The Most Ordinary Person In This Country (2)
Suara air di kolam yang terpercik ke lantai di sekitar hingga benar-benar membuatnya basah saat seseorang melompat dari atas. Dia terus menyelam ke bawah dan berdiam diri di sana selama beberapa detik sebelum kembali lagi ke atas bersama dua temannya.
"Kalian tau, berenang bisa meningkatkan kesehatan mental dan mencegah serangan cemas ...."
"Kurasa bakatmu yang sebenarnya bukan melakukan salto aneh seperti yang kau lakukan kemarin, Kim. Setelah kulihat-lihat, bakatmu adalah bernafas dalam air." Tidak jauh darinya ada Mulan, yang terduduk di tepi kolam. Menatap Kim dengan wajah hangat sambil mengayun-ngayunkan kakinya di dalam air.
"Berenang bukan bakat, tapi salto itu adalah bakat. Tidak banyak yang bisa melakukan putaran tiga kali di udara seperti diriku," balas Kim menyombongkan diri sejenak.
"Sampai guru kesayangan kita datang dan mengacaukan bakatmu itu." Richard yang sedikit lebih jauh bersandar di dinding. Dengan kedua mata sebenarnya lebih fokus menatap ponsel, tetapi telinganya ke arah pembicaraan mereka.
Kim pada akhirnya menghela nafas mengingat kejadian yang terjadi padanya kemarin. Saat melakukan gerakan hebat sepanjang sejarah hidupnya dan malah berakhir tragis dengan dia mendapatkan hukuman mencuci piring kantin.
Kim tak lama naik dan menghentikan renangnya.
"Sudah selesai?"
"Ya ... aku ingin pulang sekarang," jawab Kim dan berjalan pelan menuju ruangan ganti. Mulan ikut berdiri dan mengeringkan tubuh untuk mengganti pakaian di tempat perempuan.
Sementara Richard keluar lebih dulu dan menunggu mereka di depan pintu masuk. Menaruh ponselnya di telinga dan berbicara antusias dengan penelponnya.
"Ya ... kau tau kalau aku memang tampan, tapi kau berlebihan. Aku ada rencana dengan teman-temanku sore ini," ucapnya memainkan tangan dan ekspresi wajah tersanjung.
"Sedang menelpon pacarmu?" Kim dan Mulan tiba-tiba keluar. Richard langsung memberikan wajah mendesis lalu dengan manis menutup panggilannya.
"Sampai jumpa, sayang. Akan kuhubungi lagi nanti."
"Jadi memang benar kau sudah punya pacar?" tanya ulang Kim. Richard lagi-lagi memberikan wajah tak menyenangkan, dengan mudah diartikan sebagai bentuk penolakan untuk menjawab. "Tidak usah menjawab, aku tau kalau pacarmu adalah--"
"La la la la la la! Aku lapar! Bukankah kita mau makan waffle sore ini?!" potong langsung Richard dengan nada tinggi, lagi-lagi membuat Kim maupun Mulan tertawa puas melihat teman laki-lakinya selalu menyenangkan untuk dibuat marah.
"Ya ... kita akan makan," sambung Mulan.
Perjalanan mereka bertiga kembali berjalan dengan tenang dan damai. Sibuk dengan urusan ponsel masing-masing. Dengan Richard yang berusaha mengambil sebuah selfie dan mencari angle yang tepat. Lalu Mulan lebih terlihat bahagia dengan senyum-senyum sendiri saat menggulir layar. Sementara Kim nampak lebih serius menatap ponselnya sambil menggaruk-garuk pelan kepalanya.
"Apa kau tidak punya telinga?!" Sampai suara teriakan yang melentang sampai ke telinga mereka terdengar di belokan koridor. Setelah saling memberi tatapan, Kim berlari lebih dulu untuk memeriksanya.
"Oh tidak lagi ...." Kedua temannya mengikut dari belakang. Dengan Kim yang berhenti di ujung lorong saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Sudah kuduga itu memang dia," ucap Mulan kesal.
Mereka menemukan tiga orang gadis muda dengan dua di antaranya memberikan tatapan tak menyenangkan pada gadis yang satu. Salah satunya yang punya rambut ponytail nampak jadi yang paling tak senang dan memberi sikap mengancam.
"Berani-beraninya kau membelikan Tasya kalung murahan ini. Yang dia inginkan adalah kalung berlian seperti yang kau gunakan kemarin," ucap gadis lain di sampingnya.
"I--Itu bukan kalungku. Itu kalung ibuku. Aku tidak bisa memberikannya padamu."
"Dengarkan aku gadis murahan! Aku tidak peduli itu kalung milik ibumu atau tetanggamu. Jika aku menginginkannya maka aku harus mendapatkannya! Jika kau tidak mau memberikannya padaku, maka dua Minggu lagi kau akan dikeluarkan dari sekolah ini!" Gadis yang dipanggil Tasya oleh orang di sampingnya itu semakin melunjak. Sementara gadis di hadapannya hanya bisa menunduk menghadapi dia.
Mulan yang sudah semakin tidak tahan dengan sigap maju dan berusaha menghentikan kejadian itu, tetapi dengan cepat Kim malah menarik tangannya.
"Ada apa? Apa kau mau melihat Tasya melakukan hal itu lagi dan lagi?"
"Bukan, tapi kurasa sudah ada orang yang tepat untuk mengatasi itu." Kim menunjuk pada gadis lain yang berjalan ke arah keributan. Tidak seperti gadis tertunduk itu, dia dengan santai menarik bahu Tasya. Tanpa perlu memikirkan panjang dia sudah dibalas dengan tatapan tak senang.
"Riana ... bukankah sudah kubilang untuk tidak menganggu urusanku?!"
"Aku tidak menganggu urusanmu. Aku sedang mengurus urusanku," lanjut dia dan membantu gadis tadi. Membisikkan beberapa kata dan mampu membuat dia pergi meninggalkan mereka semua dengan berlari, termasuk mencetak ekspresi senang.
"Terima kasih, Riana!" teriak gadis itu. Mata Kim mengikuti kemana gadis itu pergi yang kebetulan melewatinya, hingga dia kembali ke urusan Tasya dan Riana yang mulai semakin memanas.
"Berhentilah jadi pahlawan, Riana. Tidak boleh ada yang mengalahkan diriku apalagi soal perhiasan di sekolah ini ...."
Celotehnya yang makin panjang dan mengerikan di telinga dengan mudah dibalas Riana dengan putaran mata dan tangan kanan yang terbuka-tertutup mengikuti mulut lawannya.
"Bla bla bla, la la la. Dengarkan aku Tasya yang tidak terhormat. Selama kau masih mengacau di sekolah ini. Aku yang akan menghentikan aksi hinamu itu."
"Apa perlu kuingatkan sekali lagi? Aku adalah anak walikota Radcliff. Tidak ada yang boleh macam-macam dengan--" belum selesai Tasya bicara, Riana malah pergi dengan tenang meninggalkannya. "Aku belum selesai bicara dasar kau--rughhh! Ayo kita pergi!"
Dia akhirnya ikut pergi, temannya itu mengikut dari belakang setelah memberi anggukan cepat. Sementara Kim bisa bernafas lega setelah melihat kejadian tadi.
~~~
Sebuah cafe makanan manis yang terletak di sebuah perempatan kota. Kim dan lainnya akhirnya bisa sampai setelah sempat tertunda menyaksikan anak walikota melakukan aksi bullying yang sebenarnya sudah jadi makanan sehari-hari bagi masyarakat sekolah.
Anastasya Fruktal. Dengan kekuasaan milik ayahnya yang adalah walikota Radcliff, semua orang jadi takut padanya. Sebagai anak tunggal yang sudah dimanjakan sejak kecil, membuatnya sampai sekarang masih bersikap jika apapun yang dia inginkan harus dia dapatkan. Tanpa peduli bagaimanapun caranya.
Semua orang memang kesal karena pola pikir gadis itu yang menyatakan, "semua yang ada di Radcliff adalah milik ayahku dan semua milik ayahku adalah milikku". Namun, tidak ada yang bisa dilakukan selain membiarkannya dan menjauhkan diri dari dia. Ada terlalu banyak resiko jika harus berurusan dengannya.
"Ada apa denganmu tadi? Kenapa kau malah menahanku?!" Saat Kim seharusnya sudah bisa menikmati makanannya, dia terhenti sejenak saat Mulan masih protes soal kejadian tadi.
"Kau tau. Aku bukannya tidak peduli, tetapi berhadapan dengan Tasya tidak pernah berakhir dengan baik," ucap Richard mengambil suara. "Kau harus ingat ada berapa murid yang harus pindah sekolah karenanya, bahkan guru Sosiologi kita harus ikut pergi ke tempat lain."
"Sebenarnya tidak juga. Dia pernah bilang akan membuatku pindah sekolah saat hari Sabtu tiba, tapi sekarang sudah lewat sebelas bulan," pungkas Kim menelan makanannya.
"Tapi Richard benar, Mulan. Apa kau mau itu terjadi? Kita sudah punya Ketua OSIS sebagai satu-satunya orang yang mampu menghadapi Tasya. Itu sudah lebih dari cukup," sambung Kim setuju.
"Tapi setidaknya kita bisa melakukan sesuatu tadi. Bayangkan saja jika Riana tidak muncul," ucap Mulan ikut memasukkan kuenya ke dalam mulut.
"Dia akan selalu datang. Matanya ada di mana-mana. Tambahan dariku, jika dibandingkan Riana, aku hanyalah Liam Kim, laki-laki paling biasa yang pernah sekolah di SMU North Hardin. Aku bahkan tidak seperti Adrian yang terkenal," ujar Kim panjang.
"Jika misalnya aku bermain di film horor, aku dipastikan akan menjadi orang pertama yang mati. Jadi, jika aku menghadapi Tasya, hasilnya sama saja dengan 'mati'," sambungnya lagi.
"Analogi terburuk sepanjang sejarah," bisik Richard sambil memberi Kim tatapan datar.
"Aku tidak mengerti maksudmu, tapi aku yakin alasanmu sebenarnya melarang Mulan bukan karena ada Riana," timpal Richard melanjutkan, menaruh satu tangan sebagai sandaran di atas meja, dan memberi senyuman yang siap mengejek.
Dia kemudian melanjutkan saat Kim sudah mengambil satu sendok waffle lainnya. "Tapi kau menghentikannya karena kau menyukai Tasya," dan makanan Kim terjatuh dari sendok, mulutnya yang sudah ingin makan tetap berada di posisi menganga sembari matanya menatap heran Richard.
"Ha? Kim menyukai Tasya?" tanya Mulan yang juga tidak percaya.
~~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro