I Love You From My Deepest Heart
Pria itu terduduk kaku di sudut ruangan sambil mengamati setiap pergerakan yang akan ditimbulkan wanitanya di atas ranjang. Namun sayangnya hingga hari ke tujuh sejak kejadian mengerikan yang menimpa wanitanya, pria itu belum juga melihat adanya tanda-tanda wanita itu akan membuka mata dan menyambutnya penuh cinta. Ia merindukan pelukan hangat isterinya...
"Eunghh.."
Suara lenguhan yang tiba-tiba terdengar dari atas ranjang membuat Donghae bersiaga dan menatap was-was pada sang objek pemandangan yang saat ini mulai membuat gerakan-gerakan kecil di atas ranjang. Dengan penuh antipati, Donghae menunggu isterinya membuka mata sambil mengepalkan tangannya penuh emosi dibalik saku celana kerjanya yang sudah terlihat kusut di beberapa sisinya karena ia terlalu lama duduk di atas sofa untuk menunggu isterinya membuka mata.
Sudah hampir seminggu Donghae menunggu Yoona untuk membuka mata pasca isterinya mengalami kecelakaan saat sedang berbelanja di supermarket. Isterinya tertabrak mobil. Saat itu ia yang sedang sibuk seperti biasa, dan membiarkan isterinya pergi ke supermarket bersama dengan supir pribadi mereka, karena memang Yoona sudah terbiasa melakukannya sendiri tanpa pernah ia menemani. Tapi tiba-tiba di suatu sore yang menenangkan, ia mendapatkan kabar jika Yoona tertabrak mobil dan mengalami luka yang cukup serius di bagian kepala. Mendengar laporan dari bawahannya, Donghae langsung bergegas untuk melihat kondisi Yoona di rumah sakit. Namun saat ia tiba di sana dokter mengatakan jika kemungkinan Yoona akan mengalami koma karena ia mendapatkan cidera kepala yang cukup berat. Akhirnya dengan perasaan yang tak menentu Donghae memutuskan untuk memindahkan perawatan Yoona di rumah. Berbagai peralatan canggih yang berada di rumah sakit akhirnya dipindahkan secara serentak ke dalam mansionnya yang mewah itu. Apapun ia lakukan demi keselamatan sang isteri. Dan setiap hari, sekembalinya ia dari kantor, ia pasti akan selalu berada di samping isterinya untuk memberikan kekuatan agar sang isteri mampu bertahan untuknya, untuk keluarga kecil mereka.
"Yoona..."
Donghae menatap isterinya pias sambil berdiri di sebelah ranjang berukuran besar yang kini telah dipenuhi selang-selang dan juga kabel yang terhubung di tubuh isterinya. Pria itu terlihat cukup tak sabar melihat detik-detik terbangunnya sang isteri dari tidur panjangnya, tapi meskipun begitu ia tetap mencoba bersabar untuk menunggu Yoona membuka mata sepenuhnya dan melihatnya dengan penuh cinta, sama seperti biasanya.
"Yoona, apa yang kau rasakan? Apa kau merasa sakit?"
Yoona masih mencoba menyesuaikan cahaya lampu yang menyorot matanya dengan begitu terang sambil membuka kelopak matanya perlahan-lahan. Tertidur selama tujuh hari rasanya seperti ia baru saja bangkit dari kematian. Seluruh tubuhnya terasa kaku, dan ia belum bisa menggerakan sendi-sendinya dengan mudah. Namun perlahan-lahan ia terus berusaha demi melihat sang pemanggil yang sejak tadi terus bersuara di dekatnya.
"Yoona... Apa yang kau rasakan?"
Tiba-tiba jantung Yoona seakan berhenti berdetak ketika lambat laun ia mulai mengenali suara sang pemanggil yang terdengar begitu tak asing di telinganya. Ia kemudian mulai membuka mata sepenuhnya dengan perasaan cemas yang tiba-tiba melingkupi jantungnya hingga membuatnya merasa berdebar-debar.
"Katakan apa yang kau rasakan padaku, aku akan memanggilkan dokter."
Jemari Donghae terulur untuk menyingkirkan anak-anak rambut yang menjuntai disekitar perban yang membalut kepala Yoona. Namun dengan cepat tangan kecil itu mencekal pergelangan tangan berotot Donghae dengan cengkeraman kuat yang membuat Donghae mengerutkan dahinya tidak suka.
"Jangan sentuh aku!"
Kata-kata yang lemah namun menusuk itu berhasil membuat Donghae cukup terkejut dengan reaksi isterinya padanya. Pria itu kemudian membalas tatapan tajam isterinya dengan sorot mata dingin menusuknya yang biasanya berhasil membuat siapapun gentar padanya. Namun kali ini tatapan mata menusuknya sama sekali tidak berlaku pada Yoona, karena wanita itu justru semakin terlihat berani, seolah-olah sedang menantangnya.
"Jangan pernah sentuh aku brengsek! Lepaskan aku, kembalikan aku pada ayahku."
Lee Donghae mengernyit tidak mengerti dengan ucapan isterinya dan mulai menurunkan tangannya yang sejak tadi masih menggantung di udara akibat cekalan tangan isterinya. Namun lebih dari itu, ia tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh wanita itu. Terlebih lagi ayah yang dimaksud oleh wanita itu telah mati empat tahun yang lalu karena ia yang menembaknya. Ya, ia telah membunuh mertuanya sendiri karena pria keparat itu telah berani membocorkan rahasia perusahaannya pada musuhnya, dan setelah menyebarkan rahasia perusahaan perusahaanya, pria itu mengambil separuh dana perusahaan miliknya untuk melunasi hutang-hutangnya yang tak terhitung itu. Tapi sebelum pria itu berhasil kabur dengan seluruh harta kekayaan miliknya, ia berhasil mengambil harta paling berharga milik pria keparat itu, putrinya... Empat tahun yang lalu ia berhasil menculik putrinya sebagai bayaran atas semua kejahatan yang dilakukan oleh penjahat itu. Namun pada akhirnya ia mengaku takluk dibawah kuasa wanita itu karena ia berhasil mengoyak sisi dinginnya yang angkuh. Wanita itu berhasil membuatnya tak bisa merasakan kenyamanan dengan wanita-wanita lain yang sering ia kencani selama ini. Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk menikahi wanita itu. Ia berhasil menikahi wanita itu dengan sedikit paksaan awalnya, dan akhirnya mereka memiliki kehidupan yang cukup membuatnya bahagia selama ini. Tapi mengapa setelah tiga tahun berlalu, wanita itu kembali bersikap kontra padanya?
"Ayahmu sudah meninggal empat tahun yang lalu." Jawab Donghae akhirnya setelah cukup lama mereka terdiam satu sama lain dengan tatapan tajam menusuk Yoona yang terus mengarah padanya.
"Brengsek! Keparat! Apa yang kau lakukan pada ayahku?"
Tanpa diduga Yoona mengamuk di depannya dan hampir saja memutuskan selang-selang dan kabel-kabel yang masih terhubung di tubuhnya. Dengan sigap Donghae langsung menahan tangan itu di udara dan segera memanggil tim medis yang selama ini selalu berjaga dua puluh empat jam di rumahnya.
"Jino! Changmin! Panggil dokter!"
Tak berapa lama seorang pria dengan jas putih dan juga beberapa perawat masuk ke dalam ruangan tempat Yoona dirawat sambil menggenggam sebuah jarum suntik. Melihat Yoona yang terus meronta-ronta di dalam cekalan Donghae membuat dokter itu tidak memiliki pilihan selain harus memberikan obat bius pada pasiennya. Dan beberapa saat kemudian kesadaran Yoona mulai meluruh, dan wanita itu terkulai lemah di dalam dekapan Donghae yang hangat.
"Ada apa dengannya dokter? Mengapa ia terlihat seperti isteriku empat tahun yang lalu?" Tanya Donghae gusar sambil membaringkan Yoona kembali di atas ranjangnya. Pria tua itu kemudian mulai melakukan pengecekan pada kondisi Yoona dan juga denyut jantungnya yang terlihat mulai stabil setelah sebelumnya menunjukan lonjakan yang mencolok pada monitor yang terletak di sisi ranjang yang ditempati oleh wanita itu.
"Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apa yang terjadi pada nyonya Yoona, tapi kemungkinan besar saat ini nyonya Yoona sedang mengalami amnesia. Ingatannya terperangkap di masa lalu dan membuatnya bersikap brutal pada anda. Mungkin saat kecelakaan ia mengalami benturan yang membuat ingatannya di masa sekarang terhapus."
Donghae mengerutkan dahinya tidak suka dengan penjelasan yang diberikan oleh dokter itu padanya. Ia benci mendengar fakta bahwa isterinya akan kembali bersikap brutal seperti dulu dan akan kembali merepotkannya dengan segala tingkah lakunya yang bar-bar. Bahkan ia tidak ingat berapa kali Yoona saat itu menentangnya dan hampir melakukan bunuh diri karena ia tidak mau melepaskan wanita itu meskipun ia telah mendapatkan semua hartanya kembali. Kini ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Daddy..."
Donghae menoleh cepat pada pintu sambil tersenyum hangat pada seorang gadis kecil berusia tiga tahun. Gadis itu terihat baru bangun tidur dengan piyama bergambar kuda pony berwarna pink yang terlihat begitu menggemaskan di tubuhnya yang mungil.
"Apa yang kau lakukan di sini sayang, hmm?"
Donghae berjalan menghampiri putrinya dan berjongkok tepat di depan tubuh mungil gadis kecil itu sambil mengelus puncak kepalanya lembut.
"Hyoje ingin mommy." Ucap anak itu polos. Donghae menengok ke belakang sekilas dengan tatapan sendu, lalu kembali menatap wajah putrinya yang masih menunggu jawabannya dengan mata bulat yang sangat mirip dengan milik Yoona.
"Minjiiiii!! Minjii!"
Tanpa diduga Donghae justru memanggil asisten rumah tangganya untuk membawa Hyoje pergi dari kamar Yoona.
"Iiiya tuan?"
"Bawa Hyoje pergi, ia tidak boleh mendekati Yoona untuk sementara waktu, dia bukan ibunya."
"Daddy!!!"
Hyoje menjerit-jerit histeris di dalam dekapan Minji yang hendak membawanya pergi. Namun tatapan tajam Donghae pada asisten rumah tangga itu membuatnya gentar dan terpaksa menulikan telinganya terhadap teriakan Hyoje yang cukup nyaring sambil menangis tersedu-sedu di dalam pelukannya. Sebagai asisten rumah tangga, ia cukup bingung dengan setiap perubahan sikap yang ditunjukan oleh tuannya selama ini. Namun semenjak Yoona hadir kedalam mansion ini, tuannya itu lebih terlihat manusiawi dan juga sedikit lembut. Namun sejak nyonyanya terbaring lemah karena kecelakaan yang terjadi satu minggu yang lalu, perlahan-lahan tuannya berubah menjadi pria dingin dan kaku seperti dulu. Bahkan sehari setelah nyonyanya dinyatakan koma, tuannya itu langsung mengamuk tidak jelas pada semua bawahannya yang mungkin saat itu sedang sial. Namun yang paling membuatnya prihatin adalah kondisi Hyoje. Sejak ibunya koma, gadis itu sedikit terabaikan oleh ayahnya. Tuannya itu jelas sangat mengkhawatirkan keadaanya isterinya, sehingga hampir seluruh perhatiaannya hanya tersita untuk nyonyanya dan juga urusan perusahaan yang tak ada habisnya. Terkadang saat tuannya pergi ke kantor, ia sengaja membawa Hyoje ke kamar ibunya untuk sekedar menyapa dan mengobati kerinduan anak itu pada ibunya. Meskipun mungkin orang lain akan menganggap Hyoje belum mengerti mengenai keadaan ibunya, tapi ia yakin jika Hyoje lebih dari mengerti mengenai kondisi ibunya. Bahkan tak jarang ia melihat Hyoje berjalan menuju kamar ibunya untuk mengelus tangan ibunya atau mencium kening ibunya.
"Hyoje-ya, ahjumma pasti akan membawamu untuk bertemu ibumu." Janji Minji penuh tekad pada gadis kecil yang saat ini masih menangis sesenggukan di dalam dekapannya.
-00-
Brakk
Lagi-lagi Yoona membanting nampan makanannya dan membuat seluruh lantai kamarnya kotor karena makanan-makanan yang selalu dibantingnya selama ini. Wanita itu dengan wajah dinginnya menatap pelayan Donghae dan menyuruh wanita itu pergi karena ia tidak akan pernah mau makan jika makanan itu berasal dari Donghae.
"Jangan pernah beri aku makan, karena aku tidak akan pernah mau memakannya."
"Tapi nyonya, anda harus makan untuk memulihkan kondisi anda." Bujuk pelayan itu halus dengan raut wajah ketakutan. Ia mencoba untuk memberikan sepiring buah pada Yoona yang berhasil ia selamatkan ketika Yoona membanting piring-piring itu ke atas lantai, namun lagi-lagi Yoona menolaknya dan hampir saja membuang mangkuk berisi buah itu ke atas lantai, sebelum seorang pria dengan wajah aristokratnya masuk ke dalam kamar dan menyuruh pelayan itu pergi.
"Keluarlah, aku yang akan membujuknya untuk makan. Tolong kau bersihkan saja sisa makanan yang berceceran ini." Suruh pria itu bijak. Pelayan itu segera mengangguk dalam pada pria itu dan segera pamit undur diri untuk mengambil peralatan kebersihan.
"Yoong, kenapa kau berubah menjadi seperti ini?" Tanya pria itu pelan sambil mendudukan dirinya di sebelah Yoona. Yoona memalingkan wajahnya kearah lain dan terlihat enggan untuk menatap sang lawan bicara.
"Aku tidak pernah berubah sedikitpun, inilah diriku yang sesungguhnya. Lepaskan aku Donghae." Ucap Yoona dingin. Donghae membalik bahu Yoona sedikit kasar dan memaksa wanita itu untuk menatap matanya yang sudah dipenuhi kabut pekat kemarahan.
"Tempatmu di sini! Kau isteriku, dan aku tidak akan pernah melepaskanmu. Suka atau tidak suka kau harus menerima hal itu. Lagipula kita sudah menikah empat tahun yang lalu, jadi kemanapun kau pergi kau tetap akan menjadi isteriku."
"Tidak! Aku tidak mau menjadi isterimu. Kau yang memaksaku dan mengancamku menggunakan ayahku. Sekarang kau telah membunuh ayahku, jadi kau tak memiliki alasan lagi untuk menyekapku. Lagipula kau juga sudah mendapatkan hartamu kembali, uang yang dicuri oleh ayahku telah kau rampas dari ayahku sebelum ayahku sempat menggunakannya, jadi tolong lepaskan aku sekarang juga! Aku akan menikah dengan Siwon oppa."
Donghae merasa jantungnya sekarang sedang terbakar oleh kobaran api yang begitu besar hingga rasanya kobaran api itu dapat membuatnya tenggelam ke dalam kemarahan yang tak terbendung. Setelah tiga tahun ia hidup damai tanpa mendengar nama pengganggu itu, kini ia harus kembali dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa isterinya itu hanya mengingat kekasihnya di masa lalu, dan sama sekali tidak mengingat kenangan manis diantara mereka yang terjadi tiga tahun ini. Dulu seharusnya ia langsung membunuh keparat itu agar Yoona tak bisa bertemu dengannya lagi. Namun saat itu ia memutuskan untuk membiarkan Siwon hidup, dan memaksa Yoona untuk menerima kehidupan pernikahan mereka yang penuh dengan dendam dan juga amarah itu.
"Lupakan pria keparat itu karena kau hanya akan hidup bersamaku. Dan terimalah takdirmu sekarang, karena kau adalah isteriku."
"Aku tidak mau, aku tidak mau hidup bersamamu! Kau telah membunuh ayahku, seharusnya kau membebaskanku agar aku bisa hidup bahagia bersama Siwon oppa!"
"Tapi kebahagiaanmu di sini!" Bentak Donghae keras dengan nafas memburu. Pria itu menatap Yoona tajam dan mencengkeram bahu wanita itu kuat untuk membuat Yoona sadar jika kehidupan wanita itu yang sebenarnya adalah di sisinya. Tiga tahun yang lalu ketika Yoona melahirkan Hyoje, wanita itu sudah berjanji akan menerima semua pernikahan ini dan akan membesarkan Hyoje dengan sepenuh hati. Hari-hari setelah Hyoje lahir kemudian menjadi hari-hari yang lebih manis untuk mereka, karena saat itu Yoona mulai menerima kehidupannya sebagai isteri dari Lee Donghae, dan Donghaepun mulai belajar menjadi suami dan juga ayah yang lebih hangat untuk keluarga kecilnya. Selama tiga tahun ini banyak sekali hal-hal yang berubah dari dirinya karena Yoona. Mulai dari rasa cinta yang selama ini hampir tak pernah ia rasakan, hingga akhirnya ia mampu menghancurkan egonya sendiri demi kebahagiaan keluarganya. Ia rela membatalkan kontrak berharga milyaran dollar ketika Hyoje berulang tahun dan Yoona memintanya untuk pulang lebih awal. Dan masih banyak lagi hal-hal yang ia korbankan untuk kebahagiaan keluarganya, ia jelas tidak mau melepaskan Yoona begitu saja hanya karena Yoona amnesia dan tidak mengingat keluarga bahagianya. Apapun yang terjadi ia akan tetap mempertahankan Yoona, meskipun Yoona akan sangat sulit untuk dijinakan.
"Omong kosong! Aku tidak pernah bahagia di sini. Bahkan aku sama sekali tidak ingat hal bahagia apa yang telah kau lakukan padaku selama empat tahun ini jika memang kau membahagiakanku. Justru aku merasa muak setiap kali melihatmu karena kau telah membunuh ayahku dan menghancurkan kehiudpan bahagiaku bersama Siwon oppa."
"Mommy..."
Kedua manusia dewasa itu langsung menoleh kearah pintu kayu yang saat ini sedikit terbuka dan menampilkan sosok gadis kecil dengan mata bulat yang sedang menatap Yoona dengan penuh kerinduan.
"Mommy..."
"Hyoje-ah."
Minji memanggil Hyoje agar tidak masuk ke dalam kamar kedua orangtuanya, namun gadis kecil itu sudah terlebihdulu berlari ke dalam kamar orangtuanya sambil berteriak heboh memanggil ibunya.
"Mommy... Hyoje merindukan mommy."
Yoona mematung di tempat sambil menatap gadis kecil yang saat ini sedang bergelung di atas pangkuannya dengan wajah pias. Tubuh wanita itu tiba-tiba berubah kaku, hingga hanya untuk menggerakan tangannya yang kesemutan saja, ia tidak bisa. Kemunculan Hyoje sore ini begitu mengejutkannya karena selama ini tidak ada seorangpun yang pernah menjelaskan padanya jika ia memiliki seorang anak yang juga hidup di dalam mansion mewah milik Lee Donghae. Tapi apakah gadis kecil itu memang anaknya?
"Lee Hyoje, kau tidak boleh berada di sini. Keluar dan bermainlah bersama Minji."
"Tapi Hyoje merindukan mommy, daddy selalu melarang Hyoje bertemu mommy!" Protes Hyoje keras dan membuat Yoona lagi-lagi tercengang karena Hyoje terlihat sangat keras kepala, sama seperti dirinya. Apalagi mata bulat Hyoje juga sangat mirip dengan mata bulat miliknya. Tapi jika gadis kecil itu memanggil Donghae daddy, itu berarti Donghae adalah ayah dari anak itu. Lalu bagaimana mungkin ia melahirkan gadis kecil itu jika ia sangat membenci pria brengsek itu? Atau jangan-jangan....
"Mommy, mommy sudah sembuh? Kita bisa bermain lagi dan mommy bisa menemaniku tidur lagi."
Lamunan Yoona buyar ketika Hyoje mulai memeluk tubuhnya erat sambil menempelkan kepalanya dengan manja di dadanya. Ia dengan kaku mulai mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Hyoje yang begitu erat di tubuhnya. Hal itu tak luput dari tatapan mata Donghae dan membuat pria itu bisa menyimpulkan jika Yoona sangat tidak nyaman dengan keberadaan Hyoje di sini karena wanita itu belum bisa menerima hal-hal mengejutkan yang terjadi selama tiga tahun ini.
"Hyoje-ah, hari ini mommy harus beristirahat. Nanti setelah mommy benar-benar sembuh, kau bisa bermain lagi bersama mommy."
Gadis kecil itu terlihat cukup kecewa dengan pengusiran halus yang dilakukan oleh Donghae. Namun akhirnya gadis kecil itu lebih memilih untuk mematuhi perintah ayahnya untuk membiarkan ibunya beristirahat.
"Baiklah Hyoje akan keluar, semoga mommy cepat sembuh. Annyeong mommy."
Cup
Gadis itu memberikan satu kecupan singkat di pipi Yoona sebelum berlari keluar menggunakan kaki kecilnya yang menggemaskan.
Sementara itu, Yoona justru masih mematung di tempat seperti orang linglung karena ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Jujur saja saat melihat Hyoje hatinya memang terasa menghangat. Tapi ketika ia mengingat siapa ayah Hyoje, perasaan marah itu tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam dadanya dan membuatnya tidak sudi untuk mengakui Hyoje sebagai anaknya. Ia pasti telah dijebak oleh pria itu hingga ia bisa memiliki Hyoje.
"Siapa gadis kecil itu?" Tanya Yoona dingin setelah Hyoje benar-benar keluar dari kamarnya.
"Anakku, anakmu, anak kita."
Donghae menjawab tenang dengan penuh penekanan disetiap katanya. Ia tidak mau Yoona mengira jika Hyoje hanya anaknya saja karena pada dasarnya Hyoje adalah anak mereka berdua, meskipun saat itu memang dengan paksaan.
"Tidak mungkin! Aku tidak mungkin memiliki anak darimu." Jerit Yoona histeris sambil menjambak rambutnya frustasi. Wanita itu terlihat hampir saja kehilangan akal sehatnya karena berbagai macam fakta mengerikan yang tidak bisa dibayangkannya. Bahkan ia tak habis pikir, bagaimana mungkin ia bisa berakhir bersama Lee Donghae dan memiliki anak dari pria itu. Lebih baik ia mati daripada harus terikat dengan pria itu, apalagi memiliki anak darinya.
"Tidak mungkin? Huh, tapi itulah yang terjadi. Kita bermain sangat panas saat itu, sayangnya kau tidak mengingatnya." Bisik Donghae sensual di telinga Yoona. Mendengar itu Yoona tampak pucat dan segera menjauh sambil menghalau wajah Donghae yang begitu dekat dengannya, hingga ia bisa merasakan hembusan hangat nafas Donghae yang terasa menggelitik di telinganya.
"Aku tidak mungkin melakukan hal itu denganmu, kau pasti bohong! Kau pasti bohong Lee Donghae! Aku tidak percaya padamu." Tuduh Yoona keras hingga membuat Donghae geram. Diusapnya wajahnya gusar sambil menyugar rambutnya kesal karena isterinya yang sedang amnesia itu sangat menyusahkannya.
"Sekarang lihat aku."
Donghae berseru tegas sambil menarik dagu Yoona mendekat. Awalnya Yoona menolak dan mencoba memundurkan wajahnya dari Donghae, tapi tekanan tangan Donghae yang kuat di tengkuknya membuat ia tak bisa mundur ataupun memalingkan wajahnya barang sedikitpun dari pria berwajah angkuh itu. Mau tak mau ia harus menatap manik legam Donghae yang menghunus tajam tepat di manik matanya.
"Camkan baik-baik di dalam otakmu sayang, kau adalah isteriku dan sampai kapanpun akan tetap begitu. Meskipun kau berusaha lari dariku, aku akan tetap mengejarmu. Selain itu Hyoje membutuhkanmu karena kau adalah ibunya, kau tidak ingin anak kita merasa sedih bukan, hmm?"
"Lebih baik aku mati daripada harus menjadi isterimu!" Sembur Yoona keras dengan wajah penuh amarah. Donghae berusaha bersikap sabar dengan kelakuan Yoona yang sangat menjengkelkan itu, namun ia takut suatu saat nanti ia akan kehilangan kesabaran itu karena dokter tidak bisa memastikan sampai kapan Yoona akan kehilangan ingatannya. Bahkan menurut dokter Jang, Yoona bisa saja kehilangan ingatannya untuk selamanya.
"Aku tidak menerima penolakan. Mau tidak mau, suka tidak suka, kau akan tetap menjadi isteriku! Ibu dari Hyoje dan juga anak-anakku yang lain."
Mendengar kata anak-anak yang diucapkan oleh Donghae membuat Yoona bergidik ngeri dengan pikirannya sendiri. Bahkan ia tidak berani membayangkan bagaimana kehidupannya setelah ini, setelah semua fakta mengerikan yang diungkapkan padanya. Ia tidak bisa menerima penjelasan dari pria itu begitu saja. Ia harus mendengarkan penjelasan orang lain yang benar-benar akan berkata jujur padanya. Ia membutuhkan penjelasan dari Choi Siwon, karena ia sangat yakin jika kekasihnya itu akan mengungkapkan segalanya. Segala kebusukan Lee Donghae yang disembunyikan pria itu darinya.
"Sayang, apa yang sedang kau pikirkan?"
Tiba-tiba saja suara Donghae berubah melembut. Posisi mereka saat ini masih tetap sama, berhadap-hadapan di atas ranjang dengan tangan Donghae yang masih menahan tengkuk Yoona agar Yoona tidak bisa menghindar darinya. Ia perlu membawa kembali ingatan Yoona mengenai masa lalu mereka yang manis. Dan kemungkinan cara yang paling ampuh dengan melakukan kembali hal-hal yang dulu pernah mereka lakukan.
"Jangan terlalu banyak berpikir jika kau tidak ingin pusing memikirkannya Yoong. Tanyakan saja padaku apa yang ingin kau ketahui, karena aku pasti akan menjawabnya dengan jujur."
"Apa yang terjadi padaku sebelum aku berada di tempat sialan ini?"
"Ssshhh... jangan katakan tempat ini sebagai tempat sialan karena tempat ini adalah tempat dimana kita membangun keluarga bahagia kita selama kurang lebih tiga tahun ini. Bahkan di ranjang ini, kita sering melakukan hal-hal panas yang menakjubkan." Bisik Donghae dengan seringaian licik di wajahnya. Yoona manatap Donghae dengan tatapan penuh kebencian dan memberikan ancaman pada pria itu agar ia tidak macam-macam dengannya.
"Yang kubutuhkan adalah penjelasan mengapa aku bisa berada di sini, bukan semua bualan konyol yang kau karang itu tuan Lee Donghae yang terhormat." Desis Yoona jengah.
"Kau kecelakaan. Sebuah mobil sialan menabrakmu dan membuatmu melupakanku. Andai saja aku tidak membiarkanmu pergi ke supermarket saat itu, mungkin aku tidak akan melihatmu koma dan terbangun dengan seluruh ingatan tentangku dan Hyoje yang terhapus dari kepalamu."
"Itu tandanya Tuhan memang tidak mengijinkanmu untuk memilikiku. Tuhan tahu kau adalah orang jahat, jadi Tuhan ingin memberikan balasan untukmu melalui orang-orang yang kau anggap berarti di hidupmu."
Donghae menyeringai mengerikan setelah Yoona menyelesaikan kata-katanya. Wanita itu tahu jika Donghae pasti akan sangat marah dengan ucapannya, namun Yoona tidak tahu jika ucapannya itu mungkin akan membahayakan dirinya sendiri dan mungkin orang yang dicintainya di luar sana.
"Jika Tuhan memang ingin menghukumku, maka kau juga harus merasakannya karena kau sudah menikmati hidupmu selama tiga tahun ini bersama orang jahat sepertiku. Jika kau berani menentangku atau berencana kabur, maka kali ini aku tidak akan berpikir dua kali untuk membunuh Siwon!"
Tanpa menunggu ijin dari Yoona, Donghae langsung melumat bibir pucat itu penuh nafsu dan kemarahan. Sudah lebih dari satu minggu ia tidak bisa merasakan kehangatan bibir lembut wanita itu. Dan sekarang ia ingin melampiaskan kerinduan itu dengan melumat bibir Yoona sepuasnya. Tak peduli seberapa marah wanita itu saat ia menciumnya, yang pasti ia akan selalu berusaha untuk mengembalikan ingatan Yoona tentangnya.
"Brengsek! Jangan pernah menyentuhku sesukamu!"
"Huh, tapi aku akan melakukannya sesuka hatiku karena kau adalah isteriku." Bentak Donghae telak sebelum pria itu berjalan pergi meninggalkan isterinya sendiri dengan amarah yang bergumul di ubun-ubunnya.
"Awasi dia, jangan pernah sedikitpun lengah karena Yoona pasti akan berusaha untuk kabur." Perintah Donghae pada salah satu bawahannya dan segera berlalu menuju ruang kerjanya untuk mengerjakan laporan-laporan yang sedikit terbengkalai karena sakitnya Yoona beberapa hari yang lalu.
-00-
Donghae mengacak rambutnya frustasi setibanya ia di dalam ruang kerja miliknya yang berada di lantai satu. Menghadapi sikap Yoona yang sangat keras seperti empat tahun lalu benar-benar akan menguras tenaganya. Apalagi saat ini ia sedang disibukan dengan proyek baru, sikap Yoona yang keras itu tentu akan semakin merepotkannya dan juga memusingkannya.
"Hei, minumlah dulu. Kau terlihat sangat frustrasi bung."
Hyukjae yang merupakan sepupunya dan tangan kanannya di perusahaan menyodorkan segelas vodka padanya sambil menepuk pundak Donghae pelan. Sebagai salah satu orang yang paling dekat dengan Donghae, Hyukjae tahu bagaimana peningnya Donghae dengan masalah ini. Apalagi perjuangan sepupunya itu untuk mendapatkan isterinya itu bisa dikatakan tidak mudah. Ada banyak perngorbanan yang harus dilakukan oleh Donghae untuk bisa sampai ditahap ini, jadi ia sangat paham bagaimana perasaan sepupunya itu saat ini.
"Yoona benar-benar berubah menjadi Yoona empat tahun yang lalu. Ia kasar, pemarah, dan tak mudah dikendalikan. Amnesia sialan mengacaukan semua ingatan Yoona tentangku dan Hyoje. Ia sama sekali tidak mengingat kami, bahkan kehidupan pernikahan kami yang berangsur-angsur membaik sejak kehadiran Hyoje." Dengus Donghae gusar sambil mengepalkan tangannya di atas meja.
"Dude, kuyakin kau bisa membawa ingatan Yoona kembali. Bukankah dulu kau berhasil menjinakannya, saat ini pun kuyakin kau juga bisa melakukannya." Hibur Hyukjae membesarkan hatinya.
"Tentu saja, aku pasti akan membawa ingatan Yoona kembali. Tapi kurasa kali ini Yoona akan lebih merepotkanku daripada empat tahun yang lalu. Dan juga Hyoje, aku takut Yoona menyakiti Hyoje karena ia belum bisa menerima Hyoje sebagai anaknya. Bahkan ketika Hyoje memeluknya, Yoona justru tampak sangat kaku dan juga tegang."
"Yah.. ingatannya terperangkap di masa empat tahun yang lalu, jadi pantas saja jika ia belum bisa menerima kehadiran Hyoje karena dirinya empat tahun yang lalu masih begitu naif dan dibutakan oleh cintanya pada Siwon. Padahal seharusnya ia bersyukur dapat menikah denganmu karena ayahnya yang jahat itu sudah berencana untuk menjualnya pada salah satu bos mafia. Meskipun kau sebenarnya tak jauh berbeda dengan para bajingan di luar sana, tapi... kau masih lebih baik dari mereka." Ucap Hyukjae sambil mengangkat gelas vodkanya tinggi-tinggi tanda damai. Sedangkan Donghae hanya menatap Hyukjae tajam tanpa berniat untuk membalas ucapan sepupunya itu lebih jauh. Apa yang dikatakan oleh sepupunya benar, ia memang tak jauh berbeda dengan para mafia itu. Dulu ia sering membunuh orang-orang yang mengganggu jalannya dalam berbisnis dan juga sering meniduri wanita manapun yang menarik perhatiannya. Tapi setelah bertemu dengan Yoona, karma seperti berlaku padanya. Ia rasanya seperti tokoh dalam drama picisan yang justru harus mengemis-ngemis cinta pada wanita yang ia sukai. Dan sialnya, wanita yang ia sukai bukan tipe wanita yang mudah. Berkali-kali Yoona memberontak padanya dan hampir mempermalukannya beberapa kali di hadapan rekan-rekan bisnisnya yang saat itu datang ke rumah untuk acara perjamuan bisnis. Namun pada akhirnya ia berhasil menaklukan Yoona. Di suatu malam setelah mereka menghadiri acara peresmian cabang perusahaan milik koleganya, ia menikahi Yoona secara paksa di sebuah gereja kecil di pinggir kota. Saat itu ia sepertinya sudah sangat jengah dengan sikap memberontak Yoona dan ingin segera mencicipi tubuh Yoona yang menggiurkan. Dan karena Yoona sebenarnya tidak bersalah dalam masalah ayahnya, maka ia memutuskan untuk menikahi Yoona terlebihdahulu sebelum ia menyentuh Yoona. Kali ini ia ingin memberikan kesan yang sedikit lebih baik untuk wanita yang ia cintai. Tapi seperti yang ia bayangkan sebelumnya, menikahi Yoona bukan berarti mempermudah segalanya karena beberapa bulan setelah itu Yoona semakin membencinya. Terlebih lagi saat Yoona dinyatakan hamil oleh dokter. Wanita itu berkali-kali hendak bunuh diri hingga ia harus menempatkan Yoona ke dalam sebuah kamar kosong yang tidak memiliki jendela di dalamnya. Hanya sebuah bed yang terletak di tengah ruangan sebagai tempat Yoona tidur. Selebihnya ia melarang semua orang meletakan barang-barang yang dapat melukai Yoona karena ketika ia menempatkan Yoona di kamar biasa, ia hendak bunuh diri dengan cara mengiris pergelangan tangannya dengan pisau daging dan juga hampir terjun dari balkon kamarnya. Atau suatu hari ia pernah memergoki Yoona sedang berada di dalam kamar mandi pada pukul dua dini hari. Meskipun saat itu Yoona mengatakan jika ia tidak melakukan apapun selain ingin buang air, namun ia yakin saat itu sebenarnya Yoona hendak bunuh diri karena ia melihat air di dalam bathtube yang sudah penuh, siap untuk menenggelamkan seseorang. Rasanya mengingat masa lalu membuat Lee Donghae takjub akan kesabarannya untuk menjaga Yoona agar tetap hidup bersama anaknya. Tapi sekarang, ia tidak tahu apakah ia bisa melakukannya. Ia takut Yoona akan meninggalkannya, entah meninggalkannya karena kematian atau karena pria lain yang merupakan kekasih isterinya itu. Yang jelas ia harus bergerak cepat untuk mencari dimana keberadaan Siwon sekarang karena pria itu bukan pria sembarangan yang bisa diremehkan.
"Apa kau tahu dimana keberadaan Siwon sekarang?"
"Entahlah, tapi aku pernah melihatnya di daerah Gangnam. Ia bekerja sebagai petugas pom bensin di sana."
"Jadi setelah kita membuat perusahaannya bangkrut, ia bekerja sebagai petugas pom bensin? Benar-benar menyedihkan. Namun kurasa ia pria yang sangat gigih karena ia tetap berusaha untuk membangun kehidupannya lagi setelah aku menghancurkan semua yang ia miliki dan mengambil kekasihnya." Jelas Donghae dengan dahi berkerut. Jujur akhir-akhir ini ia sedikit terlena dengan kehidupan bahagianya dengan Yoona hingga ia melupakan Siwon yang selama ini telah ia sakiti. Bagaimana keadaan pria itu sekarang? Apakah ia tahu jika Yoona sedang mengalami amnesia?
"Kau tenang saja, aku akan mencari informasi mengenai keberadaan pria itu. Sekarang yang harus kau pikirkan adalah kondisi Yoona dan Hyoje. Bukankah mereka adalah wanita-wanita berhargamu?" Tanya Hyukjae dengan senyum simpul yang terukir tipis di wajahnya.
"Segera beritahu aku jika kau menemukan Choi Siwon karena aku harus memastikan ia tidak sedang membuat rencana untuk menghancurkanku."
-00-
Sore yang kelabu setelah hujan deras yang mengguyur Seoul siang tadi. Yoona tampak melamun di atas ranjangnya sambil memikirkan berbagai cara untuk kelur dari mansion mewah yang sudah seperti neraka baginya itu. Sejak kemarin otaknya terus berpkir agar ia dapat segera kabur dari cengkeraman Donghae, tapi sayangnya pria itu jauh lebih cerdik dengan menyiapkan banyak penjaga terlatih di sekitar kamarnya. Dan lagi, semenjak ia sadar ia tidak pernah mendapatkan peralatan makan yang terbuat dari keramik atau benda-benda tajam yang berpotensi akan menyakitinya. Semua peralatan makan yang ia terima berbahan dasar plastik, hingga terkadang ia merasa seperti balita berumur empat tahun yang tidak bisa makan dengan benar.
Tokk tok tok
Yoona menoleh kearah sumber suara sambil mengernyitkan dahinya bingung. Diliriknya jam masih menunjukan pukul lima sore, itu berarti seseorang yang mengetuk pintu kamarnya bukan Donghae, karena Donghae hanya akan datang saat pagi hari dan juga malam hari. Sedangkan ahjumma pengantar makanan juga tidak mungkin mengetuk pintu kamarnya sesore ini karena ahjumma itu hanya akan mengantarkan makan malam pukul tujuh. Siapa yang telah mengetuk pintu kamarku?
Ckrek
Perlahan-lahan pintu kayu itu terbuka, memunculkan sosok wanita muda dengan seorang gadis kecil digendongannya. Ketika masuk ke dalam ruangan itu, sang wanita langsung tersenyum ramah pada Yoona sambil menganggukan kepalanya sopan pada Yoona yang masih setia memandanginya dengan tatapan menelisik yang tidak sopan.
"Selamat sore nyonya, saya Minji, pengasuh nona Hyoje."
"Mommy!"
Gadis kecil berusia tiga tahun itu langsung meluncur turun dari gendongan Minji dan segera berlari ke atas ranjang untuk memeluk ibunya yang masih terdiam kaku tanpan bergerak sedikitpun. Yoona menatap Hyoje ketakutan seperti ia sedang bertatapan dengan virus. Ketika Hyoje mendekat, Yoona segera memundurkan tubuhnya untuk menghindari Hyoje. Namun ketika ia sudah bernar-benar terpojok dan tak bisa bergerak mundur, Hyoje langsung melompat kearahnya dan memeluknya dengan sangat erat hingga membuatnya ingin muntah karena Hyoje menekan perutnya terlalu kuat.
"Hyoje merindukan mommy."
"Tttolong jauhkan ddia dari pperutku, aaku ingin muntah." Ucap Yoona terbata-bata pada Minji. Minjipun dengan sigap menarik Hyoje ke belakang agar Hyoje tidak membuat Yoona tidak nyaman.
"Maaf nyonya, Hyoje terlalu senang karena nyonya sudah sadar. Hyoje sangat merindukan nyonya."
Yoona menatap wajah Hyoje lekat-lekat sambil membandingkan wajahnya dan juga wajah Hyoje melalui cermin. Jika dilihat-lihat, ia dan Hyoje memiliki kemiripan dalam hal mata dan juga kening, tapi ia masih terlalu takut untuk menyimpulkan jika Hyoje adalah anaknya karena pria itu mengatakan jika Hyoje anak mereka, sedangkan ia tidak pernah sudi mengandung anak dari pria itu.
"Nyonya, apa anda baik-baik saja?"
Minji menyentuh pergelangan tangan Yoona pelan dan membuat Yoona terlonjak seketika. Ia kemudian menggeleng pelan sambil tersenyum tipis pada Minji.
"Apa Hyo-Je, anakku?" Tanya Yoona ragu pada Minji.
"Tentu saja, Hyoje adalah anak nyonya dan tuan Donghae. Anda melahirkan Hyoje tiga tahun yang lalu. Saat itu sedang musim panas dan tiba-tiba anda merasakan kontraksi hingga membuat kami semua panik. Namun tuan Donghae telah menyiapkan segalanya, ia telah menyiapkan ruang bersalin khusus di rumah ini agar anda tidak perlu pergi ke rumah sakit dan juga telah menyiapkan tim medis pfofesional sejak usia kandungan anda menginjak delapan bulan, untuk berjaga-jaga jika proses kelahiran bayi anda lebih cepat dari perkiraan dokter."
Yoona terdiam cukup lama dengan informasi yang diterimanya dari Minji. Ia tidak tahu jika ia sangat berharga untuk pria itu.
"Aku tidak mengingatnya, sama sekali." Tambah Yoona dengan wajah datar tak terbaca. Entah saat ini Yoona sedang sedih atau bingung, Minji tidak dapat membaca hal itu. Tapi sudut bibir Minji tiba-tiba membentuk lengkungan ketika ia melihat tangan Yoona secara naluriah membelai rambut hitam lebat Hyoje.
"Anda baru saja sadar dari masa kritis anda. Perlahan-lahan anda pasti akan mengingat semuanya."
"Aku tidak yakin, bahkan aku justru tidak ingin mengingatnya karena aku sangat membenci Lee Donghae. Dia adalah iblis yang telah merusak kehidupanku, dan juga membunuh ayahku."
"Mommy, apa itu iblis?"
Tiba-tiba Hyoje mendongak dan berseru dengan polos. Cepat-cepat Minji meralat ucapan Yoona agar gadis sekecil Hyoje tidak terseret ke dalam masalah antara kedua orangtuanya yang cukup rumit itu.
"Bukan apa-apa sayang, lupakan saja. Bermainlah lagi bersama boneka rillakumamu." Perintah Minji lembut. Yoona menatap interaksi yang tercipta antara Minji dan Hyoje dengan perasaan aneh. Tiba-tiba saja ia merasa kesal karena Minji mampu menunjukan sikap lembutnya, sedangkan ia tidak bisa. Jika ia benar adalah ibu kandung Hyoje, seharusnya ia memiliki ikatan batin dengan putrinya. Namun hingga sejauh ini ia tidak bisa merasakan apapun, hanya perasaan kesal yang terus melingkupi hatinya karena Donghae sama sekali tidak mau membiarkannya bebas.
"Kau terlihat sangat dekat dengan Hyoje. Sepertinya kau lebih cocok untuk menjadi ibunya, bukan aku."
"Nyonya tidak boleh berkata seperti itu, sampai kapanpun nyonya adalah ibu Hyoje. Dulu bahkan saya iri pada nyonya karena nyonya adalah gambaran seorang ibu yang sempurna. Seiring berjalannya waktu nyonya pasti akan mengingat semuanya. Tuan pasti tidak akan membiarkan nyonya kehilangan ingatan nyonya terlalu lama, karena jika nyonya mengingatnya nyonya pasti tidak akan pernah menyesali pernikahan nyonya dengan tuan Donghae."
Setelah mengucapkan hal itu Minji pamit undur diri pada Yoona karena hari sudah semakin petang dan sudah saatnya bagi Hyoje untuk makan malam.
Sementara itu setelah Minji keluar dari kamarnya, hati Yoona semakin dibuat tidak menentu karena wanita itu mengatakan jika seolah-olah kehidupan pernikahannya sangat sempurna. Penuh dengan kebahgiaan dan sangat jauh berbeda dengan apa yang dipikirkannya saat ini.
"Bagaimana kabarmu hari ini?"
Yoona mengabaikan suara sapaan yang kaku itu tanpa berniat untuk menolehkan kepalanya sedikitpun kearah pintu. Lagipula tanpa ia melihatnya pun ia sudah tahu siapa yang sedang berdiri di sana dengan tatapan mata tajam menusuk kearahnya.
"Jika aku bertanya kau harus menjawabku Yoong." Geram Donghae tertahan. Yoona tetap mempertahankan sikap diamnya. Dan dengan penuh keangkuhan ia justru berbaring sambil memasang posisi miring ke kiri, membelakangi posisi Donghae yang masih setia berdiri di ambang pintu dengan tangan terkepal di dalam saku celananya.
"Kau menantangku, heh."
Tanpa diduga Donghae langsung menarik pundak Yoona kasar hingga saat ini Yoona dalam posisi terlentang di bawah kuasa pria arogan itu. Sekuat tenaga Yoona segera mendorong tubuh kokoh itu agar menyingkir dari atas tubuhnya. Pada saat dorongan pertama Yoona berhasil membuat tubuh tegap Donghae terdorong ke belakang. Namun pada dorongan kedua Yoona tak berhasil melakukannya karena kali ini Donghae lebih mengeraskan tubuhnya di depan Yoona.
"Aku hampir kehabisan kesabaran untuk menghadapimu. Tak biasakah kau bersikap lebih manis dan penurut. Jika kau bisa melakukannya, aku tidak akan memperlakukanmu seperti seorang tahanan. Aku akan membiarkanmu bebas seperti sebelumnya."
Tawaran yang diberikan oleh Donghae terasa begitu menarik untuknya. Lagipula bersikap penurut di depan Donghae tidak akan pernah sulit, apalagi pria itu sangat jarang berada di rumah. Dan jika ia berhasil menuruti perintah pria itu, ia bisa mendapatkan kebebasannya. Ia bebas berkeliaran di rumah ini sambil memikirkan cara untuk kabur dari pria kejam yang saat ini sedang menyeringai di atas tubuhnya sambil mengendus puncak kepalanya. Menjijikan!
"Apa kau benar-benar akan membebaskanku jika aku menjadi lebih manis dan penurut?"
"Tentu saja, aku bukan seorang pembual sayang. Aku pasti akan menepati setiap janji yang kubuat. Jadi kau tenang saja."
"Aku ingin bebas, aku tidak mau dikurung di kamar ini." Ucap Yoona menyuarakan permintaanya. Donghae menanggapi permintaan Yoona dengan senyum simpul, lalu ia mendaratkan satu kecupan singkat di dahi Yoona sebelum ia berseru lagi pada wanitanya.
"Aku tidak mungkin mengurungmu jika kau bersikap baik Yoona, jadi mulai sekarang bersikaplah baik di depanku. Jadilah Yoonaku yang manis dan juga penurut, karena sejujurnya aku tidak suka melihatmu terkurung di sini tanpa melakukan apapun. Aku lebih suka melihatmu berkeliaran di dapur dan... menjadi teman tidurku yang luar biasa."
"Brengsek!"
Yoona mendorong tubuh Donghae kuat ketika dirasanya pria itu mulai tidak sopan lagi padanya. Namun dorongan kuat yang dilakukan Yoona pada dada bidang Donghae justru membangkitkan hal lain yang membuat Donghae semakin bergairah saat melihat Yoona. Terlebih lagi sudah lebih dari satu minggu ia tidak menyentuh Yoona. Tubuhnya saat ini begitu mendambakan Yoona, hingga setiap sentuhan yang diberikan Yoona di tubuhnya membuat seluruh permukaan kulitnya meremang. Sikap defensif yang diberikan Yoona benar-benar sangat tidak tepat untuk dilakukan saat ini.
"Menjauh dariku sekarang juga! Jangan pernah sentuh aku."
"Sayangnya aku sudah pernah menyentuhmu sayang. Kita tidak akan pernah mendapatkan Hyoje jika aku tidak pernah menyentuhmu bukan?" Bisik Donghae penuh manipulasi di telinga Yoona. Rasanya saat ini Yoona benar-benar jijik pada dirinya. Ia jijik dengan sikapnya di masa lalu yang entah bagaimana bisa menghasilkan Hyoje. Ia yakin pasti saat itu ia telah diberi obat hingga ia bisa bersikap sangat murahan di hadapan pria itu.
Cup
"Jangan terlalu banyak berpikir sayang, aku tidak suka melihat kerutan di dahimu."
Donghae lantas mencium bibir Yoona dalam hingga Yoona tak bisa bergutik sedikitpun. Bahkan pria itu dengan kurangajarnya menggigit sudut bibirnya hingga berdarah dan membuatnya mau tidak mau membuka bibir untuk pria itu.
Pukulan dan tendangan didapatkan Donghae berkali-kali ketika ia mencoba membangunkan masa lalu isterinya yang terkubur rapat mengenai dirinya. Ia sudah bertekad pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan apapun untuk membawa Yoona kembali ke dalam pelukannya. Jadi meskipun ini menyakitkan untuk fisiknya dan menyakitkan untuk jiwa Yoona, ia tidak peduli! Bahkan sejak awalpun mereka sudah memulainya dengan kesakitan, jadi sedikit sakit sekali lagi, baginya itu tidak masalah.
-00-
Keesokan harinya di siang hari yang terik, Yoona terlihat masih terduduk lesu di atas ranjangnya setelah selama dua jam ia menghabiskan waktunya untuk berendam dan menggosok semua sisa sentuhan Donghae di tubuhnya. Namun sialnya pria itu meninggalkan bekas yang terlewat banyak sehingga ia tidak bisa menghapus bekas-bekas itu dengan mudah dari tubuhnya. Namun kejadian semalam sedikit banyak membuatnya senang karena pria itu benar-benar menepati janjinya. Ia tidak lagi dikurung di dalam kamar, tapi ia sudah diijinkan untuk jalan-jalan keluar. Namun ia merasa jika siang ini suasana rumah ini begitu ramai karena sejak tadi ia terus mendengar suara mobil berlalu lalang di bawah dan juga suara benda keramik yang beberapa kali terdengar beradu dengan nyaring.
Tok tok tok
"Permisi.."
Seorang wanita cantik dengan dress coklat selutut tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya sambil tersenyum lembut kearahnya. Wanita itu diikuti oleh tiga orang wanita yang terlihat seperti seorang pegawai di belakangnya, dan setiap wanita itu membawa sebuah gaun yang begitu indah dan juga anggun. Lalu setelah mendapatkan istruksi dari seorang wanita yang terlihat seperti bos mereka itu, para gadis itu segera menghamparkan dres-dres cantik itu di atas ranjang sambil membungkuk hormat untuk meminta ijin pada Yoona yang masih terlihat takjub di tempatnya.
"Selamat siang nyonya Yoona, saya adalah desainer yang diminta oleh tuan Donghae untuk merias anda karena malam ini tuan Donghae akan mengadakan pesta untuk merayakan kesembuhan anda."
Awalnya Yoona sempat merasa terkejut karena ia tidak menyangka jika pria jahat seperti Lee Donghae akan repot-repot membuatkannya pesta untuk merayakan kesembuhannya. Namun kemudian ia dapat mencium aroma kebebasan yang sesungguhnya melalui pesta itu, karena jika ia bisa memanfaatkan kesempatan dengan benar, ia dapat keluar dari rumah ini selagi para tamu dan juga Donghae sedang disibukan dengan serangkaian acara pesta.
"Kenapa ia membuatkan pesta untukku? Kurasa itu terlalu berlebihan." Komentar Yoona datar. Desainer itu mengendikan bahunya tidak mengerti, namun setelah itu ia memberikan jawaban yang sedikit bijak untuk Yoona.
"Mungkin pesta itu akan menjadi bukti betapa tuan Donghae sangat menyayangi anda nyonya. Apalagi nyonya baru saja sadar dari koma, sudah pasti tuan Donghae sangat lega dengan kembalinya anda di rumah ini."
Rasanya Yoona ingin sekali muntah karena ia sudah bosan mendengar seluruh manusia di rumah itu yang tidak henti-hentinya membela Donghae. Padahal ia yakin di luar sana banyak sekali pihak-pihak yang pernah disakiti oleh Donghae, termasuk dirinya.
"Semua orang di rumah ini terus memandang Donghae baik, memangnya apa yang dilakukan pria itu pada kalian?" Dengus Yoona gusar. Penata rias itu cukup terkejut dengan pertanyaan Yoona karena wanita itu tidak tahu jika Yoona sedang mengalami lupa ingatan. Ia pikir Yoona dan Donghae sedang dalam mode bertengkar sehingga Yoona seolah-olah tampak membenci suaminya sendiri.
"Maksud anda bagaimana nyonya?"
"Sudahlah lupakan saja, tidak penting. Lebih baik kau lakukan saja tugasmu dengan baik. Buat aku semenawan mungkin karena hari ini aku ingin memberikan kejutan untuk pria arogan itu."
Meskipun penata rias itu sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan Yoona, namun ia tetap mengangguk dan mulai merias wajah Yoona dengan berbagai make-up mahal yang dibawanya.
-00-
Malam harinya Donghae terlihat sibuk berada di halaman rumahnya untuk menyambut para tamu yang datang. Setiap tamu yang berjalan masuk ke dalam mansion mewah milik Lee Donghae terlihat begitu menawan dengan stelan jas atau gaun yang melekat sempurna pada tubuh ramping mereka. Sembari menyambut berbagai tamu yang datang, Donghae sesekali melongok ke dalam ruang utama rumahnya untuk menanti kemunculan Yoona karena menurut salah satu asisten rumah tangganya, saat ini Yoona sudah siap dan hanya menunggu panggilan darinya untuk turun.
"Hyuk, gantikan aku menyambut tamu, aku harus segera ke podium untuk memberikan sedikit sambutan dan memanggil Yoona untuk segera turun dari tangga melingkar itu."
Hyukjae menganggukan kepalanya mengerti dan memberikan tepukan penyemangat di pundak Donghae sekali agar pesta yang mereka rencanakan mampu memukau Yoona dan membuat wanita itu menyadari seberapa besar cintanya untuk wanita itu.
Dengan langkah tegap dan penuh wibawa Donghae segera naik ke atas podium untuk memberikan sedikit kata sambutan untuk seluruh tamu yang telah hadir dalam pestanya malam ini.
"Selamat malam dan terimakasih kepada para hadirin yang telah menyempatkan datang ke acara ini. Pesta ini semata-mata ku adakan untuk menyambut kembalinya isteriku dari koma panjangnya beberapa hari yang lalu. Dan dalam kesempatan ini aku akan memperkenalkan isteriku secara formal pada kalian semua. Lee Yoona, turunlah sayang."
Suara tepuk tangan mulai terdengar riuh setelah Donghae dengan lantang memanggil isterinya untuk turun dari lantai dua. Semua tatapan mata kini hanya tertuju pada tangga putih pualam yang tampak begitu indah dengan berbagai macam kelopak bunga yang didekor mengelilingi pegangan tangga itu. Dan detik-detik turunnya Yoona dari lantai dua menjadi begitu lama bagi Donghae karena Yoona tak kunjung turun juga meskipun ia sudah memanggil wanita itu sejak dua menit yang lalu.
"Mungkin isteriku malu, kalau begitu aku yang akan menjemputnya di atas."
Donghae kemudian meletakan micnya dan berjalan dengan sedikit cepat kearah tangga yang masih belum memunculkan sosok Yoona. Namun ketika berada di ujung tangga, seorang pelayan tiba-tiba berlari dari lantai atas dengan wajah panik dan pucat seraya memohon maaf pada Donghae berkali-kali.
"Ttuan... Nyonya Yoona.. hilang." Ucap pelayan itu ragu dan langsung membuat suasana riuh pada tamu undangan berubah menjadi suara bisikan karena sang tokoh utama menghilang. Dengan menahan geram, Donghae langusung memanggil semua anak buahnya untuk mencari Yoona disekitar mansion dan di luar mansion karena ia yakin isterinya itu belum terlalu jauh untuk pergi.
"Hyuk, kerahkan anak buahmu untuk mencari Yoona di seluruh Seoul, kita tidak boleh kehilangannya." Perintah Donghae tegas dengan wajah datar yang tampak mengerikan di mata Hyukjae. Namun pria itu segera mengangguk dan menjalankan perintah Donghae untuk mencari isteri sepupunya yang menghilang malam ini. Dalam benaknya Hyukjae merasa cukup prihatin dengan kehidupan Donghae yang sering dilanda masalah. Dan hal itulah yang membuatnya semakin takut untuk meninggalkan masa lajangnya. Ia takut dibuat gila oleh isterinya kelak.
-00-
Yoona telah selesai dirias oleh wanita anggun yang siang tadi datang ke kamarnya. Bahkan kini ia sudah siap dengan gaun malam berwarna silver tanpa lengan yang membalut indah tubuh kurusnya. Namun sejak tadi ia terus saja berjalan gelisah kesana kemari karena ia tidak suka dengan semua ini. Ia ingin pergi dari mansion itu dan menemukan Siwon. Ia harus meminta bantuan pria itu untuk menjauhkannya dari Donghae. Dengan tekad yang besar, Yoona mulai berjalan mengendap-endap keluar dari kamarnya untuk menuju kamar Hyoje yang berada di sayap kiri mansion.
Selama ia berjalan menuju kamar putrinya, beberapa orang tampak menyapanya dengan gaya formal yang cukup membuatnya risih, namun mau tidak mau ia tetap membalas sapaan mereka dengan wajah tenang dan terlihat seceria mungkin agar mereka tidak curiga jika tujuannya masuk ke dalam kamar Hyoje adalah untuk kabur dari mansion itu.
"Nyonya, apa yang anda lakukan di sini?"
Seorang pelayan tiba-tiba menghentikannya ketika ia hendak masuk ke dalam kamar Hyoje. Yoona mencoba bersikap setenang mungkin sambil meneguk liurnya sekali untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Meskipun ia sudah bertekad untuk tidak takut, namun tetap saja saat ini jantungnya sedang berdetak dengan sangat gila karena aliran adrenalin yang terasa begitu cepat di dalam tubuhnya.
"Aku ingin melihat kamar putriku sebentar, sudah lama aku tidak masuk ke dalam kamar Hyoje." Ucap Yoona lancar disertai senyuman manis. Pelayan itu mengangguk paham sambil membukakan pintu untuk Yoona.
"Silahkan masuk nyonya, tapi sepuluh menit lagi anda harus turun ke bawah untuk bergabung bersama tuan Donghae dan juga nona Hyoje, jadi jangan terlalu lama."
"Aku tidak akan lama, kau tenang saja. Aku hanya akan melihat-lihat sebentar, kemudian aku akan turun untuk bergabung bersama Lee... Donghae dan juga Hyoje." Ucap Yoona sedikit canggung di akhir kalimatnya. Setelah itu sang pelayan segera menutup pintu kamar Hyoje dan meninggalkan Yoona sendiri di dalam kamar nona mudanya yang luas itu.
Setelah pelayan itu benar-benar pergi, Yoona langsung melepaskan heels pestanya yang menyiksa dan segera berjalan menuju jendela besar yang berada di sudut kamar anaknya. Siang tadi ia sudah memikirkan sebuah rencana untuk kabur melalui kamar putrinya karena kamar putrinya terletak di sayap kiri yang tidak terlalu ramai, berbeda dengan kamarnya yang berada di kamar utama, sehingga akan sangat mencolok jika ia mencoba kabur melalui jendela kamarnya. Lagipula pria arogan itu telah menyegel semua jendela yang berada di dalam kamarnya agar ia tidak bisa kabur, sehingga satu-satunya cara agar ia bisa keluar dari neraka itu adalah melalui kamar Hyoje.
Dengan terburu-buru Yoona mulai merangkai beberapa selimut milik Hyoje untuk ia jadikan tali agar ia bisa meluncur turun dari jendela kamar Hyoje ke halaman belakang mansion itu. Meskipun memang cukup menakutkan dan beresiko, namun ia sudah bertekad untuk melakukannya karena hanya inilah satu-satunya kesempatan yang ia miliki.
Hup
Yoona melemparkan ujung talinya ke bawah setelah sebelumnya ia mengikatkan ujung talinya yang lain pada pembatas balkon yang kuat. Kemudian ia segera melompati pagar pembatas balkon untuk bersiap-siap turun ke bawah.
"Tuhan, tolong lindungi aku." Gumam Yoona pelan sebelum tangannya perlahan-lahan bergerak turun menyusuri jalinan tali yang dibuatnya. Dalam usahanya untuk turun dari mansion itu Yoona cukup merasa bersyukur karena di area kamar Hyoje tidak ada seorangpun bodyguard yang berjaga. Bahkan taman belakang juga tampak sepi dan gelap karena saat ini perhatian setiap orang sedang terpusat pada Donghae yang sedang memberikan sambutan di ruang utama mansionnya.
"Yes, aku berhasil."
Yoona melompat girang ketika akhirnya ia mampu memijak tanah lembab di bawahnya dengan selamat tanpa terluka sedikitpun. Dengan penuh sukacita ia segera berlari menuju pintu samping yang terlihat kosong tanpa seorang pun penjaga yang berjaga di sana.
"Huh, sekarang aku bebas. Selamat tingga tuan brengsek! Kau tidak akan pernah bisa menangkapku." Gumam Yoona pelan sebelum ia melangkah cepat menuju pintu samping yang sepi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro