Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

His Past.

"Apakah tidak ada kesempatan bagiku untuk mengatakan 'maafkan aku'?"

Di bawah langit biru yang indah. Ia berdiri di tempat yang sama. Hembusan angin menyibak rambutnya. Sebuah senyum pilu terukir di wajahnya. Dazai kembali mengunjungi makam Ariseeina di mana hari ini adalah genap setahun kematiannya.

"Sudah setahun.. Kau tidak ada di samping ku, Ari-chan." Dazai berjongkok dengan satu lutut sebagai tumpuannya. Ia meletakkan bunga mawar putih di makam Ariseeina. Senyum pilu di wajahnya masih tetap ada di sana. Segera setelah itu, ia kembali berdiri setelah memberikan bunga tersebut.

"Kau tahu? Daiki sudah berumur 5 tahun sekarang. Aku memberinya kejutan yang membuatnya begitu senang. Ditambah, kejutan di mana kau juga senang melihat Daiki bertambah usianya, iya kan? Aku berkata padanya bahwa kau tetap hidup di dalam hatinya.. Dan hatiku," ucap Dazai berbicara pada batu nisan- tidak, lebih tepatnya pada Ariseeina yang tak lagi bernapas. Ia tidak peduli jika harus dianggap gila, yang penting ia masih bisa membayangkan senyum Ariseeina setiap kali mengunjungi makamnya.

Meski hal itu juga membuatnya teringat akan luka masa lalunya. Jangan lupakan beban penyesalan yang ia tanggung seumur hidupnya.

"Dan.. Kau tahu? Setiap kali melihat mata Daiki-kun, aku dapat membayangkan sorot mata indahmu. Setiap kali mendengar tawa Daiki-kun, aku dapat mendengar tawamu. Setiap kali aku melihat Daiki-kun, aku selalu bisa melihatmu. Aku selalu bisa menyakini bahwa kau masih hidup.." Lanjut Dazai yang masih terus berbicara meski terasa sakit sebenarnya. Ia mengambil napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menenangkan dirinya.

Dazai yang terus berjongkok dengan satu kaki sebagai tumpuannya pun menatap lurus pada batu nisan di depannya. Tangannya tergerak untuk mengelus batu nisan tersebut. "Aku senang, kau tenang. Sekarang, izinkan aku untuk senang dan tenang juga.." Ucapnya yang kemudian menunduk.

"Maafkan aku, Ari-chan."

"E-eh! Daiki-kun! Hati hati!"

"Ah, Atsushi nii-san, aku terjatuh!"

"Kan, sudah ku bilang kau harus hati hati!"

"Dan aku bisa diomel Dazai-san jika Daiki-kun berniat melukai dirinya sendiri lagi."

Di taman belakang gedung agensi detektif bersenjata, Atsushi bersama dengan Daiki bermain bersama di sana. Lebih tepatnya, Dazai meminta alias memerintahkan Atsushi untuk menemani Daiki bermain, sementara ia melakukan sesuatu yang Atsushi yakini bahwa Dazai akan melakukan teknik bunuh diri baru.

Atsushi hanya bisa pasrah dan menghela napas berat. Toh hanya menemani Daiki 'kan? Tidak masalah baginya selama Daiki tidak melakukan hal yang berkaitan dengan melukai diri sendiri yang mana itu juga termasuk untuk teknik bunuh diri.

Namun karena ekspektasinya yang terlalu tinggi, Atsushi pun kewalahan menemani Daiki. Asumsinya tentang Daiki yang tak akan melakukan hal-hal yang dapat melukai diri sendiri itu salah. Daiki bahkan melakukan hal yang di luar asumsinya. Sungguh tak terpikirkan oleh nya jika hobi bunuh diri Dazai menurun ke anaknya.

Meski begitu, Atsushi masih bersyukur jika Daiki masih bisa dinasehati. Tidak seperti Dazai yang bahkan tak berhenti meski dinasehati berkali-kali.

"Hahh, tunggu di sini ya? Aku akan mengambil kotak P3K untuk mengobati lukamu itu," ucap Atsushi setelah mendudukkan Daiki di rerumputan taman. Sementara Daiki menjawab dengan anggukan. Atsushi pun segera bergegas ke dalam dan meminta kotak P3K pada dokter wanita di agensi yang bernama Yosano Akiko.

Daiki melihat Atsushi yang tampaknya sedang cepat-cepat mengambil kotak P3K. Ia kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada lututnya yang terluka. Bahkan berdarah cukup banyak. "Memangnya separah itu ya lukaku?" gumamnya yang dengan enteng menggerakkan kakinya. "Tidak sakit," gumamnya lagi dengan wajah dan nada polos.

Karena Daiki disuruh untuk duduk diam di tempatnya sekarang oleh Atsushi, ia pun hanya bisa menurut dan menunggu Atsushi datang.

Merasa bosan dan tidak melihat tanda-tanda Atsushi akan datang, ia pun hanya bisa mengamati sekitarnya di mana orang berlalu lalang di hadapannya. Meski Daiki adalah anak laki-laki yang pemalu dan waspada, ia tidak peduli dengan tatapan mereka. Lagi asyik dengan dunianya yang mengamati orang orang yang berjalan-jalan.

"Mama.. Bagaimana ya dia 'di sana'?" Batin Daiki yang tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi sedih. Teringat akan Ariseeina yang sudah setahun pergi. Bahkan baru pertama kalinya, Daiki merayakan ulang tahunnya hanya bersama dengan sang ayah. Memang sedih tapi, ia masih bersyukur ayahnya merayakan bahkan masih terus mengingat hari ulang tahunnya.

Dan ia senang memiliki ayah seperti Dazai yang mau memberinya sebuah hadiah di mana ibunya, Ariseeina senantiasa hidup di dalam hatinya. Baginya, itu merupakan hadiah paling indah dalam hidupnya.

Daiki yakin jika Ariseeina tersenyum dan senang melihatnya di alam sana. Maka dari itu, Daiki juga harus tersenyum dan mengingat bahwa ibunya akan selalu mengawasinya. Di mana pun ia berada.

Ah ya, tentang mengawasi, Daiki merasa ada seseorang yang sedang melihat yang lebih tepatnya mengawasinya di antara kerumunan orang yang berlalu lalang maupun yang berdesakan.

Daiki yang terus menatap langit membayangkan wajah ceria ibunya pun beralih menatap ke arah kerumunan orang yang berlalu lalang juga berdesak-desakan itu.

"Hmm??" Ia memiringkan kepalanya. Menajamkan penglihatannya. Memfokuskan pikirannya pada seseorang yaitu pada seorang wanita yang berada di antara kerumunan orang-orang tersebut.

Wanita yang terus mengawasinya itu seolah terus menatap pada Daiki. Hanya Daiki. Padahal wanita itu berada di kerumunan orang yang bisa saja Daiki hilang dari pandangannya karena tertutup oleh tubuh orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. Namun ia tetap fokus melihat Daiki seolah orang-orang yang berlalu lalang itu tak terlihat di depan matanya saat memfokuskan tatapannya pada Daiki.

"Wanita itu.. Tidak asing."

Dikarenakan Yosano yang tidak ada, Atsushi pun memutuskan untuk mencarinya sendiri. Membutuhkan waktu lama untuk mencarinya. Sudah di pastikan Daiki akan merasa bosan dan memilih untuk berjalan-jalan ke sana ke mari dengan luka di lututnya. Sebelum hal itu terjadi dan Dazai melihatnya, Atsushi harus segera menemukan kotak P3K tersebut.

"Ah! Akhirnya!" Pekiknya senang ketika melihat kotak P3K terlihat oleh matanya. Ia pun mengambil kotak P3K tersebut dan berjalan keluar menuju taman belakang.

"Sudah setahun.. Ariseeina-san meninggal." Batin Atsushi tiba tiba. "Tapi, aku lega ketika Daiki-kun tak lagi sedih setiap kali mengingat kematian Ariseeina-san yang terbilang kejam karena kesalahan Dazai-san. Aku harap, Dazai-san begitu juga." Batinnya lagi yang kini telah sampai di pintu belakang agensi.

Tangannya yang sedang meraih kenop pintu dan hendak memutarnya pun terhenti ketika Daiki tampak fokus melihat sesuatu entah apa.

"Siapa.. Siapa wanita itu?"

To Be Continued
Story By Lady Iruma

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro