Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prologue.

"Okaerinasai, Da-kun."

"Hm."

"Ada apa? Apa ada masalah?"

"Tidak. Pergilah. Aku masih ada urusan."

"Ini sudah malam. Tidakkah kau beristirahat?"

".. Ck, aku bilang aku masih ada urusan. Cepatlah pergi sebelum konsentrasiku hilang."

Percakapan sederhana yang memicu pertengkaran. Menciptakan atmosfer yang membuat siapapun yang berada di ruangan tersebut merasakan ketegangan serta ingin rasanya pergi dari sana. Secepatnya.

Karena pada dasarnya, berada di antara orang yang bertengkar apalagi sepasang suami istri, benar-benar membuat mu merasa tidak nyaman. Seolah dilarang untuk membuat suara sedikit dan sekecil apapun.

"Pergilah. Jangan ganggu aku. Aku sedang sibuk."

"Sibuk apa? Kau sedang membelakangiku sekarang dan kau terus mengatakan itu seolah mengusirku."

Masih berada disatu ruangan dengan atmosfer yang menegangkan. Sepasang suami istri hanya melempar tatapan mata yang tersirat bermacam emosi di dalamnya. Namun berusaha untuk tidak saling berteriak agar keadaan tak semakin parah. Ditambah anak mereka yang masih terlelap di kamar lantai atas.

Si suami menghela napas kesal melihat istrinya yang tak kunjung keluar dari ruangannya. Memang bukan suatu ruangan privasi, tapi ia ingin istrinya itu cepat pergi.

Ia ingin istrinya itu cepat pergi.
Yakin?

"Pergilah sebelum-"

"Sebelum apa? Dengar Da-kun, kau sudah tiga hari terus begini dan tidak menceritakan apapun padaku. Aku tidak memaksamu tapi, aku takut kau selingkuh."

Mendengar ucapan istrinya, reflek dia, sang suami menatap nya tajam.

"Jadi, kau mengira bahwa aku berselingkuh, begitu?"

Terdengar tawa yang diselimuti dengan aura yang tak mengenakan. Tawa yang berasal dari suaminya yang dapat membuat banyak orang gentar berhadapan dengannya. Namun tak membuat mundur istrinya sedikitpun. Istrinya itu masih menunggu jawaban dari si suami yang sudah ia ketahui dengan baik sifatnya.

Tapi tetap saja mereka perlu berkomunikasi namun bukan begini.

"Kalau begitu, dengar Arisee, kau tidak tahu apa yang ku hadapi di luar. Jadi, jangan terlalu cepat mengambil keputusan."

Dan perkataan itu sukses membuat retak hati sang istri.

Melihat istrinya terdiam, ia pun ikut terdiam juga. Tidak, ia tidak menyesali perkataannya. Ia lega ketika dapat membuat sang istri akhirnya diam.

Tidak.
Dia tidak menyesalinya tapi belum menyesalinya.

Belum menyesali apa yang telah ia katakan.

Sang suami menatap dingin istrinya yang masih setia terdiam. "Kau tidak akan pernah mengerti," gumamnya yang kemudian berbalik memunggungi istrinya lagi.

Tatapan dingin serta gumaman yang membuat hatinya pecah bagai kaca dengan kepingan yang berserakan di mana mana. Sang istrinya hanya bisa menangis dalam diam. Tidak percaya akan apa yang suaminya lakukan sebelumnya, tak membuat suaminya menyesal.

Lantas, apa artinya pernikahan selama 4 tahun mereka?

"Sekarang, pergilah." Kata itu lagi yang suami nya keluarkan.

"Jadi.. Kau benar benar ingin aku pergi?" Sang istri bertanya dengan suara yang sebisa mungkin ia normalkan agar tak di ketahui oleh sang suami kalau ia menangis.

"Ya, kalau bisa, secepat nya," ucap sang suami dengan nada dingin.

Tak terpikirkan oleh nya bahwa istrinya itu akan benar-benar pergi jauh darinya. Ia tak menyesalinya, tidak, ia belum menyesalinya.

"... Baiklah, kalau begitu. Aku akan pergi."

"Bagus. Cepatlah."

Ucapan terakhir yang ia dengar sukses membuat sakit hatinya bertambah. Hancur lebur tak tersisa. Namun ia yang memasang senyum yang mungkin terkesan dipaksakan.

"Maaf sudah menganggumu malam ini dan tolong jangan tidur terlalu malam."

"Hm."

Senyum miris terukir diwajah sang istri.

"Terima kasih."

Dan itu akan menjadi kata terakhir yang akan di dengar oleh si suami dari istrinya yang benar benar akan pergi darinya.

Pada akhirnya, semua berujung pada penyesalan.

Story By AuroraTerritory

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro