4 | Pengen Kenalan
Kampus sudah penuh dengan para mahasiswa yang hilir mudik. Ipin dan Sarah memasuki area parkir yang letaknya tak jauh dari kantin. Tanpa mereka sadari, kehadiran mereka-terutama Sarah-mencuri pandangan banyak orang.
Soalnya, Sarah yang dikenal sebagai primadona baru di kampus, tak pernah sekalipun terlihat jalan bersama laki-laki. Namun, pagi ini jadi hal yang beda.
"Dia siapa?" Andra bertanya sambil menyesap minuman soda miliknya. Tidak sadar kalau beberapa tetes minuman itu lolos dari mulutnya.
Agus menoleh, mengikuti pandangan Andra. "Mana?"
"Itu yang bareng Ipin."
"Masa lo nggak tau. Itu anak maba, si Sarah. Yang kemaren dapet predikat Queen of the Year pas PKK."
"Gila ... baru kali ini gue liat cewek secantik itu."
"Halah. Gaya lo macem eek. Nggak usah macem-macem deh. Lo bakal patah hati duluan!"
"Kenapa? Sarah punya pacar?"
Agus, cowok yang di sampingnya menggeleng. Lalu dengan cuek melambai ke Ipin untuk mendekat. Sementara Sarah sudah memisahkan diri dan bergabung dengan teman-temannya.
"Terus apa? Lo naksir Sarah?" Andra bertanya lagi. "Atau si Izin yang naksir?" tanyanya lagi begitu Ipin sudah di depannya.
"Kenapa sama gue?" Ipin mengernyit.
Dengan cuek, dia meraih minuman milik Agus.
"Heh, Pin. Ini si Andra naksir temen lo. Jelasin sono."
Mata Ipin membola. Dia kaget. "Serius?"
Andra mengangguk antusias. "Sial, lo bro. Punya temen cantik nggak ngenal-ngenalin lagi ke gue."
Memang, Sarah itu cantik dan termasuk ke dalam jejeran most Wanted sejak SMA. Tapi, mendengar kalau Andra suka Sarah, Ipin tetap kaget. Sebab, Andra-teman yang dia kenal karena satu kelas Morfologi-itu lumayan playboy dan punya selera tinggi. Ipin menggelengkan kepala. Sarah memang termasuk ke dalam selera tinggi itu. Tapi, Sarah terlalu baik untuk Andra.
"Lo serius?" Ipin menatap Andra.
"Ya iyalah, Pin. Lo liat baik-baik, Sarah tuh gue banget. Liat body-nya," Andra mengarahkan pandangannya ke arah Sarah yang sedang melambai pada teman-temannya. Ikut masuk ke kantin. Sambil senyum, Andra menggerakkan kedua tangannya membentuk lengkungan gitar. "Sadaap ... kayak gitar di studio gue. Ya nggak, Gus?"
Andra dan Agus tertawa. Beda dengan Ipin. Dia tidak nyaman saat Andra mulai memeragakan bentuk tubuh Sarah. Ipin sadar. Dia memang bukan cowok alim seperti yang sering hadir di kajian yang Dinda sambangi. Tapi, setidaknya dia tidak pernah memandang Sarah dengan pandangan liar seperti itu. Ipin melipat keningnya, mengamati gerak-gerik Andra lalu mencuri pandang ke Sarah yang kini sudah duduk di seberang mereka.
"Nyerah aja lo." ketus Ipin.
"Heh?" Andra mendecih. "Sialan, ni anak."
Ipin tersenyum kecil. "Gue jelasin, ya. Sarah itu anaknya penurut. Nggak pernah pacaran. Sampai sekarang belum ada yang berhasil bawa dia nge-date. She is the untouchable girl. Tadi aja gue bisa bareng sama dia karena ada masalah sedikit. Jarang banget kita bisa bareng. Cuma orang pilihan yang bisa bareng sama Sarah." Ipin melipat tangannya. Agak sombong.
Mendengar itu, Andra tertawa. Tidak percaya kalau cewek secantik Sarah, yang mainnya bersama Niken CS, belum pernah pacaran. Belum pernah ada satu pun cowok yang berhasil menyentuh dia.
"Oh, jadi dia belum ada pengalaman?" Andra menumpukan kepalanya ke tangan. Lalu memandangi Sarah lekat-lekat. "It's Ok. Gue bisa ajarin. Lagian, asik dong? Artinya gue dapet paket pertama. Masih murni. Fresh from the oven! Belum bekas siapa-siapa." Andra menaik-turunkan alisnya.
Ipin mendengkus. "Lo nggak akan bisa."
"Gue bisa."
"Lo harus berhadapan sama Dinda, kakaknya."
"Dinda? Anak mana tuh? Halah ..."
Agus mendekatkan mulutnya ke telinga Andra. "Dinda anak kelas kita."
Kontan Andra terbahak. "Seriously? Dia adiknya Dinda? Pantes cantik. Tapi ... yang ini lebih lucu. You know lah ... "
Ipin menggeleng. "Kalo lo nekad, lo harus berhadapan sama rektor kampus ini."
"Memang kenapa dengan si Zulfikar?" tanya Andra. Menyebut nama rektor mereka.
"Sial lo. Zulfikar itu bapaknya Sarah Dinda!" Agus memotong. Tanpa sadar dia memuncratkan air minum dari dalam mulutnya.
"Oh." Andra mengangkat alis. Lalu menyeringai. "Makin tertantang nih gue."
Ipin menelan ludah.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro