Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13. Tetangga

Aku mencintaimu adalah sebuah penegasan yang menyatakan bahwa aku akan selalu berada di sampingmu. Camkan, aku tak akan getir sedikitpun walau aral melintang diantara kita. (Naima)

***

Mama, Papa dan Soni meninggalkan Ima dan Sean yang masih terbaring. Mama dan Papa pergi sebentar menyelesaikan urusannya dan kembali sore nanti. Sementara Soni izin makan siang di restoran dekat rumah sakit. Semua keluarga Sean meninggalkan Sean sejenak demi kesibukannya. Sementara Ima, sedikitpun tidak ingin meninggalkan pujaannya sendirian. Ia merasa Sean masih membutuhkannya.

Mata gadis itu tak melepas pandangannya dari Sean yang masih tertidur pulas. Wajah tampan Sean seolah magnet bagi wanita manapun termasuk Ima. Ia sangat mencintai Sean, ia mendekati Sean dan mengusap rambut hitam Sean. Setelahnya tangan halus gadis itu menyentuh lembut pipi lebam Sean.

Tak kuasa menahan gejolak hati, Ima mendekatkan tubuhnya dan mengecup pelan pipi dan kening Sean bergantian. Mendadak ia menjadi gadis agresif, namun ia tak peduli. Sepertinya cinta yang ia rasa membuatnya ingin menikmati hal romantis yang lebih dalam. Perlahan gadis itu mengarahkan bibirnya ke telinga Sean dan berbisik, "aku sayang kamu."


Belum puas membisikkan kata sayang Ima mengarahkan bibirnya pada bibir ranum Sean. Pertama kalinya gadis itu mencium seorang lelaki, dan lelaki itu adalah Sean yang ia cintai. Ia mulai menghisap bibir Sean dengan lembut. Nalurinya telah mempermaikan gerakan bibirnya, ia jelas bahagia karena ciuman pertamanya adalah Sean walau Sean sedang tidak sadarkan diri.

"Mmmm....mmm...," kata Sean tiba-tiba. Ia terbangun dari tidurnya.

Ima terkejut dan cepat-cepat menjauhkan tubuhnya dari Sean. Ia merasa sangat lancang telah agresif mencium pria yang tadi pagi membatalkan pertunangannya.

"Lo nyium gue!?" tiba-tiba Sean kaget dan langsung terduduk.

"Enggak, enggak kok Sean!" jawab Ima gelagapan.

"Bohong lo! Tadi gue lihat lo menjauh dari gue! Tadi gue juga ngrasa ada yang ngisep bibir gue. Lo pelakunya kan!" tuduh Sean dengan suara dan logat bicara yang sangat berbeda.

"Enggak Sean," jawab Ima gemetaran. Ia sangat takut sekali.

"Lo nyium-nyium gue gratisan, lo kira gue anak kecil!" umpat Sean.

Ima langsung tercengang melihat perubahan drastis sikap Sean. Pria itu gaya bicaranya berbeda, memakai lo dan gue. Sean biasanya tidak seperti itu, ia sangat santun dan berkelas.

Mereka masih pandang-pandangan dengan tatapan heran. Ima heran melihat perubahan Sean, kalau tadi pagi Ima tidak terlalu menyadarinya dan mengira Sean sedang tertekan. Kini sangat jelas ia rasakan kalau Sean benar-benar berubah 180 derajat. Mulai dari sorot mata yang terkesan jahat, suara yang lebih keras dan logat bicara yang tidak seperti biasanya.

Jika biasanya kaum adam memuji kecantikan Naima, tetapi tidak bagi pria yang ada di hadapannya kini . Sorot mata pria itu justru seperti meremehkan kecantikan Naima. Lantas definisi cantik baginya seperti apa?

Pria itu masih menatap Ima dengan menyipitkan matanya sambil berpikir seolah mencoba mengingat Ima. Matanya seperti sedang memindai seluruh tubuh Ima tanpa terkecuali, bahkan Ia sempat berhenti lama ketika matanya sampai di dada Ima. Hal ini membuat Ima risih dan segera ia menaikkan krah dress putih yang ia kenakan. Ima menjadi salah tingkah diperhatikan seperti itu, apalagi sikap pria itu tidak seperti biasanya, ia justru seperti orang lain.

"Lo yang tinggal di depan rumah kan? Anaknya Sultan? Ups maksut gue Om Sultan," tanya Sean tiba-tiba.

"Iya," jawab Ima terheran-heran. Mengapa bisa Sean tidak mengenalinya? Sungguh aneh. Hilang ingatankah pria ini?

"Setau gue lo dekil! Kenapa lo jadi cantik gini? Lo oplas?" tanya Sean tanpa dosa.

"Brengsek!" rutuk Ima dalam hati.

"Lo ngintilin gue mulu, tadi pagi lo juga bilang kalau lo tunangan gue. Emangnya lo suka sama gue?" tanyanya lagi.

Pertanyaannya benar-benar menohok hati Ima. Sangat menjebak dan sangat aneh. Rasanya baru kemarin bersenang-senang mengapa tiba-tiba seolah lupa segalanya. Ima seperti berhadapan bukan dengan Sean tetapi dengan orang lain.

"Terserah lo menafsirkan apa," jawab Ima gemetaran.

"Ya udah deh, gue males ribut. Pokoknya mulai sekarang kita putus, dan pertunangan kita batalin. Lo tunangan aja sama Soni," jawabnya remeh.

Ima bergeming, pikirannya ruwet melihat lelaki di depannya kini. Tak ada kata-kata yang ingin diucapkannya, ia sebenarnya takut tapi ia mencoba memberanikan diri menghadapi Sean yang berubah layaknya orang lain.

Sean mendudukkan tubuhnya dan meregangkan otot-ototnya yang ia rasa kaku. Setelahnya ia menurunkan kakinya ke lantai dan duduk di tepi brankar.

"Sis, belikan gue rokok dong! Bibir gue gatel-gatel nih pengen ngerokok!" kata Sean tiba-tiba.

"Nama gue Ima bukan sosis," kata Ima polos.

"Oh, ok Ima. Sori kita tetanggaan tapi gue gak tau nama lo, maklum lah orang sibuk macem gue agak susah ngingat nama cewek," jawabnya santai.

"Hmm," jawab Ima dan berpaling.

"Tolong ya, belikan gue rokok," tagihnya kembali.

Sean merokok! Sepengetahuan Ima Sean tidak pernah merokok. Keanehan apa lagi yang akan ia temui nanti. Ima menggelengkan kepalanya, Sean benar-benar aneh, cerita Soni bukan isapan jempol atau gunjingan iri. Ima berdiri dari sofa penunggu pasien dan bersiap ke mini market tanpa pamit pada makhluk aneh yang kini menguasai dirinya bahkan memerintah dirinya tanpa rasa segan sedikitpun.

"Eit, tetangga. Merek rokoknya Sempurna ya, gue gak mau merek lain," katanya sambil tersenyum cengengesan.

Ima mengepalkan tangannya dan menjawab penuh rasa kesal, "udah nyuruh, reques lagi."

***

Seperempat jam Ima kembali dari mini market dan membawa bungkusan yang berisi rokok, pemantik dan beberapa makanan ringan untuk sekedar mengganjal perut pria aneh yang menganggapnya pembantu. Ima merasa kalau pria aneh ini nanti kelaparan karena telah tidur berjam-jam.

"Thanks ya," jawabnya setelah menerima sebungkus rokok dan pemantik api. Benar-benar gila namanya ketika bangun tidur bukannya sarapan atau minum susu, pria ini justru merokok.

Sean mematikan AC dan membuka jendela kamar rawat inap kelas VIP. Ia langsung berdiri menyandar pada kusen jendela yang ia buka. Setelahnya keajaiban terjadi, pria itu mengempit rokoknya dan menyalakan pemantik. Sepertinya ia sangat lihai dan mahir merokok. Sungguh ajaib, Sean tak pernah seperti itu, dia memang bukan Sean.

Setelah menyalakan ia lalu menghisap rokok dalam-dalam dan menghembuskan asap rokok. Rokok pun diapit antara jari tengah dan telunjuk bak perokok profesional. Bukan hanya sampai di situ, ia kembali menghisap rokoknya dan menghembuskan asap yang  ia bentuk menjadi sebuah lingkaran.

"Amazing," batin Ima.

Gadis itu mencoba tak gentar berhadapan dengan pria aneh yang seratus persen berbeda dengan Sean. Ia memerhatikan gerak-gerik Sean yang kini tingkahnya tidak masuk akal.

"Lo gak bosen-bosennya ngelihatin gue! Gue ganteng banget ya?" gerutunya. Setelah menggerutu ia menghisap kembali rokoknya.

"Gue udah ngasih tau nama gue! Sekarang kasih tau gue nama lo!" tanya Ima gemetaran. Ima jadi ikut-ikutan mengubah gaya bicaranya agar sama dengan pria itu.

"Oh, nama gue Dilan," jawabnya setelah menghembuskan asap rokok.

"Dilan? Kalau lo Dilan. Sean mana?" tanya Ima penasaran.

"Mana gue tau! Lo nanyain orang yang enggak ada," protesnya.

Ima berdecak. Gangguan mental apa yang mengidap calon tunangannya. Apa ini yang sering disebut kepribadian ganda? Ataukah ini yang namanya kesambet? Ima menjadi merinding.

"Sekarang gue mau nanya sama lo! Lo jawab jujur ye," katanya.

"Iya, lo mau nanya apa?" Ima kembali bertanya dengan nada gemetaran. Jujur gadis itu ketakutan tapi ia juga penasaran atas apa yang terjadi pada tunangannya itu.

"Lo suka neropongin gue kan? Ngaku deh! Lo neropongin gue lagi ganti baju dari kamar lo!" katanya tajam.

"Eh, gue neropongin Sean, bukan lo! Dan itu juga enggak lagi ganti baju!" ralat Ima.

Ima terkaget-kaget lagi. Bahkan Dilan tahu kalau Ima suka meneropongi Sean. Artinya Dilan ada sejak lama dan Dilan juga memperhatikannya. Penyakit Sean ternyata sudah lama ada. Sayangnya Ima baru mengetahuinya sekarang.

"Lo naksir gue kan? Ngaku deh! Tadi pagi lo ngaku-ngaku tunangan gue, terus lo nyium gue dan lo juga mau gue suruh-suruh," Dilan memberi pernyataan yang sangat jelas tak terbantahkan.

"Kalau iya emang napa?" tantang Ima.

"Sayangnya gue gak suka sama lo, mendingan lo pacaran aja sama Soni. Gue yakin dia mau sama lo. Soalnya dia itu kan kegatelan tiap deket lo!" cerita Dilan.

Ya ampun, sampai sikap Soni juga Dilan tahu? Batin Ima. Dilan sepertinya sudah menjadi bagian kehidupannya Sean.

"Kalian lagi apa? Ngomongin aku ya?" kata Soni setelah membuka pintu dan masuk. Ia terheran-heran dengan banyaknya asap. Matanya menangkap rokok yang terselip diantara jari tengah dan telunjuk Sean. Radar Soni langsung menafsirkan kalau Sean memang gilanya kumat.

"Wihh, gawat!" kata Soni.

"Soni!!! My man!" sapa Dilan sok akrab.

"Ima, Ima lo urus dia ya! Sori gue tiba-tiba mau balik ke kantor, ada rapat dewan direksi!" kata Soni tiba-tiba. Soni langsung balik kanan dan pasang badan meninggalkan mereka berdua. Dasar kakak yang tidak bertanggung jawab.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro