Chapter 2 : Keputusan Yang Berat
.
.
.
.
.
I'M Become A Boy
A Story By @SitiaraPelmansyah
Happy Reading
.
Kebohongan yang ditutupi oleh kebohongan lainnya
Gisha masuk ke kamarnya dalam keadaan lelah sehabis tidur di rumah sakit menemani mamanya menjaga Gishi yang koma.
"Capeknya," gumamnya. Sekarang ini, dia dan mamanya pulang untuk beristirahat dan digantikan papanya.
Tanpa sadar, gadis itu sudah tertidur.
Malam harinya, ia terbangun karena ada yang mengedor pintu kamarnya.
"Ada apa, ma?" tanyanya setengah sadar.
"Cepat kamu mandi! Mama yakin, kamu belum mandi kan!" seru mamanya sembari mengedor pintu kamarnya lagi.
"Iya! Iya!" serunya lalu bangkit dari tidurnya dan langsung melepaskan seluruh pakaiannya dan pergi ke kamar mandi.
"Kalau sudah siap, kamu segera ke bawah!" perintah mamanya yang langsung pergi dari depan kamar Gisha.
Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju lemarinya untuk berpakaian.
Setelah dirinya telah siap. Gisha langsung bergegas ke dapur untuk makan, tanpa ia bereskan pakainnya yang berserakan di kamar itu.
Di saat Gisha sedang makan, mamanya naik ke atas untuk membereskan kamar putrinya yang berantakan seperti biasa.
"Astaga! Kamarnya berantakan seperti biasa, bahkan kamar Gishi lebih baik daripada kamar Gisha karena kamar ini seperti kapal pecah!" keluh mamanya yang mengambil pakaian Gisha yang berhamburan di lantai, kasur, dan sofa kamar. Wanita yang masih awet muda itu mengambil sebuah keranjang di kamar Gisha, lalu memasukan seluruh pakaian Gisha ke keranjang itu dan langsung keluar kamar.
Gisha kembali setelah dirinya kenyang. Ia tersenyum melihat kamarnya sudah bersih dan rapi. Itu artinya, mamanya datang ke kamarnya dan membereskan pakaiannya. Mamanya memang selalu ter best!
"Mama memang terbaik!" seru Gisha.
Tiba-tiba Gisha terdiam, dia sepertinya melupakan sesuatu. Gadis manis berbando pink itu menatap sekeliling meneliti apa yang dia lupakan.
Gisha pov
"Apa yang gue lupakan ya?" batin gue.
Gue mencoba mengingat-ngingat apa yang Gue lupain. "Dompet? Ponsel?" tapi Gue lihat kedua benda penting Gue itu di atas meja. "Pasti mama yang naruh di situ, soalnya terakhir kali Gue sampai kamar itu langsung tidur. Gak lagi mikirin apa-apa selain istirahat,"
"Kalau bukan dompet sama ponsel, lalu apa yang Gue lupain?" Gue mulai mengingat kejadian semalam. Kali aja berhubungan sama benda apa yang Gue lupain sekarang.
Gw mengingat kalau papah ngasih tiket untuk pergi ke asrama...
'ASTAGA DRAGON! Gue lupa nyimpan tiket yang diberikan papa kemarin malam! Ke mana tuh tiket!' batin Gue panik. Dengan segera, Gue nelusuri seluruh kamar untuk menemukan secarik kertas kecil berwarna pink itu.
'Tiket itu harus dapat! Kalau gak, mati gue!' gue bener-bener panik
"Tiket itu terakhir ada di pakaianku. Sekarang, pertanyaannya kemana pakaianku?!" seru gue panik. Iya, benar! Tiket itu ada di pakaianku.
Itu berarti, mama membawanya! Dengan segera, aku berlari menuju tempat mama biasanya mencuci pakaian.
Setelah sampai di sana, gue melihat mama berdiri di depan mesin cuci yang sudah menggiling pakaian.
"Mama!" seru gue membuat mama kaget.
Gisha end pov
"Ada apa, nak? Kau membuat mama jantungan!" mama memegang dadanya sembari menatapnya tajam.
Gisha mendekat pada mesin cuci dan melihat pakaian yang berada di dalam itu sudah berputar dan menyatu.
Gisha menatap mamanya. "Ma. Matikan mesin cucinya," pinta Gisha membuat mamanya bingung.
Satu alis mamanya terangkat. "Kenapa?"
Gisha memasang wajah sangat ketakutan. "Tiket asramaku masih ada di kantong celanaku mama," mata mamanya Gisha terbelalak. Dengan cepat, ia menghentikan mesin cuci dan mengabrik-abrik pakaian untuk mencari pakaian Gisha tadi.
Gisha menatap mamanya yang sedang mencari pakaianya dengan khawatir, ia melihat air sabun di mesin cuci sampai terciprat ke lantai.
Akhirnya mama Gisha berhasil menemukan celana Gisha, tetapi sayangnya mereka tidak dapat menyelamatkan tiket itu. Kertas yang berukuran kecil berwarna pink itu sudah hancur terkena air. Keduanya saling tatap dan ketakutan.
🌻
Gisha sedang berjalan mondar mandir di depan tv, sementara mamanya duduk di sofa sembari menggigit jarinya cemas.
"Ma, gimana nih! Tiketnya udah hancur!" seru Gisha.
"Mama juga gak tahu,"
"Bagaimana kalau papa sampai tahu?" Gisha dan mamanya saling tatap.
"TIDAK!" seru mereka secara bersamaan. Jika sampai papa tahu, maka bukan hanya Gisha yang mendapatkan masalah tapi juga mamanya. Karena keduanya sama bersalahnya. Gisha yang teledor dan mamanya yang kurang memperhatikan.
Mereka tahu bagaimana Tuan Wijaya marah, dia marah itu bagaikan Hulk. Apapun yang berada di depannya pasti dibanting. Orang yang bersalah baik itu keluarga ataupun orang asing dia tidak perduli. Gishi bahkan pernah mendapatkan tamparan Tuan Wijaya karena telah melanggar banyak peraturan.
Dan mereka berdua tidak ingin mendapatkan hal yang sama seperti Gishi.
"Aduh! Ma, gimana dong!" rengek Gisha pada mamanya.
"Bentar, mama juga sedang memikirkan solusi dari masalah ini!" seru mamanya yang sedang tegang.
Gisha menutup matanya. 'Coba saja, papa tidak membatalkan tiket asrama Gishi. Maka aku akan menggantikannya.' batin Gishi.
Mata Gisha terbelalak saat ia sudah menemukan solusinya.
"Mama!" seru Gisha membuat mamanya menatapnya.
"Ada apa?"
"Aku sudah menemukan caranya," ucap Gisha membuat mamanya senang.
"Apa caranya?"
"Bagaimana jika aku menggantikan Gishi pergi ke asrama?" jawaban Gisha membuat muka mamanya yang tadinya ceria berubah mendung.
"Nak. Kau tahu kan itu berbahaya, di sana hanya ada laki-laki!" nasehat mamanya.
Gisha mendekati mamanya dan mengambil tangan mamanya bermaksud untuk menenangkannya. "Kita tidak ada pilihan lain mama. Kita tidak punya solusi lainnya lagi,"
"Baiklah, mama akan mendukung keputusanmu."
🌻
"Jadi, kamu mau menggantikan Gishi untuk pergi ke asrama laki-laki?" tanya papanya menatap Gisha yang duduk di sofa seberangnya.
Saat ini, mereka sedang duduk di ruang tamu.
Gisha mengangguk. "Iya, pa. Aku ingin menggantikan kakak masuk asrama hingga dia sembuh," ucapan Gisha membuat papanya terkejut.
"Really? Lalu, bagaiamana dengan sekolah asramamu?" pertanyaan sang papa membuat Gisha dan mamanya menjadi cemas.
"Itu tidak masalah pah, yang penting sekarang itu sekolah asrama Gishi kan?" Gisha berharap papanya mau menerima keputusannya ini.
Ia melihat papanya sedang berpikir. Gisha menatap mamanya yang duduk di samping papanya. Mama Gisha menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu apa yang dipikirkan oleh suaminya itu.
Papanya menatap putrinya itu dengan tajam membuat Gisha tegang.
'Kira-kira apa yang dipikirkan oleh papa?' batin Gisha.
"Baiklah," satu kata dari papanya membuat Gisha dan mamanya terkejut.
"Kamu akan papa izinkan untuk menggantikan Gishi," ucap papanya membuat Gisha tersenyum senang. Walaupun dia dan Mamanya sangat penasaran mengapa Papanya memperbolehkannya untuk menggantikan Geishi. Apa Papanya tidak curiga dengan tiketnya yang hilang? Dan tidak mempertanyakan itu?
"Tapi ingat! Kamu harus hati-hati di sana, karena di sana terdapat banyak laki-laki. Kamu juga akan mempunyai beberapa teman asrama yang notanenya adalah laki-laki," ucapan terakhir papanya membuat Gisha terkejut.
Astaga! Dia melupakan bahwa dia akan memiliki teman asrama laki-laki.
'Oh, Gisha! Lu telah melewati masalah sekarang, tetapi kau akan mendapatkan masalah baru setelah kau sampai di sana' batin Gisha.
"Kau harus dilatih agar terlihat mirip seperti Gishi."
"Oh. Ya," Gisha melihat papanya mengambil secarik kertas dari kantongnya.
"Ini adalah nama-nama orang yang akan menjadi teman sekamarmu," papanya menyodorkan kertas itu pada Gisha dan diterima oleh gadis itu.
Murid-murid yang akan menempati kamar no 7.
1. Celvin
2. Chitaphone
3. Gishimyong
4. Nicholas
5. Noah
6. Rezha
7. Scorpius
8. Shean
'Celvin. Hmmmm, namanya bagus.'
'What! Chitaphone? Gak sekalian Chitato gitu?'
'Kak Gishi,'
'Nicholas. Entah kenapa, firasat gue merasakan bahwa cowok ini bakalan jadi gebetan gue nantinya wkwkkwkwkwkkw!'
'Noah? Dilihat dari namanya, entah kenapa keknya ni cowok pembuat onar deh?'
'Rezha. Entah kenapa gue rasanya merinding mendengar namanya.'
'Scorpius? Rasi bintang kalajengking? Really! Namanya limited edition ternyata wkwkkwkkw!'
'Shean? UwU! Lu bakalan jadi gebetan gue kedua setelah Nicholas!'
Bersambung.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro