23 - Rumah Sesungguhnya
ITU adalah seorang ilmuwan tersohor yang mengejutkan mereka dengan kedatangannya. Prosefor Whittaker. Dia yang telah mengutus Ramirez, mendapatkan kabar atas penyerangan dan segera meluncurkan pesawatnya. Hanya Ramirez dan Mr. Libra Smith yang mengetahui rencana itu, sementara anak-anak lain yang mendengarnya hanya bisa menerima.
Mereka diangkut ke Olvania, sebuah negara lain di benua yang masih sama dengan Adargan. Untuk smenetara ini hingga waktu yang belum ditentukan, mereka akan tinggal di kediaman raksasa milik Profesor Whittaker yang dijadikan rumah pengungsian. Di sana, anak-anak yang terluka mendapat pengobatan dan kebutuhan yang layak. Beberapa dokter juga dipanggil untuk memperbaiki mental yang sebagian besar terguncang. Perlahan, para siswa Haydens itu memulihkan diri mereka.
Musim dingin sudah tiba di penghujungnya, tapi Alphia belum melihat tanda-tanda salju akan berakhir. Dia dari atas balkon, memandangi pekarangan luas yang masih berselimut putih, dengan kolam air mancur beku dan tanaman musim dingin. Alphia merapatkan mantelnya ketika udara dingin berembus, membuat napasnya mengepulkan uap.
Wajahnya masih kusut, ditambah pergelangan tangannya masih sakit setelah terkena tembakan. Matanya sembab, tak pernah ingin berhenti menangis. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri, merutuki segala hal, sebelum Ramirez menenangkannya sampai tertidur. Profesor Whittaker sungguh menciptakan android humaniter itu dengan integritas kemanusiaan yang kuat.
"Hei ... boleh saja bersedih, tapi tidak jika berlarut-larut." Seorang anak laki-laki keluar ke balkon, berdiri di sebelah Alphia. "Kamu tahu? Perjalanan kita masih panjang."
"Aku ... tahu."
"Kamu oke?" Ramirez menatapnya, memindai tingkat emosi Alphia secara detail.
"Entahlah," sahut Alphia seadanya. Dia menghela napas. "Setelah semua ini, aku tidak tahu apakah kata oke masih bisa kita ucapkan."
"Tergantung bagaimana kita menyikapinya," kata Ramirez. "Omong-omong, Tuanku ingin bertemu denganmu. Ayo."
Alphia berbalik, mengikuti Ramirez yang berjalan di depannya sebelum menyambangi langkah. Mereka turun ke bawah, ke ruangan lain yang hangat dengan karpet tebal dan sofa-sofa. Di sana sudah ada Lloyd—yang masih murung. Lalu Ethan, yang sedang mengobrol dengan seorang pria di sampingnya. Alphia mematung.
"Ah, Alphia. Sudah lama tidak bertemu," kata Albert.
"Paman!?" Alphia terbelalak. "Profesor Whittaker!?"
"Albert Whittaker," koreksi Albert. "Kenapa orang-orang sering meninggalkan nama depanku?"
Alphia duduk di salah satu sofa, mengatur napasnya yang tersenggal. "Paman benar-benar harus menjelaskan segalanya."
"Kamu pikir kenapa aku memanggil kalian?" Albert mengulum bibir. "Seperti yang kalian tahu, aku mengutus Ramirez ke Haydens untuk melacak organisasi terlarang yang kembali tumbuh. Karena, percaya tidak percaya, ternyata mereka telah menguasai satu kota Scramton. Kota itu bukan lagi markas rahasia pemerintah Adargan—kita sungguh telah ditipu. Sebenarnya, Haydens sudah lama tidak menjadi akademi militer terbaik, lantaran dibuat sebagai perangkap untuk anak-anak."
"Memang mengerikan, bahwa kalian selama ini dididik menjadi kuat hanya untuk dibunuh dan dijadikan bahan penyembahan." Albert menyesap kopi panasnya. "Aku saja tak pernah mengira ada organisasi yang semacam itu."
"Buruk sekali," Alphia merinding, "tapi, bukankah Ayah yang menyuruhku ke sana?"
"Oh, bukan," sanggah Albert. "Marshall hanya mengarahkanmu ke rumahku, ingat? Dia tak pernah benar-benar memintamu menjadi prajurit Adargan."
Alphia tercengang. Apakah selama ini dia hanya terputar-putar dalam spekulasinya sendiri? Itu amat sangat mengecewakan. "Aku tidak tahu," lirihnya.
"Aku minta maaf jika melakukan hal yang membahayakan kalian. Dan tentang Arietha, aku sama sekali tidak mengetahui itu. Dia belum datang ke rumah, tiba-tiba ada di Haydens. Ramirez yang melaporkannya, membuatku kaget," pungkas Albert.
"Tapi, apa kami akan tetap dilatih sebagai prajurit Adargan?" tanya Lloyd yang akhirnya bersuara. "Haydens sudah hancur."
"Dengan atau tanpa Haydens, kalian adalah prajurit." Seseorang tahu-tahu datang bergabung. Mr. Libra Smith memandang mereka. "Kalian telah dilatih sedemikian rupa. Akan sangat disayangkan jika kemampuan kalian terkubur tanpa esensi jelas. Sekarang, tinggal kalian yang memutuskan: akan berdiri untuk membela siapa?"
Anak-anak itu bergeming.
"Adargan masih terjajah," kata Alphia. "Ada banyak penduduk yang butuh untuk diselamatkan. Mereka yang dipaksa sebagai militer intermiran, yang dijadikan budak, atau yang hanya mendapatkan penindasan."
Alphia menengadah, menatap teman-temannya. "Kita harus bebaskan Adargan."
Mereka termenung, mendalami ucapan Alphia. Mengingat dia satu-satunya gadis di sana, namun memiliki tekad yang besar dan kokoh. Tentu para anak laki-laki tidak ingin kalah semangat darinya.
Ethan mengangguk. "Kita akan."
"Jadi, kami akan masih melanjutkan pelatihan?" Lloyd beralih kepada Mr. Libra Smith.
Pria itu tersenyum teguh. Dipandanginya para siswa terbaik yang dia punya saat ini, lalu membuat keputusan. "Tentu saja. Meski pengurus Haydens sebagiannya buruk, tapi bukan itu inti dari Haydens sendiri. Dia adalah tempat bagi para remaja untuk dididik menjadi kekuatan terbaik. Dan kalian, anak-anakku, adalah bukan lagi calon prajurit Adargan."
"Kalian sudah menjadi mereka."
[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro