Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

39. Izinkan Aku mencintaimu

Aku mau menjadi seseorang yang bukan prioritasmu. Aku akan berusaha membuatmu belajar mencintaiku.(Soni)

***

"Apa kamu merasa lebih baik Betty?" tanya Dokter pria paruh baya pada Betty yang kini mulai membaik dan mulai mendudukkan tubuhnya.

"Sudah lebih baik Dok, tapi kadang-kadang saya masih menggigil dan gemetar dengan sendirinya," jawab Betty berusaha duduk.

"Kamu akan berangsur-angsur membaik Nak. Beruntung kamu punya fisik yang kuat hingga kamu bertahan menjelang bantuan datang," jawab dokter dengan tersenyum.

"Terima kasih dokter," jawab Betty.

"Selama tiga bulan kamu harus dikarantina dulu ya Nak, kami takut terjadi sesuatu. Sebab kamu tahu kan, berawal dari dipaksa seseorang bisa kecanduan," jelas dokter.

"Iya Dok, saya akan mengikuti semua peraturan," jawab Betty ramah.

"Kami permisi dulu." Dokter pamit dan meninggalkan ruangan.

"Ayo makan dulu Betty," kata Soni dengan meninggikan sendok berisi nasi lembik.

Betty tersenyum tersipu-sipu. Tangannya meremas lembut tangan Soni. Sekali lagi, selama beberapa hari Soni menemani Betty dan Sean bergantian. Soni menemani Betty bergantian dengan Bibi Betty. Soni bahkan rela izin kerja demi menemani Betty. Jujur, Betty memang nyaman di samping Soni.

"Ayo Betty... Kalau kamu enggak mau., aku paksa nih!!!" ancam Soni dengan nada manja.

"Kak Soni! Gimana caranya kakak mau buka mulut aku? Mau disumpal ya?" rengek Betty manja.

"Enggak kok, ada cara lain biar kamu buka mulut menghabiskan bubur ini," jawab Soni.

"Gimana?" tanya Betty.

"Aku buka dengan bibir aku. Bibir aku yang maksa bibir kamu buat buka," jawab Soni gemas.

"Mmm Kak Soni!" protes Betty meremas lembut tangan Soni.


"Ayo makan dulu, biar aku suapi. Kamu makan yang banyak ya. Biar cepat besar, kalau udah besar kamu aku nikahi!" canda Soni. Setelahnya Betty tersenyum mengganguk dan menghabiskan makanan yang disuapkan Soni padanya.

"Ahh, Kak Soni," rengek Betty. "Oh iya, Kak Sean gimana Kak? Apa dia sudah membaik?" tanya Betty.

"Hmm. Dia sudah sadar, tahu nggak? Yang menyelamatkan kamu itu Dilan," kata Soni.

"Kata Polisi yang nyelamatkan aku Kak Soni. Mereka bilang Pak Direktur yang menemukan aku tengah over dosis," jawab Betty lirih.

"Aku cuma bantu Dilan mencari kamu," jawab Soni dengan senyuman.

"Tapi aku seperti berada di suatu tempat yang sangat dingin. Kamu datang mengulurkan tangan dan menyelimutiku lalu kamu mendekapku," kata Betty pelan.

Soni tersenyum dan menampilkan lesung pipinya. Tangannya mengusap lembut rambut Betty. "Betty, yang penting kamu selamat," jawab Soni. Ia tak ingin Betty tau banyak. Karena selama bersamanya  menjelang bantuan datang, pria itu menciumi pelipis dan pipi Betty yang sedang tak sadarkan diri. Soni melakukannya berkali-kali.

"Aku merasa kamu memelukku, dan pelukanmu hangat," kata Betty dengan tertunduk. "Maaf waktu kak Ima marah-marah aku justru reflek peluk kamu Kak."

"Tak apa Betty," jawab Soni tersenyum.

Awalnya mereka tampak santai saja. Tiba-tiba mata mereka saling bertemu pandang. Betty melihat mata Soni yang juga begitu indah, tak jauh beda dengan mata indah Sean. Mereka memiliki kemiripan. Mata Soni tampak berbinar, ia seperti memiliki ketulasan yang tak terhingga.


Mereka berdua sangat tampan. Jika dihadapkan mereka berdua antara Sean dan Soni tentu saja sulit akan memilih siapa. Dilema, tapi Betty seperti melihat kelebihan yang dimiliki Soni jika dibandingkan Sean. Wanita cantik itu merasa nyaman jika harus berlama-lama dengan Soni.

Ada yang lebih dari cinta, rasa nyaman dan selalu ingin bersama tanpa dipisahkan jarak dan waktu. Batin Betty.

Soni masih menatap mata Betty tanpa berkedip. Tatapannya teramat dalam. Pria itu kini jatuh cinta pada Betty.  Ia pasrah dengan pusaran gelombang yang diciptakan Betty. Kini ia hanyut dan tenggelam di lautan asmara. Betty memang sangat menarik, mata bulatnya membuat siapapun bertekuk lutut, termasuk dirinya dan dulu adiknya juga pernah bertekuk lutut.

"Kamu cantik Betty," bisik Soni.

Kata itu sudah biasa ia dengar dari lelaki yang jatuh cinta padanya. Ia tak ingin menjawab pria manapun yang mengatakan dirinya cantik. Ia hanya ingin dicintai tulus. Saat ini Soni seperti menatapnya tulus dan Betty menyangka lelaki itu memang mulai jatuh cinta pada dirinya.

"Betty izinkan aku mencintai kamu. Meskipun aku tahu kalau aku bukan prioritas di hatimu. Kamu bisa perlahan mempertimbangkan aku dan belajar mencintai aku," kata Soni pelan.

Betty menggeser tubuhnya hingga posisi duduknya menjadi lebih dekat dengan Soni. Tangan Betty meraih wajah Soni dan menyentuh pipi Soni. Mata mereka saling memandang dalam jarak sangat dekat. Napas mereka berdua bergerak sangat cepat, ada desiran tak terdefinisikan.

"Bolehkah Betty?" tanya Soni. Pria itu makin mendekatkan tubuhnya hingga wajah mereka makin dekat. Soni memajukan bibirnya berusaha menyentuhkan bibirnya di bibir Betty. Hampir mengenai bibir Betty, Betty justru menepis dengan memiringkan wajahnya. Hal itu membuat Soni tertunduk. Adegan yang seharusnya menjadi adegan ciuman pertama mereka ternyata kandas. Betty menolak ciuman Soni.

"Maaf kak! Jangan sekarang," kata Betty tertunduk. "Semua butuh waktu kak, aku enggak ingin kita saling menyakiti."

"Aku ngerti, kamu masih mencintai Sean bukan," jawab Soni penasaran.

Betty menggeleng. "Bukan Kak."

"Ada lelaki lain di hatimu?" tanya Soni pelan.

"Bukan Kak, aku butuh waktu. Aku butuh waktu untuk terbiasa denganmu. Aku enggak ingin kita saling tersakiti karena keadaan. Aku butuh waktu Kak, ku mohon," kata Betty.

Soni tersenyum menghela napasnya. Pria itu memang dewasa. Ia menyikapi maksut Betty dengan butuh waktu. Ia tak ingin karena keadaan ini ia terlihat oleh Sean atau orang lainnya. Betty seperti memiliki banyak pertimbangan terhadap orang-orang di sekitarnya.

" Sampai kapanpun aku akan menunggu kamu dan kesiapan kamu untuk belajar mencintaiku hingga terbiasa dalam dekapan sayang yang ku miliki," bisik Soni sambil menatap Betty.

Betty juga menatap Soni dan tersenyum. Ia reflek memeluk pria yang baru saja ciumannya ia tolak. Ia  mencium wangi parfum Soni. "Makasih Kak."

"Hmmm," jawab Soni.

"Aku pasti akan menemuimu setelah kondisi dan keadaan aman," kata Betty.

"Iya, aku menunggumu di pinggir sungai Cikuning. Setiap sore sebelum aku pulang ke rumah aku selalu berdiri menatap sungai dan menikmati sore," ceruta Soni.

"Bukannya sungai Cikuning panjang? Aku harus mencarimu di mana Kak?"

"Oh iya, hehe tepat di seberang gedung olah raga. Aku membeli apartemen di sekitar situ," jawab Soni.

Betty tak menjawab, ia hanya lebih mengeratkan pelukannya. Untuk saat ini ia hanya ingin pelukan Soni dulu. Ia tak ingin saat seperti ini justru menjalin hubungan dengan Soni, ia merasa tidak enak dengan Sean. Betty menginginkan status Sean dengan Ima dulu barulah dirinya bisa menjalin hubungan cinta yang baru. Ia merasa tidak bisa jika Sean masih belum jelas dengan Ima, ya wanita itu merasa tidak ingin menyakiti Sean.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro