Bab 7
Hari itu, udara benar-benar dingin hingga menusuk tulang. Musim dingin kali ini tampaknya akan lebih ekstrim dari tahun lalu, namun hal itu tak menyurutkan dua orang manusia di dalam untuk melakukan perjalanan yang cukup beresiko. Xander duduk di kursi kemudi sedangkan di sebelahnya Shirenia duduk dengan mantel tebal di tubuhnya. Meskipun enggan, pada akhirnya Shirenia tetap mau mengantar Xander kemari. Tempat yang tidak ingin dia kunjungi lagi sejak terakhir kali dia dibawa ibunya ke sana. Tapi sekarang, dia malah dalam perjalanan ke sana dengan Xander, mereka berbekal secarik alamat yang sebelumnya diberitahukan oleh ibu Shirenia.
Percakapan terakhir mereka saat Xander menceritakan siapa dirinya kepada Shirenia berjalan dengan alot. Hingga akhirnya Shirenia luluh juga dan akan membantu Xander membuktikan ucapannya. Lalu, tiba-tiba saja Shirenia ingat dengan penyihir yang membuatnya muntah-muntah saat hendak mengobatinya. Dia menceritakan kejadian itu pada Xander yang membuat Xander mendapatkan ide untuk menemui penyihir itu. Meskipun sempat menolak mentah-mentah pada akhirnya Shirenia mau mengantar Xander dengan alasan untuk mencari tahu mencari tahu kebenarannya dan membuktikan analisa Xander.
"Xander, ayo kita kembali," ajak Shirenia dengan wajah memelas. Dia sudah seperti orang trauma pada sesuatu.
"Ayolah Shirenia, tidak akan terjadi apa-apa. Ada aku bersamamu." Xander berusaha menenangkan. Meski begitu tetap saja Shirenia tidak bisa melupakan kejadian menyebalkan setahun yang lalu.
Setelah menghabiskan waktu selama dua jam lamanya, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Tak banyak yang berubah di rumah itu, hanya saja kini terlihat lebih menakutkan dengan adanya tumpukan salju di setiap sudut. Rumah itu juga terlihat sepi dan tak berpenghuni, Shirenia jadi tidak yakin penyihir itu masih hidup atau tidak.
"Kau yakin ini tempatnya?" tanya Xander mulai ragu melihat betapa sepi dan sunyi tempat yang mereka datangi.
"Ibuku tidak berbohong, aku bahkan tidak pernah lupa bagaimana dulu berlari keluar dari sini karena tidak tahan lagi." Xander terkekeh mendengarnya meskipun Shirenia sudah berkali-kali mengatakan hal yang berkaitan dengan kejadian setahun silam.
"Ah baiklah, ayo kita ketuk pintunya." Xander yang lebih dulu berjalan ke depan rumah. Namun belum sempat tangannya menyentuh pintu, kayu reyot itu sudah lebih dulu terbuka. Sayangnya tak ada siapapun di dalam sana. Gelap gulita.
Shirenia agak merinding melihatnya. Apa sekarang rumah ini sudah ditempati makhluk halus? Kenapa jadi angker begini atmosfer nya? Tak lama dari itu tiba-tiba terdengar suara dari dalam.
"Siapa di sana? Sepertinya aku kedatangan tamu istimewa hari ini."
Shirenia menatap Xander dengan pandangan yang memohon untuk pulang. Tapi alih-alih menghiraukan hal itu, Xander justru menariknya masuk ke dalam. Sudah bisa dipastikan di dalam ada seorang penyihir tengah duduk seperti menunggu kedatangan mereka.
"Hai anak manis, sudah ku bilang suatu saat kau akan kembali ke sini." Penyihir itu beralih menatap Xander lamat-lamat.
"Yang mulia, kau kah itu?" tanyanya seolah memastikan.
Xander tentu saja terkejut dan menunjuk dirinya sendiri. "Kau mengenalku?" Sebuah senyum samar terlihat di bibir si penyihir tua.
"Tentu saja, Yang mulia. Aku Winky, salah satu penyihir yang melarikan diri dari Archerry land dan memutuskan tinggal di dunia manusia." Winky menunduk memberi hormat.
"Astaga! Maafkan aku tidak mengingatmu. Sebenarnya aku kemari karena ingin membuktikan sesuatu, bisakah kau membantuku?" tanya Xander langsung pada intinya.
Winky terlihat tak terkejut sama sekali. Walaupun Xander tak mengatakannya, dia jelas tahu apa maksud Xander datang menemuinya.
"Maafkan aku yang mulia, aku tidak bisa melakukan itu sekarang. Setahun lalu aku hendak melakukannya, tapi gadis ini menolaknya. Sekarang aku tak bisa lagi melakukan itu karena aku sudah tak memiliki apapun lagi yang berasal dari Archerry land. Tapi, aku hanya bisa memberikan saran agar yang mulia membawanya ke makam kuno." Winky berkata dengan teratur dan tenang. Sangat berbeda dengan saat terakhir kali Shirenia kemari yang terlihat bersemangat.
"Makam kuno? Tempat apa itu?" tanya Xander. Ayolah, dia belum pernah berkunjung ke dunia manusia. Tak ada satupun yang dia ingat dari dunia manusia.
Winky hanya tersenyum maklum. Raja terlalu sibuk mengurus kerajaan, tak memiliki waktu menjelajah sepertinya. Wajar saja Xander tidak tahu banyak kecuali tentang dunianya.
"Itu adalah tempat yang mampu menghubungkan dunia manusia dangan Archerry land," jelas Winky.
"Benarkah? Apa aku bisa kembali ke Archerry land?" Xander bertanya dengan tak sabar.
"Tidak yang Mulia, hanya ketika kekuatanmu kembali saja kau bisa pergi ke Archerry land. Saat ini Anda masih dalam tubuh seorang manusia biasa, sedangkan manusia biasa tidak akan mampu melihat gerbangnya." Winky menjawab dengan berat hati. Apalagi saat muncul rasa kecewa di wajah rajanya.
"Tapi, kekuatan itu sebentar lagi pasti akan kembali, dia sudah bersamamu aku yakin gadis ini benar-benar reinkarnasi yang mulia ratu Shire."
Xander hanya tersenyum tipis, sedangkan Shirenia tampak tidak mengerti dan tidak tahu harus merespon apa. Setelah beberapa percakapan akhirnya Xander dan Shirenia kembali ke kota berbekal alamat yang diberikan Winky.
***
"Apa kau mempercayai ucapan penyihir itu?" tanya Shirenia saat keduanya masih dalam perjalanan kembali ke kota.
"Tentu saja, dia juga berasal dari dunia yang sama denganku. Aku jadi yakin bahwa kau adalah reinkarnasi Shire."
"Omong kosong. Aku bukan siapapun, kenapa kau sangat bersikeras? Bagaimana jika ternyata aku bukan reinkarnasi istrimu?" Shirenia masih saja tak bisa menerima kenyataan di depan matanya. Rasanya benar-benar tak masuk akal, Shirenia bahkan tidak ingat sama sekali bagaimana kehidupan dia sebelumnya. Jika benar mengapa ingatan itu tidak kembali. Setidaknya pasti ada hal yang mampu dia ingat tentang Archerry land.
"Karena itulah kita akan pergi ke makam kuno untuk membuktikannya." Xander berkata dengan santai. Shirenia tak menyahut lagi. Terlalu lelah hingga jatuh tertidur.
"Andai kau tahu Shirenia, wajahmu bahkan amat mirip dengan istriku. Aku jadi sangat merindukannya."
***
To be continue
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro