20
Kali ini aku kasih agak panjang, tapi bab berikutnya akan aku tahan sampai bab ini mencapai vote 1K ⭐
🙂 kalo kalean menikmati cerita ini, seharusnya target kecil itu bukan masalah kan. Sampai jumpa sampai kalean bisa menggunakan jempol tuk kesenangan penulis.
Happy reading. May God Bless you with love and honest🙏
"Se-selamat pagi, ladies." Aku tak bisa menyangkal gentar yang hadir karena melihat Lady Teta dan gerombolannya duduk cantik di ruang tamuku--ruang tamu Hawthorne, sebenarnya.
"Selamat pagi, Lady Hawthorne," sapa mereka bersamaan.
Aku melirik Erin, berharap gadis itu tahu bagaimana menyelamatkanku. Sayang sekali, harapanku musnah begitu menemukan wajah terpanah Erin pada para tamu.
"Erin." Aku sengaja menyenggol lengannya setelah tiga kali memanggil dan tak digubris.
"Ya, ya, My Lady?" Erin tergagap.
Aku maklumi. Melihat kombinasi Maria, Lady Teta, beserta lady lainnya pastilah suatu kelangkaan di rumah yang mempunyai nyonya jarang bergaul. Kupikir, aku tahu manfaat dari jarang bergaul. Pertama, membatasi tamu tak diharapkan. Kedua, jantungmu aman dari serangan akibat kedatangan orang yang berpotensi memendekkan umurmu. Yang terakhir, tentu saja, aku tidak perlu pura-pura bersikap manis.
"Bisakah kau memeriksa his lordship," bisikku.
"Apakah Anda menginginkan his lordship datang ke sini?" Erin cukup tanggap dengan berbisik begitu lirih.
"Kau sangat membantu. Lakukan itu."
Erin meninggalkan ruangan secepat kilat usai memberikan penghormatan pada para tamu. Aku bergabung dan memilih duduk di sofa dekat Maria, yang mana sofa di hadapan kami sudah diisi Lady Teta dan antek-anteknya.
Aku senang menyebut mereka antek-antek saat aku sadar keberadaan mereka tak lain untuk disuruh Lady Teta. Well, aku tak bisa menyalahkan usaha mereka. Saat kau hanyalah bangsawan miskin dengan gelar tak terlalu cemerlang di Kerajaan, satu-satunya cara mengangkat nama kalian di antara para Lady dan menarik perhatian gentlemen yang potensial ialah menempel pada mereka yang kaya dan berstatus tinggi.
"Aku harap kedatanganku dan teman-temanku tak mengurangi rasa hormat kami, Lady Hawthorne," ucap Lady Teta. Dia berbicara begitu lembut dan mendayu, tapi aku bisa melihat kilat ular di matanya.
"Kedatangan kalian begitu mengejutkan hingga aku berpikir ada sesuatu yang terjadi. Kuharap, tebakanku salah, Lady Teta." Aku harap kau memang mendapatkan masalah, lanjutku dalam hati.
"Bukan sesuatu yang penting, My Lady. Aku hanya berpikir akan menyenangkan mengajak Anda berbelanja bersama kami. Selera busana Anda telah menjadi perbincangan. Jika Anda tak keberatan, kami ingin mendapatkan saran fashion dari Anda," tutur Lady Teta.
Aku melirik Maria. Dia memberikan tatapan sama tak tahunya. Kurasa, mereka tidak sengaja bertemu di sini. Maria adalah anak seorang Baron dari desa kecil. Statusnya tidak akan menggairahkan Lady Teta untuk ditarik berkomplot.
Aku menarik napas panjang. Gaun sialan itu masih saja disebutkan. "Aku sungguh tak memiliki selera busana yang baik, Lady Teta. Miss Torrent yang membuat gaun-gaun itu. Kusarankan, kau menemui Miss Torrent. Dia akan sangat senang memberikan saran fashion pada kalian," tolakku lembut.
"Sangat disayangkan. Kami begitu mengharapkan Anda dapat bergabung bersama kami." Lady Teta melirik Maria, lalu menyeringai tipis. Sangat amat tipis sampai-sampai aku menduga itu kedutan di salah satu ujung bibirnya. "Kami tidak bisa berlama-lama di sini. Tampaknya, Anda mempunyai urusan penting bersama Miss Warren."
Maria tersenyum tipis dan kaku. Aku menduga, dia dibuat membatu menunggu di ruangan ini bersama Lady Teta. Aku pun akan merasa demikian menilik sikap dominan, pongah, dan arogan perempuan itu.
"Aku tidak memiliki urusan yang begitu penting, My Lady," sanggah Maria sembari tersenyum manis.
Melihat senyuman Maria pada Lady Teta, ingin sekali aku berkata, "Mbak Mar, senyuman semanis madumu hanya memabukkan Bang Russell. Lady Teta mah kebal."
"Oh, astaga, aku rasa kalian telah menjadi sahabat baik," kata Lady Teta dengan keceriaan yang dibuat-buat.
Aku melotot. Sebelum sempat menggeleng, tatapan penuh harap Maria membuatku urung. Di sisi lain, anggapan aku adalah sahabat baik Maria bisa saja menjadi alasan Lady Teta semakin membenciku. Sekarang saja dia sudah membenciku karena dekat dengan Russell dan Gerard. Padahal Russell suami sah... Elaine.
Pintu terbuka. Pandangan kami beralih pada Russell yang baru masuk. Dia memindai kami dan berhenti agak lama pada sosok Lady Teta.
"Apakah ada pertemuan para Lady di rumah sederhanaku?" kata Russell. Dia berusaha tersenyum, walau hasilnya payah.
"Maafkan ketidaksopanan kami datang tanpa pemberitahuan, My Lord. Kami ingin sekali berteman dengan Lady Hawthorne," jawab Lady Teta sembari memberi hormat. Para anteknya mengikuti.
"Ah, suatu kehormatan mengetahui istriku dapat berteman dengan Lady Teta. Namun, istriku bukanlah seseorang dengan kondisi fisik yang prima." Russell merangkul bahuku. Sontak, aku melotot.
Tolong! Saya menyerah ditempeli setan!
Lady Teta memandangku iba. "Aku tidak mengetahuinya. Aku harap kau menjaga kesehatanmu dengan baik. Aku akan mengirimkan herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh."
Lady Teta dan herbal?
Oh, sebaiknya tidak! Aku tidak ingin menerima racun berlabel herbal.
"Tak perlu merepotkan Anda, Lady Teta. Istriku sudah menjalani perawatannya. Aku bersyukur kalian menyempatkan waktu datang ke sini dan memberikan perhatian pada istriku." Russell menoleh padaku. Di keningnya terdapat tulisan 'Kau berulah apa lagi, Beagle?'. Kebetulan tulisan itu hanya bisa dibaca olehku. Sungguh melegakan secara ironi.
"Tak perlu ragu, Your Lordship. Aku dan teman-temanku sangat senang jika bisa membantu." Lady Teta melirik antek-antek. "Kalau begitu, kami pamit. Menyenangkan berbicara dengan kalian. Selamat pagi."
"Kami pun merasa demikian. Mr. Cole akan mengantarkan kalian," balas Russell ramah.
Begitu rombongan 'ngengat' pergi, Russell melempar tatapan siap merajam. Aku menciut dan menggeser badan merapat pada Maria yang sejak tadi mengunci bibir.
"Kau tahu, Lady Teta terkenal sangat..." Russell menggigit bibir bawah dengan gemas.
Sebagai mantan murid berprestasi saat sekolah dasar, jiwaku tergerak melanjutkan ucapan Russell yang menggantung. "Sialan?"
Russell melotot, sementara Maria terkikik. Aku meringis karena kata buruk itu satu-satunya yang tepat menggambarkan sosok Lady Teta.
"Sebaiknya kau menjauhi Lady Teta. Marquess Shaftesbury selalu punya cara menutupi tindakan tolol cucunya itu."
Aku sudah mencatat dengan tulisan super besar untuk TIDAK BERDeKATAN dengan Lady Teta. Namun, aku seperti mangsa yang sudah dia tandai dan sekarang mulai diincar.
"Jangan menyalahkan Elaine. Lady Teta sudah mengakui sendiri bahwa dia datang ke sini tanpa pemberitahuan sebelumnya," bela Maria.
Russell berdehem. Mukanya bersemu tertangkap basah mengomel di depan gebetan. Aku berdecak sebal. Hidup Russell benar-benar dipenuhi pencitraan saat berhadapan Maria.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?" Aku beralih ke Maria dan berusaha mengubur topik kekesalan Russell.
"Aku ingin mengajakmu mengunjungi pasar. Tentu saja, jika kau tak keberatan," kata Maria dengan pipi bersemu.
Russell menunjukkan minat terhadap ucapan barusan. Jika aku menonton menggunakan kacamata empat dimensi, aku bisa melihat Russell ileran dan mimisan kini.
"Maafkan aku. Kurasa, saat ini bukan waktu yang tepat. Barangkali, kita bisa pergi di hari lain. Aku perlu beristirahat," tolakku.
Maria tampak kecewa. Di sisi lain, Russell serupa elang yang bersiap menangkap mangsa yang kehilangan arah. Kau bisa menganggapnya akan mengambil kesempatan dari penolakanku. Aku membaca jelas rencana dia akan menawarkan diri setelah ini.
Apakah aku harus membiarkan Russell bersenang-senang?
Emooooh...
"Oh ya," aku menghadap Russell sembari memasang ekspresi polos, "apakah gaunku semalam masih di kamarmu? Aku akan meminta Erin mengambilnya. Seharusnya kau meminta Erin melayani kebutuhanku, My Lord."
Wajah Russell bak kepiting rebus. Aku cepat-cepat berpamitan dari sana sebelum seseorang meletus akibat marah dan malu. Maria malah tertawa di balik sapu tangannya dan itu cukup memberikan serangan mental bagi seseorang yang kita kenal His Lord-SHIT Russell Hawthorne.
# # #
14/10/2020
See you after ⭐1K
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro