Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11


Keesokan harinya Maria datang ke kediaman Hawthorne. Dia meminta bertemu dengan Russell. Wajah Russell berbinar mengetahui pujaan hatinya mencarinya. Dia segera meninggalkan meja makan. Aku yang sudah siap dalam pakaian berpergian lantas memanggil Erin. Aku harus kabur di saat drama Maria dan Russell akan dimulai.

"Kemana kita akan pergi, My Lady?" tanya Erin saat kami sedang menunggu kereta kuda.

"Ke pasar," jawabku.

"Maaf?"

Erin memandangku heran. Tentu saja. Siapa perempuan bangsawan yang ingin pergi ke pasar ketika segalanya dapat disediakan oleh pelayan. Kecuali aku.

Disebutkan di novel bahwa Gerard adalah seorang duke yang senang bergaul dengan rakyat biasa dan pasar adalah tempat rakyat biasa berkumpul. Oh ya, Gerard memang digambarkan tipikal tokoh utama pria yang akan menjadi pujaan wanita. Dia tampan, gagah, kaya raya, cerdas, sopan, dan rendah hati.

Siapa yang peduli!

Aku harus memperpanjang umurku di sini. Setelah setiap pagi berusaha mencubit lengankuーyang membuat Erin heboh karena seorang lady tidak seharusnya memiliki memar di tubuh, aku harus menerima kenyataan aku hidup di sini. Aku perlu makan, buang air, bernapas, dan tidur. Semua aktivitas yang terlalu nyata untuk sekedar dianggap masuk ke dalam novel.

"Apakah ada sesuatu yang My Lady butuhkan? Saya akan membelikannya untuk Anda," kata Erin di tengah perjalanan menuju pasar.

"Tidak ada yang harus kau belikan, Erin. Ini adalah sesuatu yang sangat rahasia dan hanya aku yang boleh membelinya."

"Saya harap Anda tidak perlu ke pasar. Di sana sangat ramai dan mungkin tidak aman bagi seorang lady."

"Itu yang aku nantikan," gumamku sembari memandangi jalanan kota London di musim panas. Banyak bangsawan yang menyusuri jalan. Para wanita bangsawan melintas dengan parasol cantik berenda. Sementara para pria bangsawan menggunakan wig putih yang tampak menyengsarakan.

Kereta kuda berhenti. Sais turun, lalu membukakan pintu. "Kita sudah sampai, My Lady."

Erin turun duluan. Aku menyusul sembari membawa perasaan berdebar. Waktunya penjelajahan.

"Ayo, Erin." Aku segera menarik Erin yang hendak membuka parasol.

"My Lady, berjalanlah pelan-pelan. Parasol Anda. Tunggu sebentar."

Toko roti. Ada.

Toko buah di sebelah toko roti. Tepat sekali.

Berbelok ke kanan. Penjual sayur di gerobak. Kemudian toko keempat dan...

"Ini dia." Aku berhasil menemukan toko yang sering dikunjungi Gerard sesuai tuntunan dari novel. Luar biasa. Untuk pertama kalinya, Google Maps tidak diperlukan untuk mencari suatu tempat.

"Apa yang Anda perlukan di toko ini?" Erin terengah-engah bertanya. Dia berusaha keras mengikuti langkahku.

"Dunia lain yang menakjubkan, Erin."

"Saya harap Anda benar karena ini sangat mengherankan," sahutnya sembari membukakan pintu toko itu untukku.

Aku hanya mengulum senyum dan masuk. Seorang kakek di balik meja kasir duduk membungkuk. Kepalanya menunduk dan kau bisa mendengar suara dengkuran. Meja kasirnya berdebu dan reot. Semua ini persis apa yang ada di buku.

"Aku ingin ke pojok. Carilah sesuatu yang kau butuhkan, Erin," kataku.

"Saya yakin saya tidak membutuhkan apapun dari toko ini. Saya akan menunggu Anda di situ." Erin menunjuk stool pendek dekat si kakek.

Aku mengangguk. Erin duduk di stool yang ditunjuknya.

Bau apak terhidu saat aku menyusuri lorong yang terbentuk oleh dua rak yang tingginya nyaris mencapai langit-langit toko. Beragam benda tanpa susunan menyesaki tiap rak. Debu dan sarang laba-laba menghiasi sebagian besar benda-benda itu. Aku tidak sengaja menginjak kotoran tikus. Erin akan menyadarinya saat membersihkannya nanti.

Aku berjongkok di ujung rak. Tumpukan buku menjejali bagian terbawah. Aku menarik satu per satu buku itu.

"Apa yang Anda cari di toko ini, My Lady?"

Aku terlonjak. Buku yang kupegang terlempar, lalu jatuh di dekat sepasang sepatu pria. Aku mengangkat kepala. Napasku tercekat sesaat, menduga pria di hadapanku adalah setengah malaikat dengan rambut pirang dan mata biru yang mengingatkanmu akan lautan.

Dia pasti Gerard!

Aseeeek, targetku ketemu!

"Maafkan aku mengejutkanmu," katanya. Dia mengambil buku yang jatuh dan menyerahkan padaku.

"Terima kasih."

"Apa yang dibutuhkan seorang lady dengan buku mengenai kodok?" tanyanya geli.

Aku membaca judul buku itu. Dunia tentang kodok. Astaga, buku macam apa ini? Bukannya melempar buku itu kembali ke rak, aku malah membuka halaman pertama dan dibuat terkejut oleh gambar kodok dari pensil.

"Tidak buruk," gumamku.

"Anda mempunyai selera yang unik terhadap buku bacaan, Marchioness Hereford."

"Anda mengenalku, Sir?" Aku kembali memerhatikan Gerard. Sesungguhnya aku tidak pernah menduga Gerard akan mengenal Elaine. Gerard telah menghabiskan sebagian besar waktunya di Northumberland dan tidak pernah kembali ke London maupun bergaul di society karena kegemarannya pada alam. Sekali lagi, pria dengan jiwa petualang yang mengendus keliaran sebagai manisan adalah gambaran sempurna seorang tokoh utama pria.

"Kau tengah menjadi buah bibir sebagian besar penduduk London, My Lady. Sesuatu tentang..." Gerard mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum lembut.

"Ah, skandal pasangan Hawthorne," desisku.

"Ya, semacam itu. Izinkan aku memperkenalkan diri dengan sopan. Namaku Gerard Maximus Arleston."

"Sebuah kehormatan dapat mengenal Anda, Duke Beverly." Aku sedikit menekuk kaki, memberikan penghormatan sebisaku di lorong sempit ini.

"Apa ada yang bisa aku bantu? Kulihat My Lady mempunyai selera bacaan yang menarik."

Apa yang bisa aku manfaatkan dari Gerard?

"Kau tahu, aku rasa aku perlu belajar membela diri. Seperti keahlian pedang dan panah," bisikku. "Apakah Anda mempunyai relasi yang bisa mengajarkan salah satunya?"

"Mengapa Anda membutuhkan kemampuan itu? Saya yakin Hereford dapat menyediakan pengawal khusus untuk menjaga Anda."

Aku membutuhkan kemampuan itu untuk menjaga diriku sendiri dari Russell. Mendapatkan seorang pengawal di bawah kekuasaan Russell tidak menjamin keselamatanku.

"Pengawal tidak selalu bisa menjagaku jika musuhku berasal dari kalangan bangsawan. Kau tahu," aku mendekatkan diri dan berbicara lebih pelan, "persaingan di antara perempuan sangat mengerikan."

"Maafkan ketidakpekaanku, My Lady. Kurasa, aku mempunyai kenalan ahli pedang."

Benarkah Gerard mempercayaiku?

"Itu akan sangat membantu. Bisakah aku bertemu dengannya?" Elaine tidak mempunyai kenalan. Susah bagiku mencari seorang pelatih pedang bagi kalangan bangsawan.

"Tentu saja."

"Tapi, bisakah Anda merahasiakan ini dari suamiku, Your Grace?"

Gerard terdiam sebentar. Dia tampak meneliti permintaanku. "Maafkan saya, My Lady. Permintaan tersebut akan menimbulkan skandal. Apakah Anda sangat ingin belajar pedang?"

"Sudah kukatakan, aku ingin menyelamatkan diriku," aku melolong frustasi.

"My Lady, Anda baik-baik saja?" Erin berteriak.

"Aku baik-baik saja. Tidak perlu ke sini," jawabku agak berteriak.

"Baiklah."

Aku dan Gerard kembali fokus pada pembicaraan kami. Ini sangat penting untuk hidupku.

"Dibandingkan menggunakan kekuatan fisik dan pedang, Anda bisa menggunakan kekuatan politik dan pencegahan untuk menghindari diri Anda dari tindakan yang membahayakan keselamatan Anda," saran Gerard.

"Maksud Anda?" Aku bingung dong!

"Cara termudahnya adalah mendapatkan dukungan dari orang-orang dengan kekuatan politik. Bergaul dengan mereka-"

"Saya bisa berteman dengan Anda!" seruku.

"Ap-apa?"

"Anda adalah seorang duke. Nama Anda ada dalam urutan ketiga penerus kerajaan."

"Sebenarnya urutan kelima, jika Anda lupa menghitung kedua paman saya," ralatnya.

Aku tersenyum lebar. "Anda bersedia membagikan kekuatan politik Anda untuk menyelamatkan saya dan mencegah apapun tindakan yang membahayakan saya?"

Gerard menahan tawa, lalu berdehem. "Sekarang, aku tahu alasan Russell tidak bisa menahan diri di pesta. Skandal itu pasti punya alasan."

Aku memutar bola mata. Apa hubungannya skandal itu dan ideku ini?

"Baiklah. Anda mendapatkan dukunganku."

"Apakah itu artinya kita berteman?" tanyaku memastikan.

"Iya."

"Kalau begitu, kita bisa mulai dari memanggil namaku. Elaine."

"Baiklah, Elaine. Silakan memanggilku Gerard tanpa sungkan."

"Tentu saja. Gerard."

Aku sudah mendapatkan dukungan Maria dan Gerard. Waktunya menggagalkan rencana busuk yang mengantarkan Elaine pada kematian di cerita.

###

27/07/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro