Bab 2 Dream
Xander menatap langit-langit kamarnya yang di cat putih polos dengan alis berkerut. Dia masih memikirkan bagaimana cara mendapatkan kekuatannya lagi. Tiba-tiba dia teringat dengan buku merah usang yang menjadi tempat ia disegel.
Tanpa menunggu lama ia segera mencari buku itu. Xander kembali ke tempatnya semula setelah berhasil menemukan buku itu di lemarinya. Untuk beberapa saat dia hanya memegang dan menatap buku itu seolah tengah menilai apakah ia akan kembali tersegel jika membukanya? Namun, sesaat kemudian dia menggeleng mengenyahkan pemikiran bodohnya. Tidak mungkin itu terjadi, dia telah terbebas dan butuh proses panjang lagi untuk menyegel dirinya, ya benar dia akan baik-baik saja saat membukanya.
Pada akhirnya Xander memutuskan untuk mencari tahu dengan membuka halaman pertama buku. Dan hasilnya nihil. Tak ada apapun yang terjadi, tak ada coretan apapun di sana. Bukunya bersih dan kosong seperti baru saja dibeli. Tidak seperti sampulnya yang usang dan sedikit ketinggalan zaman. Siapapun yang melihatnya pasti akan penasaran dengan isinya. Tapi Xander cukup kecewa karena tak menemukan apapun di dalam buku itu, tak peduli berapa kali dia membuka dan mengecek setiap halaman di dalamnya tetap saja kosong. Sialan!
Sepertinya penyihir itu tidak mau berbaik hati memberikan dia petunjuk. Kalau seperti ini dia tidak akan bisa pulang ke dunianya. Butuh kekuatan rubah miliknya untuk membuka portal dimensi. Kecuali di dunia ini ada tempat yang dapat membawanya kembali ke Arcerry Land. Xander tidak pernah ke dunia manusia sebelumnya karena tugasnya sebagai raja di istana sudah cukup menyibukkannya. Dia hampir tak memiliki waktu untuk hal-hal seperti itu. Kini, dia menyesal karena tidak pernah mencobanya dulu.
Dengan lesu Xander menyimpan buku merah itu di dalam laci nakas. Tubuhnya kembali merebah di kasur, tanpa sadar dia mulai mengenang kembali kejadian seratus tahun yang lalu.
Dulu dia adalah seorang raja yang dihormati. Xander bersama istrinya Shire memimpin kerajaan dengan adil dan bijaksana. Namun, masalah tidak akan pernah benar-benar hilang dari kehidupan. Suatu ketika Xander membuat kesalahan fatal yang mengakibatkan dia disegel oleh penyihir suci.
"Ampuni aku, aku tidak sengaja melakukannya." Xander meminta maaf karena menyesal telah dengan ceroboh melesatkan kekuatannya hingga mengenai seekor rusa putih yang ternyata adalah jelmaan pasangan penyihir suci.
"Tidak bisa, kesalahan tetaplah kesalahan. Kau harus mendapatkan hukuman atas kesalahanmu yang mulia raja." penyihir itu berkata dengan datar. Tak peduli siapa yang dia ajak bicara, sama sekali tak ada rasa takut yang hinggap di tatapan matanya.
"Jangan, kumohon tolong ampuni aku. Aku memiliki istri yang tengah mengandung di istana. Kasihanilah aku," ucap Xander lirih. Dia memanglah raja, tapi jika sudah berhadapan dengan penyihir suci dia tidak bisa berbuat banyak. Penyihir suci adalah makhluk yang tidak pernah mengganggu kerajaan, bersikap netral dan menyukai kedamaian. Menjadi suatu dosa besar apabila dengan sengaja mengusik kehidupan mereka. Perkataan mereka adalah mutlak, seperti si pahit lidah yang mampu mengutuk orang lain hanya dengan ucapan.
"Yang mulia, kau sudah melakukan kesalahan. Maka hadapilah hukuman ini. Kau akan menghuni sebuah buku sampai reinkarnasi istrimu menemukannya maka kau akan terbebas. Kekuatanmu itu juga akan tersegel, dan hanya istrimu yang bisa mengembalikannya."
***
Xander terbangun dari tidurnya. Ternyata dia melamun sampai ketiduran. Tapi yang membuatnya terkejut adalah perkataan penyihir yang menghukumnya seratus tahun lalu. Dia ingat apa yang harus dia lakukan sekarang. Mencari reinkarnasi cinta sejatinya. Ngomong-ngomong Xander jadi merindukan Shire. Dimana istrinya sekarang? Bagaimana kabarnya setelah dia disegel dalam sebuah buku?
Terlebih bagaimana kabar anak mereka? Dalam seratus tahun ini pasti ada banyak sekali peristiwa yang dia lewatkan. Entah seperti apa kerajaannya sekarang.
Jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Sebaiknya dia kembali tidur dan melakukan pencarian mulai besok. Matanya masih sangat mengantuk, resiko menjadi manusia. Tubuhnya mudah sekali kelelahan dan mengantuk. Ah Xander merindukan dirinya sebagai rubah.
***
Hari terus berganti, entah harus kemana lagi Xander melakukan pencarian. Tubuh manusianya terbatas, apalagi dengan kesibukan yang dihadapinya saat ini benar-benar menghambat pencarian. Belum lagi dia tidak tahu bagaimana ciri-ciri reinkarnasi istrinya. Apakah wajah mereka akan sama? Entahlah. Xander belum menemukan petunjuk apapun mengenai reinkarnasi istrinya.
Ia membereskan barang-barangnya. Ini sudah saatnya pulang setelah seharian mengecek tumpukan laporan dan mengurusi banyak hal. Beruntung ada Robin yang siap sedia membantu jika dia kesulitan atau tidak memahami isinya.
Robin sudah pulang lima belas menit yang lalu karena takut istrinya menunggu. Xander tak mau egois jadi dia sendirian menyelesaikan semuanya. Sekarang dia benar-benar merindukan kasur. Sejak jadi manusia tubuhnya benar-benar lemah.
Setibanya di rumah, Xander membersihkan diri dan mengganti bajunya dengan piyama. Dia berbaring di tempat tidur hingga kegelapan menghilangkan kesadarannya.
***
Putih. Sejauh apapun matanya memandang hanya putih yang terlihat. Xander tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba ada di lahan bersalju. Dia tidak tahu dimana dia saat ini. Kakinya melangkah berharap dapat menemukan apapun yang bisa mengantarkannya pulang. Angin bertiup menerbangkan rambutnya.
Tiba-tiba matanya menangkap bayangan seorang gadis di kejauhan yang perlahan melangkah mendekat padanya. Gadis itu tampak manis dengan coat merahnya. Rambut panjangnya memiliki bercak putih jejak salju yang masih turun ke bumi.
Setelah mereka berhadapan keduanya saling menatap dalam diam. Entah kenapa Xander merasa familiar dengan wajah itu.
"Shirenia. Namaku Shirenia."
Gadis itu menyebutkan namanya dengan senyum mempesona. Matanya dengan sempurna memantulkan bayangan wajah Xander. Siapa gadis ini?
Tiba-tiba Xander terbangun dari tidurnya dengan tubuh berkeringat.
"Ternyata mimpi lagi." Tangannya terangkat menyisir rambut dengan ibu jari ke arah belakang.
Matanya berpendar memandang situasi kamar yang gelap gulita. Berbeda jauh dengan nuansa putih yang dia lihat di mimpinya.
"Kenapa aku jadi sering bermimpi akhir-akhir ini?" lagi, Xander bertanya pada dirinya sendiri.
"Siapa gadis itu? Apa dia kekasih Alex?" Xander mulai memikirkan segala kemungkinan bahwa Alex memiliki kekasih. Tapi, jika benar pasti kekasih Alex akan datang menjenguknya ketika di rumah sakit. Ah sepertinya gadis di mimpi bukan kekasih Alexander. Tapi siapa?
Oh god, kenapa dia jadi sering memikirkan hal-hal tidak penting sih. Mungkin saja itu hanya mimpi biasa. Benar, dia tidak perlu bereaksi berlebihan. Tapi nama itu, kenapa Xander merasa tidak asing.
Astaga. Persetan! Xander tidak mau memikirkan hal itu dulu. Dia harus tidur agar besok bisa kembali melakukan pencarian lagi. Karena ia sangat yakin istrinya pasti sedang menunggu entah di belahan bumi mana, tapi Xander berjanji akan menemukannya.
***
To be continue.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro