Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30. Betty Dalam Bahaya

Soni langsung panik saat mendengar gadis pujaanya --Betty dalam bahaya. Wajah ngeres-nya berubah menjadi wajah takut, ia tak ingin terjadi sesuatu pada Betty. "Memangnya ada apa dengan Betty?"

"Oh God," Sean meremas rambutnya. "Kak, sebelum gue kehilangan waktu gue ketemu Betty di mal. Gue diserang empat lelaki yang enggak gue kenal. Mereka manggil gue Dilan seperti biasanya. Lalu gue dihajar sampai babak belur, untung gue di selamatin Betty. Betty menaikkan gue ke atas taksi, tapi setelahnya Betty lari dan di kejar orang-orang itu," cerita Sean.

"Jadi karena itu muka lo babak belur? Atau mungkin karena itu Dilan muncul? Gue inget besoknya lo langsung aneh," kata Soni.

"Benarkah kak? Gue inget itu terakhir gue ketemu Betty," kata Sean.

"Sekarang coba lo hubungi dia, telpon buruan," perintah Soni.

"Gue enggak punya nomor teleponnya," kilah Sean.

"Lo cek aja di HP lo, kali aja Sarimin nyimpen nomornya," Soni memberi saran.

Sean panik dan membuka kontak di ponselnya. Satu persatu ia mengecek nomor ponselnya dan ajaib ia punya nomor Betty. Padahal bertahun-tahun yang nomor Betty ia hapus dengan sengaja. Sean menekan nomor Betty tapi tidak masuk dan dijawab oleh mesin penjawab.

Sean mencoba berulang kali dan hasilnya nihil. Yang menjawab bukannya Betty tapi nona mesin penjawab. Sean langsung panik, ia tak tahu keberadaan Betty. Berulang kali ia mendesah.

Soni mematikan leptopnya dan berdiri memperbaiki jasnya. "Kita cari Betty!" ajak Soni tiba-tiba.

"Kenapa Kakak jadi semangat begini?" batin Sean.

"Lo tahu rumahnya?" tanya Soni mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Enggak!" jawab Sean.

"Lo itu, aduh rumahnya aja lo enggak tahu," komentar Soni. "Lo emang suka nyakitin cewek!"

"Gue cuma tau dia aja, setelahnya kami menjauh setelah itu gue enggak tau apa-apa," jawab Sean panik.

"Lo telpon temen-temen lo gih, siapa tau mereka ada yang tau sama Betty," Soni meberikan saran.

Sean menelpon Tio yang kenal dengan Betty. Ya hanya Tio teman Sean yang kenal dengan Betty. Setelah melakukan percakapan singkat Tio memberi alamat tempat tinggal Betty di daerah kampung rambutan.

"Oh iya betul, dia kerja di klinik hewan daerah kapung rambutan. Gue inget dia cerita pas kita makan malam, sama Mama sama Papa," cerita Soni.

"Makan malam? jadi Betty makan malam sama Mama dan Papa?" Sean semakin penasaran.

"Iya, dan mohon maaf. Gue udah bilang sama Papa supaya ngelamarin Betty," kata Soni bersemangat.

"Ngelamar Betty, terus Ima gimana?" Sean terkejut dengan kata-kata melamar yang disampaikan Soni.

"Ima ya sama lo, yang ngelamar Betty nantinya itu gue," kata Soni percaya diri dan tersenyum sinis.

"Kakak jangan ngada-ngada, kakak suka sama Betty!?" kata Sean tajam.

"Iya emangnya kenapa? Lo urus aja Naima, Betty biar gue yang urus. Gue juga udah ngomong sama Dilan," tantang Soni.

"Gue tendang juga selakangan lo!" gerutu Sean.

"Silakan aja gue bakalan nendang balik selakangan lo!" jawab Soni percaya diri. Soni berani berkata demikian karena yang dihadapannya adalah Sean. Andai yang ada dihadapannya Dilan dia tak bisa berkutik, dia juga tak ingin tubuhnya sakit semua.

***

Setelah keributan kecil itu Soni dan Sean tidak saling bicara. Selama dalam perjalanan ke kampung rambutan Sean terlihat kesal. Kalau dipikir untuk apa dia kesal? Bukankah dirinya sudah jelas memilih melanjutkan pertunangan dengan Ima.

"Kenapa lo manyun?" protes Soni.

"Itu pacar gue, lo mau embat pacar gue!" gerutu Sean.

"Eh, Sarimin. Lo udah sama Naima lo ngapain lagi sama dia? Lagian yang pacaran sama dia itu Dilan, bukan lo juga kan?" protes Soni.

"Sama aja kali!" jawabnya santai.

"Enggak! Pas lo wisuda, lo udah bikin dia nangis! Lo enggak cinta sama dia!" kata Soni.

"Ugh!!" Sean memukul pelan stir mobil.

"Apa lo!"

"Lo udah punya pacar!" cerca Sean.

"Udah gue putusin! Gue gak suka cewek matre sok sibuk!" jawab Soni tajam.

"Lo jangan coba-coba nyakitin Betty. Cukup gue yang pernah nyesel nyakitin dia," kata Sean.

"Lo gak pantes buat dia, mending lo lupain Betty!" semprot Soni.

"Enggak! Enggak akan," jawab Sean kesal.

"Gue tendang bokong lo!"geram Soni.

"Apaan sih dia kan mantan gue!" jawab Sean.

Tanpa terasa perjalanan penuh cek cok yang bertema Betty berakhir di klinik hewan tempat Betty bekerja. Sean dan Soni langsung merasa syok setelah mendengar kalau Betty izin bekerja selama 2 minggu. Ia mengambil semua jatah cutinya untuk menemani Dilan. Artinya Betty belum kembali bekerja.

Di kos-kosannya Betty juga tidak ada. Mereka berdua kini semakin panik karena hilangnya Betty. Mereka tertunduk. Soni menyesali mengapa ia tak memaksa mengantar Betty pulang.

"Kamu di mana Betty?" lirih Sean.

"Sudah lah Bro, kita akan tetap mencarinya. Jangan menyerah," kata Soni menepuk pelan punggung adiknya.

Sean menyesali perihal tak tahu apa-apa tentang Betty. Yang tahu banyak tentang Betty tentu saja Dilan. "Maafin aku Betty," lirih Sean.

"Kita lapor polisi dan lo tetap cari tahu keberadaan Bibi Betty," kata Soni.

"Hmm," jawab Sean dengan anggukan.

***

Sementara di tempat sepi gelap dan berdebu Betty tengah sendirian. Kemarin setelah turun dari Bus ia berjalan menuju kos-kosannya, tiba-tiba ia dipukul dengan benda tumpul dan membuatnya pingsan.

Setelahnya ia diikat dan dimasukkan ke sebuah ruangan yang ia sendiri tak tahu di mana. Ia hanya tahu ruangan itu gelap dan berdebu. Betty melepaskan diri dari ikatannya tapi tetap saja ia tak bisa membuka pintu besi yang kini mengurung dirinya.

Betty berusaha mencari benda-benda yang sekiranya bisa membuatnya keluar dari ruangan ini. Benda yang ia butuhkan bisa kawat, peniti, jepitan atau apa saja yang sekiranya bisa membuka kunci pintu besi itu. Ya wanita cantik itu seorang escapologist.

Tiba-tiba beberapa orang membuka pintu besi itu. Betty bersembunyi, mereka panik dan tiba-tiba Betty melayangkan pukulan telak di rahang salah satu mereka. Dua orang lainnya mencoba menyerang Betty. Dengan cekatan Betty meloncat dan melayangkan tendangan maut ke perut mereka hingga mereka tersungkur.

Betty berlari dan terus berlari dari bangunan yang sepertinya markas Martin yang pernah dipatahkan hidungnya oleh Dilan. Kemarin Betty di culik, sepertinya Martin ingin membalas kekalahannya pada Dilan. Ketua geng jahat itu sepertinya tidak akan menyerah untuk membalas dendam pada Dilan.

Pintu demi pintu ia lalui dalam keadaan dikejar-kejar anak buah martin. Karena lelah disekap tak diberi makan akhirnya Betty terjatuh, ia seperti tak kuat lagi.

"Tangkap pelacur itu!" perintah Martin pada anak buahnya.

Mereka menangkap Betty dan memegangi Betty dengan kuat. Mereka heran Betty bisa melepas ikatan yang mereka ikat sangat kuat. Mantin mendekat pada Betty dan memperhatikan Betty ia juga mendekatkan wajahnya pada Betty.

"Pacar Dilan yang liar! Bisa lepas dari ikatan," desis Martin di telinga Betty. Sementara Betty meringis jijik karena wajah Martin terlalu dekat dengannya.

"Lo escapologist lo juga menguasai Muai Thai?" desisnya di dekat pipi Betty. Hembusan napas Martin yang bau alkohol terasa di telinga Betty. Wanita itu semakin jijik, ia meringis. Tiba-tiba Martin menjulurkan lidahnya dan menjilat pipi Betty.

"Arrggghhhhhhhh," pekik Betty terjijik-tijik. Setelahnya ia menangis meraung-raung karena jilatan yang dilakukan Martin.

"Diam pelacur! Sekarang lo kasih tau di mana Dilan?" pekik Martin kasar. Matanya melotot, wajah sangar, tubuh kurus karena ketergantungan obat membuat suasana semakin menakutkan.

"Gue enggak tau! Dia udah mati!" jawab Betty terisak.

"Omong kosong! Dia udah bikin keributan di warung remang! Lo bilang dia udah mati!" pekik Martin di telinga Betty.

"Sekarang di mana dia? Lo telpon dia!" paksa Martin.

"Gue gak mau!" jawab Betty.

PLAKKK

Martin menampar Betty hingga Betty kesakitan. Martin semakin murka karena jawaban Betty. "Bagus lo bohong aja, ponsel lo ada di gue! Gue bisa nelpon dia."

"Lo jangan telpon dia! Dia bukan Dilan!" kata Betty tersedu-sedu.

"Banyak bacot lo! Kalau bukan Dilan dia siapa?" semprot Martin.

"Gue gak kenal!" jawab Betty.

PLAKK!!!!

Tamparan lagi-lagi mengenai pipi Betty dan pipinya memerah seketika. Pria bernama martin sepertinya tidak peduli kalau yang ditamparnya adalah wanita.

"Baron! Bawa pelacur ini ke ruangan tadi! Suntikkan dia dengan dosis lebih, dia enggak bisa diikat lebih baik dia kita ikat dengan suntikan maut, biar dia teler," kata Martin.

"Baik Bos!" jawab anak buah yang bernama Baron.

"JANGAAAAN!!!" pekik Betty.





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro