menduga dia adalah Russell?
Ingus sialan. Aku salah sangka karena penciumanku terganggu.
"Maafkan saya karena masuk di saat Anda sedang..." Mr. Cole batuk sekali dan mendesiskan, "Mengutarakan isi hati."
"Kau mendengarnya?" Aku berdiri dengan terpaksa.
Mr. Cole mengangkat kepalanya
"Jika Anda berharap saya merahasiakannya dari His Lordship, Anda bisa memercayai saya."
"Benarkah?"
"Saya tidak akan membocorkannya, My Lady."
"Bahkan jika tuanmu bertanya?"
"Kecuali His Lordship bertanya," jawabnya cepat.
Aku berdecih. Apanya yang menjaga rahasia kalau ada pengecualian?
"Kau mencoba meledekku?" Aku harus memainkan peran 'siapa bos di sini'.
"Mana mungkin saya berani. Saya hanya pelayan rendahan di sini. Akan tetapi sumpah setia saya ada pada kepala keluarga, yakni His Lordship." Dia benar-benar bangga mengakui dirinya sebagai budak si manusia es batu.
"Ada apa kau sampai masuk ke sini?" Aku menyingkirkan keenggananku mengingat pria sialan itu.
"Sebenarnya, saya ingin meminta tolong pada Anda."
"Minta tolong apa?"
"Tolong minta His Lordship bekerja." Mr. Cole langsung berlutut. Tampang sok cool-nya luntur diganti ekspresi anak anjing yang memohon dibagi sekerat daging.
"Untuk apa?" Sudah jelas aku sedang menolak bersenggolan dengan Russell. Enak saja dia memintaku mendatangi pria itu dan meminta sesuatu darinya. Aku sudah bilang akan menjauhinya. Mana mau aku menjilat ludah sendiri. Itu jorok.
"Banyak pekerjaan yang tertunda karena His Lordship terus-terusan mengurung diri. Dia menolak makan, bekerja, dan bertemu vassal. Kami sangat kerepotan. Aide His Lordship, Sir Kyle, sudah tidak sanggup bekerja tanpa His Lordship."
"Kalau begitu, kau bisa mencari wanita berambut pirang dengan senyum yang indah. Suruh wanita itu menyampaikan permohonanmu." Aku mengibaskan tangan. "Pergilah. Bukan aku yang bisa membantumu."
"Saya tidak mungkin mencari wanita lain jika alasan His Lordship sampai seperti ini adalah karena Anda." Mr. Cole menyanggah.
Aku melotot. Kakek tua ini ingin sekali melihat kemampuanku melotot bak ibu tiri Cinderella yang akan mengurung anak tirinya setelah dicambuk. Omong-omong, apa Cinderella dicambuk ibu tiri? Ah, bukan urusanku.
"Jika kau susah menangkap maksudku, akan aku katakan terus terang. Pergilah ke rumah Miss Maria Warren dan sampaikan permohonanmu padanya. Dia yang bisa menangani sikap kekanakan tuanmu. Aku ingin menikmati waktuku sebagai putri dalam penjara naga. Tolong kabari aku kalau-kalau tuanmu dan Maria berencana menikah atau semacamnya. Akan lebih baik jika kau mengabarkan lebih awal sehingga aku bisa menyiapkan diri."
"My Lady... apa yang Anda katakan? His Lordship membutuhkan Anda, bukannya Miss Warren."
"Dia membutuhkan Maria."
"His Lordship membutuhkan Anda."
"Maria."
"Anda."
"Kau SALAH!"
"ANDA YANG SALAH!"
Apa aku, Marchioness of Hereford, baru saja dibentak kepala pelayan di rumahku sendiri?
"Kau membentakku?" Aku menudingkan telunjuk.
Mr. Cole berdehem, lalu berdiri dan kembali memasang ekspresi khas butler. "Karena usia saya yang sudah tua, saya mengalami masalah mengatur kenyaringan suara saya. Mohon dimaafkan."
Bisa sekali dia membuat alasan.
Sekali ini aku maafkan. Energiku sudah terkuras akibat terlalu banyak menangis. Aku tidak mau berdebat lagi. "Seberapa banyak pekerjaan tuanmu?" tanyaku. Asal tahu saja, aku tak akan membantu siapapun. Menolong hati dari sakit saja tidak bisa, aku tidak akan mau merepotkan diri sendiri dengan membantu orang lain.
Mr. Cole berseri-seri. "Sebenarnya pekerjaan His Lordship tidak terlalu banyak, tapi ada beberapa proyek yang harus diawasi dan dilaporkan sehingga jumlahnya agak banyak."
"Sebanyak apa?" Aku asal bertanya saja. Biar kakek ini bersemangat lagi.
"Proyek jembatan di wilayah His Lordship, sewa tanah, pembangunan bendungan, panen, perdagangan batu bara, properti pribadi, dan investasi."
Di telingaku, Mr. Cole seperti mengulang kata uang dan uang. Pantas kakek ini geram memaksa Russell bekerja.
Sayang sekali, aku tak berselera. Sesekali, aku ingin melihat Russell kehilangan setengah hartanya akibat ulah kekanakannya. Nanti aku akan puas menertawakannya karena azab menyakiti hati seorang istri.
Kalau saat itu tiba, aku akan melantunkan lagu, "Aku cuma punya hati tapi kamu tak pakai hati."
"Sebaiknya kau keluar. Aku ingin istirahat."
"Ta-tapi, My Lady."
"Keluarlah."
"My Lady, tolong-"
"Erin!"
Erin datang dalam sekejap. Aku sampai terperangah melihatnya melompat masuk ke kamar seperti aktor teater yang menantikan giliran naik panggung.
"Antar Mr. Cole ke ruang kerja His Lordship. Sepertinya kepala pelayan kita mengalami masalah mengenali ruangan," sindirku.
"My Lady, tolong lembutkan hati Anda. His Lordship sangat membutuhkan Anda."
Aku memutar badan menolak menanggapi ocehan Mr. Cole. Maaf, cewek patah hati itu butuh sendiri bukan dipaksa mendatangi si biang keladi sakit hati. Aku hanya punya hati, bukan berarti bisa dibagi-bagi.
"Tolonglah keluar, Mr. Cole. Her Ladyship sedang tidak enak badan. Nafsu makannya menurun dan makan sangat sedikit," kata Erin.
"Apa Her Ladyship sakit?" tanya Mr. Cole.
"Ya, aku sakit!" Aku menyela. Aku sakit hati, kataku membathin.
"Astaga, maafkan sikap sembrono saya. Harap beristirahat dengan tenang, My Lady."
Aku seharusnya memang beristirahat andai kakek ini tidak merengek. Mr. Cole pergi segera. Aku naik ke ranjang. Belum sempat aku menutup mata, kehebohan terjadi lagi.
"Kau sakit?!"
Kapan aku bisa istirahat?
###
24/12/2020
Bagi yang merayakan natal, jangan lupa siapin kado buat akoooh 😙
Woooot??
✌️😁
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro