00 - Gehenna di Festherchapel
"Aku janji, perang akan berakhir dan kita bisa bersama lagi. Mama, Papa, kamu dan aku. Kita pasti pulang."
MALAM musim dingin menyelimuti Adargan ketika salju pertama di bulan Desember jatuh. Pada salah satu metropolis kebanggaannya, yang dahulu pernah mencapai taraf kemakmuran terbaik, sekarang hancur menyisakan reruntuhan. Seperti metropolis mati, yang pada setiap jalanan dan gangnya tentara android berpatroli.
Festherchapel tidak secemerlang ketika ia pertama berdiri, karena pesawat tempur Endsburg menutup nyaris seluruh langit. Tidak seramai ketika Festival Aeronaut tahunan, karena nyaris separuh penduduknya telah dibantai. Mereka yang masih akan dijadikan militer intermiran, terpaksa mendekam dalam penjara-penjara yang sebentuk kontainer raksasa. Yang kata para komandan tentara android adalah Gehenna. Tersebar di sepenjuru pengasingan tiap-tiap metropolis di Adargan yang penuh nelangsa dan ratapan. Namun, pada salah satu petak di penjara bagian Utara Festherchapel, justru tidak terdengar sedikit pun rintihan.
Hanya ada keheningan di sana, di antara petak lain dalam penjara itu yang penghuninya meraung frustrasi.
Mereka, dua anak perempuan itu, duduk meringkuk dalam petak yang berseberangan dan terhalang jeruji listrik. Keduanya tampak seperti lukisan abstrak tentang seorang anak pemurung yang bercermin, sebab mereka serupa dari segala arah. Dari rambut bergelombang pirang abu yang sekusut jiwa mereka sekarang. Mata biru penuh tekanan dan kian pudar. Kening yang terus mengerut, berpikir tentang segala hal seperti benang terpintal sebelum kehabisan harapan. Pertanyaan terbesarnya adalah, kenapa?
"Kenapa harus kita?" salah satu dari mereka bersuara serak. "Ada banyak negara. Kenapa harus Adargan?"
Saudarinya meletakkan telunjuk di depan bibir, melirik ke sudut plafon yang dipasangkan kamera pengintai.
"Biarkan saja. Aku memang mau didengar. Mereka harus tahu penderitaan kita--harus tahu betapa biadabnya mereka."
"Tapi--"
Tak sampai semenit, petak tempat anak perempuan itu berpijak mendapatkan getaran setrum. Dia memekik kesakitan, melompat ke atas dipan besi yang tidak ada bedanya. Namun, seperih apa pun yang dia rasakan, tidak akan pernah dia tunjukkan lewat air mata. Tidak selama saudarinya sedang melihatnya. Dia hanya perlu bertahan sedikit lagi, sampai babak setrum berhenti setelah tiga kali getaran. Menjadikannya jatuh bersimpuh dengan pundak terguncang dan tersenggal.
"Jangan lakukan itu lagi. Aku tidak sanggup melihatmu tersiksa ...."
"Aku baik-baik saja."
"Kamu tidak baik-baik saja. Aku merasakannya."
"Tidak, kamu tidak bisa merasakannya. Itulah kenapa aku berani melakukan ini."
Saudarinya menatap nanar dari seberang, merutuki dirinya sendiri yang tak mampu berbuat apa-apa. Dia sudah berusaha mencegah, tapi mau bagaimana lagi? Anak perempuan itu sangat keras kepala. Dia takut, tabiat itu suatu hari nanti dapat menjerumuskan saudarinya kepada hal yang tak pernah diinginkan.
Tidak. Jangan pernah.
Dia tahu, saudarinya hanya berusaha kuat. Dan anak-anak di petak lain masih menangis, kecuali mereka yang sudah cukup dewasa untuk menghadapi musibah seberat ini. Terpisah dari keluarga. Terkurung dalam kontainer-kontainer raksasa yang tidak seperti namanya--Gehenna--ia lebih beku dan remang ketimbang panas dan terik. Bahkan sorot lampu di tengah ruangan itu akan mati saat tiba periode tertentu. Meninggalkan mereka hanya dalam keadaan gelap dan ketakutan.
Jelas semua anak membalur hatinya dengan gemuruh, termasuk anak perempuan itu. Dia meremas genggaman, diam-diam menatap sebuah emblem besar yang terpatri di atas lempengan logam: dipajang di tengah-tengah penjara. Angkuh, rumit dan mengerikan. Sebuah emblem keji yang mengawali segala mimpi buruk di seluruh Adargan.
Dan sekarang, Festherchapel sudah dapat giliran.
[]
April, 30 2021
Airu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro