Bab 29 ~ Pilihan Yang Rumit
Ujian telah usai. Waktunya merundingkan akan pilih jurusan apa. Ibu dan Ayah menghendakiku untuk menjadi seorang guru. Namun, aku sendiri bertekad untuk masuk jurusan psikologi.
"Kamu jadi guru aja biar ada jaminan hidup," ujar Ibu. "Ayah juga mau kamu jadi guru aja."
"Aku nggak mau jadi guru, Bu. Jadi guru itu rumit." Jelasku.
"Emang jurusan psikologi itu kerja apa sih? Gajinya baik nggak?" Tanya Ibu.
"Aku yakin kok, Bu. Aku bakalan dapat pekerjaan yang layak nantinya.
"Ayah sama Ibu yang membiayai kamu sekolah. Jadi, nurut ajalah apa kata Ayah Mir." Tegas Ibu.
Aku terdiam sejenak. Tidak bisa berkata - kata lagi. Batin semakin terbebani dengan ekspektasi orang tua.
"Guru sekarang udah banyak Bu. Bisa - bisa besok Amira jadi pengangguran karena nggak ada lowongan kerja.
"Ada atau nggak tergantung kamunya Mir." Ucap Ibu. "Jangan egois kamu. Pikirkan orang tua."
"Kenapa sih, Mira harus nurutin kata Ayah sama Ibu terus? Mira capek tau nggak," ujarku lalu berdiri dari tempat duduk meninggalkan Ibu.
Jadi anak banyak dilemanya. Kita terkadang bingung harus menuruti keinginan kita atau orang tua. Ingat diri dibilang egois. Mengikuti kemauan orang tua, kita yang tersiksa karena harus mengorbankan kebahagiaan kita dan kenyamanan kita. Bagi mereka, keputusan mereka selalu yang terbaik buat anaknya. Tetapi, tak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa bagaimana dengan kita yang menjalaninya. Seringkali begitu, dan terus begitu. Jadinya, aku yang harus terombang - ambing ditengah anganku. Aku harus melanjutkannya atau tidak.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro