Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17). Being Discovered

When I said that I love you unconditionally, it means that I will always love you until my last breath. -L.L.

*****

Pintu apartemen Ferdian dibuka dari luar setelah sebelumnya terdengar bunyi khusus tanda akses pintu dibuka oleh seseorang, membuat pemiliknya tersenyum lebar seperti anak kecil yang sedari tadi menunggu kepulangan orang tua kesayangannya.

Kenyataannya yang masuk ke dalam bukanlah mama atau papanya, melainkan Luna yang sudah mengetahui kata sandi apartemennya.

Luna membawakannya bekal makan siang seperti biasa. Cewek itu lantas menghampiri Ferdian yang segera meletakkan ponselnya di atas meja kaca begitu saja.

"Gue udah makan. Ini porsi lo," kata Luna menjelaskan sembari meletakkan tas bekal di meja kaca dekat ponsel milik Ferdian.

"Jadi ceritanya lo mau suapin gue?" pancing Ferdian dengan nada nakal, membuat Luna memutar bola matanya jengah meski dia juga tersenyum lebar. Setidaknya sindrom kepiting rebus tidak kambuh lagi.

"Lo bukan bayi gede."

"Tapi gue baby-nya lo."

Oke, fix. Sepertinya Luna harus meralat pernyataannya. Gejala sindrom kepiting rebus masih eksis rupanya.

"Kayaknya gue balik aja, ya? Mau nonton teaser The Boyz soalnya."

"Oh. Lebih penting dari gue?" Ferdian mendadak ngambek.

Luna tertawa. Yes! Strateginya berhasil. "Bercanda kok. Soalnya lo kalo gombalin gue nggak kira-kira, kesannya jadi nggak adil karena gue yang tersipu tapi sama sekali nggak berefek ke lo."

Ferdian memasang ekspresi puas lantas membuka isi tas bekal dan berkata, "Kalo mau streaming teaser-nya, di sini aja. Kuota gue unlimited, kok."

"Pamer ceritanya?" ledek Luna. "Tapi boleh juga. Kebetulan gue nggak bawa hp."

Luna mengambil ponsel Ferdian yang tergeletak di meja kaca dan membuka aplikasi YouTube untuk mencari video teaser terbaru The Boyz yang dirilis hari ini.

Keduanya tidak berinteraksi untuk sementara karena Ferdian sibuk dengan makanannya sedangkan Luna sedang serius menonton teaser sambil sesekali memasang ekspresi takjub dan kagum dengan koreografi mereka.

Namanya juga teaser, durasi videonya tidak memakan waktu yang lama sehingga Luna berpikir untuk melihat-lihat isi galeri Ferdian untuk mengecek foto terbarunya. Meski kelihatan tsundere dari luar, cowok itu sebenarnya suka mengambil foto selfie.

Ya sudahlah ya, namanya juga ganteng. Wajar saja kalau mengagumi visual sendiri.

Jempol Luna hendak memilih icon galeri namun jarinya tidak sengaja menekan icon pesan alih-alih icon galeri karena letak keduanya yang berdekatan.

Luna memilih perintah back, tetapi ada sesuatu yang membuatnya mengurungkan tindakannya.

Karena salah satu list pesan di dalamnya menarik perhatian Luna dengan begitu kuat.

Sebenarnya Luna tidak merasa cukup layak untuk membuka privasi Ferdian, tetapi isi pesan yang tereskspos sebagian di sana membuat cewek itu mengingat percakapannya dengan Orion semalam.

"Jadi, Kakak udah tau alasan sebenarnya kenapa Kak Iyan nggak mau resmikan hubungannya sama Kakak, kan?"

Luna saat itu teringat kalau Ferdian sempat ingin menjelaskan semuanya sepulang Leadership Camping di sekolah tetapi dicegah duluan olehnya.

Luna mengira alasan sebenarnya adalah karena Ferdian belum yakin dengan perasaannya sendiri.

Tetapi dari nada bicaranya Orion, sepertinya ada sesuatu yang lain.

"Iya. Tapi lo kok bisa tau?" Luna memutuskan untuk berpura-pura tahu segalanya.

"Aku udah lama tau, Kak. Cuma aku udah terlanjur bersumpah sama Kak Iyan kalo sampai kapan pun Kak Luna nggak boleh tau kebenarannya. Kak Iyan kasian banget padahal Kak Iyan juga udah lama suka sama Kakak. Yang aku tau malah kayaknya Kak Iyan yang suka duluan sama Kakak."

Luna seketika merasa ingin terbang mendengar hal itu, tetapi di sisi lain dia juga penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Yang penting sekarang udah selesai kan masalahnya?"

Orion mengangguk. "Iya, Kak. Aku lega. Makanya aku mau nanya Kakak. Jadi Kak Iyan udah nolak Tante Helen ikut ke Bandung, kan? Aku yakin kalo Kak Iyan udah nolak keinginannya Tante Helen setelah memutuskan mau pacaran sama Kakak."

Luna seperti mendengar ada yang bergemuruh di dalam dadanya ketika mendengar semua penjelasan dari Orion.

"Kalo menurut kamu, kalo kamu jadi Ferdian, keputusanmu kayak gimana?" Luna memasang ekspresi seakan apa yang didengarnya bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Pemandangan di luar jendela kamarnya menjadi titik fokus yang jauh lebih menarik perhatiannya daripada menatap balik sepasang mata milik Orion. Entahlah, cewek itu mungkin hanya berjaga-jaga kalau-kalau adiknya bakal curiga jika menatap langsung ke matanya.

"Berat banget, Kak. Makanya aku salut sama Kak Iyan. Satu sisi dia suka sama Kakak tapi di sisi lain sebenarnya status Kak Iyan itu anak broken home karena Tante Helen dan Paman Danny udah pisah. Kakak nggak bakal tau kebenaran yang sebenarnya karena orang tua Kak Iyan bisa menutupinya dengan sangat baik. Yang aku tau, Tante Helen yang selama ini mempertahankan status keluarganya. Jadi karena hal itu, Tante Helen lebih memilih ngejar Paman Danny dan secara nggak langsung mengabaikan Kak Iyan. Kak Iyan pernah ngaku kalo dia bersyukur banget bisa berhubungan baik dengan kita karena kita peduli banget sama dia. Kakak tau sendiri kan kalo Mama sayang banget sama Kak Iyan."

Tangan Luna tergerak untuk membaca pesan yang ada dalam pesan Ferdian pada akhirnya, mengabaikan suara hatinya yang melarangnya untuk membuka privasi pacarnya. Meski rasa bersalah sekarang mendominasi cewek itu, dia merasakan firasat aneh yang lantas mendorongnya untuk membaca isi pesan tersebut.

Setidaknya, Luna ingin melakukan yang terbaik sebagai pacar Ferdian.

Tampilan pesan yang dipilih Luna lantas terbuka, mengekspos semua percakapan antara Helen dengan Ferdian. Isi chat-nya tidak banyak dan bisa dibilang cukup singkat, tetapi Luna telah memahami makna yang sebenarnya.

Dari : Mama
Yan, apa kamu udah pertimbangkan tawaran Mama?

Kepada : Mama
Maaf, Ma. Aku nolak.

Dari : Mama
Kenapa, Yan? Mama hanya punya kamu. Biarkan Mama menebus peran mama sebagai seorang ibu.

Kepada : Mama
Bukankah tanpa aku, Mama bisa jalani kehidupan Mama sendiri dengan normal? Stop being a mother, karena aku udah terbiasa hidup sendiri. Dan juga, aku udah bahagia dengan kehidupan aku yang sekarang.

Dari : Mama
Yan, plis. Mama mohon sama kamu. Dan juga, ada kabar buruk. Perusahaan Kakek kamu sedang tidak stabil. Mama mengharapkan kamu di sisi Mama.

Tidak ada balasan lagi setelahnya. Jelas, Ferdian tidak mau menuruti keinginan Helen untuk ikut ke Bandung bersamanya.

"Kenapa, Na? Kok serius amat?" tanya Ferdian, sukses membuat Luna tersadar dan terlonjak dari duduknya di sofa.

Ferdian refleks tertawa. "Lo kenapa? Keenakan nonton teaser, ya? Untung mereka idola Korea, karena kalo mereka nyata, gue nggak bakal lepasin lo."

"Walau mereka idol, mereka tetap nyata dong, Yan. Lo kira mereka tokoh kartun?" balas Luna, sementara dia mengembalikan tampilan ponsel Ferdian ke tampilan home secara diam-diam. "Lo udah selesai makan?"

"Udah. Telat lo, baru tau."

"Ya udah. Aku balik ya?"

"Lo ke sini bukan untuk ngawasin gue makan loh ya, dan lo nggak digaji."

"Ck. Jadi lo mau apa?" tanya Luna kesal sembari membereskan tempat bekal yang sudah kosong ke tasnya kembali. Gerakannya terhenti karena dihalangi oleh Ferdian.

Alih-alih membantu Luna membereskan tempat bekal yang masih berantakan, Ferdian malah menarik tangan yang digenggamnya dengan sekali sentakan sehingga tarikannya memaksa cewek itu untuk bangkit dari sofa dan bagian bokongnya berakhir di atas salah satu paha Ferdian.

"Lo ngapain?" tanya Luna yang masih belum terbiasa dengan skinship yang mendadak ini.

Ferdian tidak menjawab, lebih memilih untuk menarik Luna ke dalam pelukan meski kesannya tubuh cewek itu menjadi lebih tinggi karena dia duduk di atas pahanya.

Luna mengerti mengapa Ferdian bersikap manja seperti itu. Durasi pesan tadi belum lama diterima, dan cowok itu pasti merasakan luka dalam batinnya.

Maafin gue, Yan. Gue nggak tau soal luka lo. Gue malah membebani lo dengan mengatakan suka sama lo.

Luna mengulurkan tangannya dan membalas pelukan dari Ferdian, mengeratkan pelukan tersebut lebih dari sebelumnya.

"Thanks, Na, buat kesanggupan lo untuk bertahan di sisi gue," bisik Ferdian pelan meski pelukannya tidak melonggar sedikit pun.

"Meski lo nggak balik suka sama gue pada akhirnya, gue udah membulatkan keputusan gue jauh sebelumnya. Mau tau kenapa? Karena cinta gue sejenis cinta tanpa syarat."

"Tanpa embel-embel diskon atau tebus murah ya maksud lo?" tanya Ferdian yang tidak tahan untuk tidak jahil.

"When I said that I love you unconditionally, it means that I will always love you until my last breath."

Pelukan super erat dari Ferdian menjadi jawaban atas pernyataan romantis Luna saat ini.

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro