Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24

Lanjut setelah vote tembus 1K ya 🤗

Happy reading HAPPY HAPPY day〜

"Apakah Anda ingin yang lain, My Lady?" Erin bertanya setelah selesai merapikan sarapan yang tidak habis aku makan. Bukannya aku sedang menjalani diet, selera makanku yang lenyap. Menelan sup dan mengunyah puding saja rasanya berat.

Aku pikir, rindu saja yang berat makanya hanya Dilan yang sanggup. Tahu-tahunya, patah hati pun berat, sampai makan pun tak minat. Seharusnya, aku terlahir sebagai Milea saja dan bisa main sayang-sayangan sama Iqbal.

Aku mendesah sembari mengenyahkan pikiran yang semakin aneh. "Pergilah," perintahku lemah.

"Apakah Anda mau sesuatu yang dingin?"

"Tidak."

"Apakah Anda mau bunga untuk di kamar?"

"Tidak. Aku benci bunga." Bunga biasanya diasosiasikan dengan cinta dan aku tidak punya cinta yang ingin aku siram.

"Bagaimana jika kita memanggil grup musik untuk memainkan satu dua lagu di sini?"

Aku mendelik ke Erin. Dia mengulum bibirnya ketakutan.

"Dari mana kau mendapatkan ide mengundang grup musik?"

"Ah, itu..." dia melirik ke pintu. "Anda menyukai musik jadi, aku berpikir musik akan mengembalikan semangat Anda."

Aku mengangguk tak percaya. Erin tidak akan berpikir sejauh itu apalagi tentang grup musik. Uang dari mana dia mau mengundang grup musik. Sudah pasti yang mengusulkan ide itu ada di balik pintu menguping pembicaraan kami.

"Sudahlah. Aku tidak berminat pada apapun. Pergi saja dan jangan ganggu aku." Aku berjalan perlahan ke ranjang. Membungkus diri di balik selimut merupakan kenikmatan. Patah hati ini telah membuatku berubah drastis.

"Tapi Anda sudah mengurung diri dalam kamar selama seminggu!" Erin tiba-tiba merengek.

Kalau sedang sehat, ingin sekali aku melemparkannya sekantong uang dan menyuruhnya belanja sampai ludes. Dia bersikap bak istri yang kesulitan merogoh isi celana suaminya. Ups, meleset sedikit. Maksudku, merogoh isi saku celana suaminya.

"Bersenang-senanglah sendiri," desisku.

"Mana mungkin saya bisa meninggalkan Anda sendirian. Tolong keluar dan nikmati musim panas ini, My Lady." Erin berlutut di samping ranjang.

"Kau sangat menyebalkan. Apa tuanmu yang menyuruhmu merayuku keluar kamar?"

"Tentu saja bukan. His Lordship pun mengurung diri dalam kamarnya. Kalian berdua sama-sama mengurung diri dan membuat kami semua kebingungan. Mr. Cole ingin sekali memanggil dokter karena His Lordship menolak makan apapun. Dia hanya minum-minum."

"Ha! Kau bersikap menyebalkan karena ingin tuanmu makan dengan baik, kan? Kalau begitu, suruh saja wanita lain yang merayunya. Seseorang yang berambut pirang, punya senyum manis, dan suka beramal terang-terangan. Bukan aku."

"Ap- My Lady, tolong-"

"Jangan datang dan membicarakan tuanmu lagi. Jika kau butuh sesuatu, cari wanita yang sudah aku sebutkan itu. Dan suruh Mr. Cole untuk membakar semua undangan yang datang untukku. Aku akan mengurung diri selama-lamanya. Kau paham?" Aku mendorong Erin sampai di depan pintu. Dia terkejut sekali. Elaine tidak akan marah-marah seperti ini, tapi patah hati ini akibat Elaine dan ーsialnyaー aku yang mesti menanggung. Karena tidak punya tempat melampiaskan kekesalan, aku muntahkan semua ke Erin yang polos.

"Keluarlah. Aku tidak ingin menyakitimu," ujarku tanpa tenaga.

"My Lady..."

Aku menunjuk pintu. Erin memutar badan dengan risau. Setelah Erin meninggalkanku dalam kesunyian kamar, air mata mengalir. Tangis yang aku tahan kembali menjadi teman mengurung diri.

"Russell sialan," gumamku sembari menghapus air mata menggunakan punggung tangan. Patah hati Elaine ratusan kali lebih menyakitkan dari ditinggal calon suami di minggu terakhir menuju pelaminan. Berengsek. Bagaimana bisa wanita itu mencintai pria dingin seperti Russell dengan sepenuh hati?

"Aku membencimu. Aku membencimu. Aku membencimu. Aku membenci..." Tenagaku habis. Aku berjongkok dan menenggelamkan kepala di lutut.

"Aku mencintaimu." Berat, tapi itulah perasaan yang dimiliki Elaine.

Suara pintu terbuka. Aku tidak mau mengangkat kepala dan membuat Erin makin susah diusir. Aku menunduk sembari menghapus air mata terburu-buru. Aroma musk bercampur keringat menyergap penciumanku. Itu bukan aroma badan Erin. Hanya satu orang yang mempunyai aroma khas itu.

"Kau?"

###

23/12/2020

Kalian nunggu adegan ekhm ekhm ya 🤭🤭🤭 hayo ngakuuuu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro