Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19). Mid-test Results

The moment I'm with you, the moment I'm carving you in my heart. -L.L.

*****

Krisna menatap puas hasil Ujian Semester Ganjil, tetapi harus mendecak kesal ketika mengetahui kalau urutan rankingnya masih berada di bawah nama Ferdian Michiavelly.

"Kenapa mendecak begitu?" tanya Virga kepo, meletakkan sebelah lengannya di salah satu bahu Krisna, lantas ikut mengecek namanya dalam daftar yang ditempel di papan pengumuman bersama murid-murid seangkatan lainnya.

"Gue selalu gagal paham," keluh Krisna, menatap sedih namanya yang berada dalam urutan kedelapan di antara deretan nama yang diurutkan dari tingkatan tertinggi ke terendah per angkatan kelas sesuai jurusan masing-masing. "Kenapa gue selalu di bawah si kampret itu? Gue kira setelah jadi bucinnya Luna, nilai dia bakal menurun drastis atau apa."

"Ranking lo urutan kedelapan dan lo masih nggak puas?" tanya Virga dengan tatapan seakan Krisna adalah orang tersinting sedunia. "Gue aja bangga sama hasil gue."

"Emang lo ranking berapa? Naik banyak, ya?"

"Justru itu. Nggak naik dan juga nggak turun. Itu tandanya gue berhasil mempertahankan ranking gue dengan sangat baik, sama kayak tahun lalu dan tahun yang lalu-lalu juga. Ranking 100. Nomor cantik, kan?"

Krisna mendadak menyesal karena telah bertanya, terlihat dari ekspresi datarnya. Ekor matanya tepat pada saat itu berpapasan dengan mata milik Ferdian yang sepertinya baru selesai mengecek nilainya sendiri.

Ferdian tersenyum miring, jelas dia membanggakan rankingnya yang lebih unggul dari Krisna.

"Gue ranking tujuh, hebat kan gue?" pamer Ferdian dengan sengaja. "Dan lo selalu di bawah gue."

Krisna baru saja hendak mengeluarkan umpatan level terpedas yang bisa diucapkannya ketika tiba-tiba saja Elina mendekati mereka dan melipat kedua lengan di depan dadanya dengan gaya sok. "Ibarat di atas langit masih ada langit, kalian nggak usah belagu deh. Gue yang ranking lima aja nggak pamer!"

"Itu namanya apa coba kalo bukan pamer?" tanya Krisna tidak terima yang lantas ikut melipat lengannya, mengejek gaya Elina sekarang. "Lo sama aja belagunya sama kami!"

"Enak aja ya, gue nggak belagu!" protes Ferdian sinis. "I know I'm more awesome than you. Tanpa perbandingan pun semua juga tau kalo gue lebih unggul dalam semua aspek."

"Dasar sombong!" hina Krisna dengan kerutan di alisnya.

"Yang penting ganteng!"

"Gue juga ganteng!"

"Masih kalah dari gue!"

"Lo!" hardik Krisna emosi. Tubuhnya segera ditubrukkan ke arah Ferdian, mempersempit jarak di antara mereka. "Mau adu jotos? Hayok!!!!"

"Alahhh mentang-mentang kalah sekarang mau adu fisik ceritanya? Ayo!!! Siapa takut?" tantang Ferdian tanpa sedikitpun rasa gentar. Cowok itu malah membalas pelototan Krisna dengan tatapan meremehkan.

"Apa-apaan kalian?" tanya Elina yang gagal paham dengan aksi mereka yang tiba-tiba saja saling mengajak perkelahian. "Ini sama sekali nggak lucu!"

Sayangnya, baik Ferdian maupun Krisna mengabaikan Elina seakan hardikan darinya tidak pernah ada. Lantas, keduanya saling meremas kerah seragam mereka satu sama lain, dengan kedua netra mereka yang saling mengunci dengan tatapan mengintimidasi seakan mereka sedang bermain adu tatap-tatapan yang mana mengerjap duluan akan dinyatakan kalah.

Elina memang tidak bisa melerai mereka karena kalah dalam adu kekuatan sehingga cewek itu refleks merasa lega ketika melihat Virga mendekati area pertunjukan gratis di mana sekelompok murid telah mengerumuni mereka, membentuk lingkaran dengan duo Ferdian-Krisna sebagai pusatnya.

Alih-alih melerai, mereka malah menikmati pertunjukan ini. Bahkan Virga yang Elina harapkan untuk memisahkan atau setidaknya menghentikan mereka, tidak kunjung mengambil tindakan.

Virga malah mendekati Elina lantas berkata, "Menurut lo siapa yang menang? Gue rasa Krisna lebih powerful deh."

"Lo bukannya ngelerai mereka malah ngedukung! Gimana, sih? Kalo guru killer dateng trus hukum mereka, gimana? Luna sama Nara ke mana?"

"Namanya murid teladan, mungkin lagi dipuja-puja sama Pak Yunus," jelas Virga yang kelihatan tidak peduli saking semangatnya menyaksikan duel Krisna dan Ferdian, membuat Elina sukses memutar bola matanya dengan kesal.

"Trus gimana sekarang? Kalo mereka sampai saling tinju beneran, gimana?"

"Lo tenang aja. Meski mereka keliatan kayak mau saling gigit, tapi mereka masih sesayang itu sama peraturan sekolah. Lo liet aja ranking mereka. Murid teladan banget, kan?"

"Tapi, Vir—–"

"Lo saksikan aja sendiri."

Tepat seperti yang diprediksi oleh Elina, kerumunan yang semula mengelilingi mereka sekarang telah dibuka aksesnya oleh salah satu guru yang cewek itu kenal sebagai guru yang mengajar adik kelas mereka.

Sayangnya, guru tersebut adalah guru killer di SMA Berdikari, mungkin guru ter-killer di antara guru killer lainnya.

"Apa-apaan ini?" tanya Bu Naura dengan aura berbahayanya, sukses membuat kabur semua yang sempat mengerumuni Ferdian dan Krisna pada detik itu juga.

Elina lantas melirik Virga dengan tatapan menuduh, sementara ekspresi Virga terlihat santai saja seakan Bu Naura sedang mengajak bercanda.

Ferdian dan Krisna tampak terkejut dan sekilas terlihat mawas diri. Elina mengira riwayat keduanya bakal tamat saat itu juga namun ternyata cewek itu salah besar. Seakan telah bertukar telepati secara diam-diam, baik Ferdian maupun Krisna mengulurkan lengan mereka hanya untuk saling merangkul pada bagian pundak satu sama lain.

Keduanya juga kompak menunjukkan cengiran mereka dan bersikap seakan adu jotos tadi tidak pernah eksis.

Elina tidak hanya kaget dengan pemandangan ini tetapi juga merasa cukup risih dengan skinship mereka. Gimana ya, antara cowok sama cowok yang saling merangkul seperti itu kelihatan....

"Nggak jadi berkelahi rupanya?" tanya Bu Naura dengan sebelah alis terangkat. "Kalian bisa aja ngeles karena kehadiran saya. Setelah ini saya nggak akan biarkan kalian ngeles lagi. Sebaiknya hati-hati, Krisna Pramudya dan Ferdian Michiavelly."

Bu Naura melirik name tag mereka selagi memanggil nama mereka, tetapi gaya guru killer tersebut tampak begitu elegan sehingga kesannya beliau mengucapkannya atas dasar menghapal, bukannya membaca begitu saja.

Memang ya, yang namanya guru killer ya gitu. Punya aura tersendiri yang memberikan kesan keren.

Duo Ferdian dan Krisna masih saja menunjukkan 'kemesraan' mereka untuk meyakinkan Bu Naura selagi Krisna berusaha mencubit pinggang Ferdian dari belakang yang juga dibalas oleh cowok itu. Meski mengundang kecurigaan karena keduanya tampak seperti cacing kepanasan, pada akhirnya Bu Naura meninggalkan mading tanpa mengatakan apa pun lagi.

Sepasang bromance lantas segera melepaskan diri mereka dengan tatapan penuh jijik sementara Virga menatap Elina yang jika diterjemahkan menjadi; tuh-kan-gue-bilang-apa.

Luna dan Nara bergabung tidak lama kemudian tetapi sayangnya mereka telah menyaksikan keintiman keduanya dari kejauhan.

"Kayaknya gue liat ada yang bermesraan deh," celetuk Nara dengan tatapan nakal, membuat baik Ferdian maupun Krisna membuang muka mereka ke arah yang berlawanan. Tindakan tersebut memancing Luna tertawa lepas.

"Katanya benci sama suka itu beda tipis. Gue yakin ini juga berlaku buat mereka," timpal Virga dengan gaya mengemukakan hipotesanya lagi, dengan tangan yang mengelus dagunya dengan serius.

"Enak aja!" hardik Ferdian tersinggung. "Gue udah punya pacar, sori-sori aja ya!"

"Sembarangan!" hardik Krisna tidak mau kalah. "Gue bukan pecinta sesama loh ya! Gue normal, kali!"

Keduanya lantas bertatapan jijik lagi, lengkap dengan tubuh mereka yang gemetaran karena bergidik ngeri.

"Kalian ke mana aja tadi? tanya Elina, memutuskan untuk mengabaikan mereka. "Yoga juga ikut kalian?"

Karena sewaktu Nara dan Luna mendekat, Yoga menyusul mereka dari belakang.

"Pasti nilai kalian bertiga terlalu memuaskan sampai-sampai Pak Yunus terharu," celetuk Virga, mengabaikan tatapan Elina yang menatapnya dengan tatapan mencela sekarang.

Ketiganya lantas mengangguk, sementara Ferdian memilih untuk menjauhi Krisna sejauh mungkin dengan mendekatkan diri pada pacarnya.

"Yuk, balik ke kelas."

Luna mengangguk. Lantas selepas kepergian mereka, Krisna mendekati Elina dengan tatapan penuh simpatik. "Kalo mau nangis, nangis aja. Bahu gue lumayan empuk, loh."

Tetapi Elina mengabaikannya, membuat cowok itu kesal. "Hei!! Lo emang nggak ada akhlak, ya! Untung lo cakep, jadi masih bisa gue maafin. Hei!!!! TUNGGU GUE!"

Virga sementara itu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi datar, lantas menoleh pada Nara. "Ternyata bener dugaan gue. Krisna sukses jadi bucin."

"Nggak usah maling teriak maling. Lo juga gitu!" balas Nara dengan tatapan meledek. "Balik ke kelas, yuk."

"Hayuk! Eh, Ga. Mumpung perjalanan ke kelas masih lama, tethering bentar, ya? Gue gabut nih!"

Seperti yang sudah-sudah, kepala Virga lantas dihadiahi pukulan di puncak kepalanya oleh Nara, membuat cowok itu mengaduh kesakitan sementara Yoga menatap mereka dengan cengiran lebar.

"It hurts, Babe! You've already known clearly that I'm really hate when someone hit my head like that!"

"But I'm not someone, I'm your girlfriend, right?" balas Nara santai, melenggang dengan bergaya dalam perjalanannya menuju kelas. "So, I know I'm that special."

"Hmm... yahh bener juga, sih." Virga akhirnya memilih pasrah.

Bersambung

Author's Note

Ada yang kenal sama Bu Naura? Kalau kalian sebelumnya baca cerita saya yang judulnya 'My Zone is You' pasti bakal paham sama nama yang nggak asing lagi (walau sebenarnya ceritanya sama sekali nggak terkait, saya hanya menghadirkan perannya saja sebagai cameo). Buat kalian yang belum ngeh, nama sekolah mereka sama—–SMA Berdikari.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro